Free Web Hosting with Website Builder

Senin, 24 Maret 2008

Paradigma part 2 - Atasi dirimu sendiri!

Yang harus kau atasi adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.

Hari ini aku melepon Meli, dan seperti biasa sebelumnya aku grogi, takut, dan sebagainya.. Maklum terakhir kudengar cewek yang sudah kudekati selama 8 tahun ini masih jalan sama cowok lain, jadi agak sulit merebut hatinya, bahkan latihan metafisik 21 menit setiap malam belum kurasakan membantu untuk menset auraku agar nyaman.

Sampai akhirnya batinku kemudian berkata:" Kamu harus atasi rasa grogi ini, yang harus kamu atasi adalah diri kamu sendiri bukan orang lain, jangan takut pada orang lain, takutlah sama diri kamu sendiri."

Aku tersadar, memang benar! Selama ini aku grogi menelepon wanita ini. Hanya karena aku mencintai dan cukup sekian lama aku 'ngarep' padanya. Tapi aku kemudian aku tersadar sepenuhnya ini semua belum berakhir. Aku saat ini masih punya harapan, dan aku sadar aku adalah orang yang takkan berhenti berjuang sampai akhir.

Aku lalu tegaskan sama diriku: Kamu harus taklukan diri kamu sendiri. Dan untuk soal energi metafisik, aku berniat untuk meng-aktifkan sekali di awal pembicaraan tetapi setelah 'aktif' aku tidak memikirkan energi itu lagi, tetapi langsung responsif terhadap apa yang dia katakan dan terhadap pembicaraan kami,

Dan akhirnya perlahan-lahan aku angkat gagang telepon dan menelepon nomor HPnya. Sekali dua kali tidak diangkat, lalutiba saat ketiga terdengarlah jawaban di seberang sana: "Assalamualaikum.."

Batinku menyalak. Dan aku langsung niat dan teriak dalam hati: "AKTIF!" Maksudnya aku aktifkan energi metafisik ke seluruh auraku. Tetapi setelah itu aku tidak memikirkannya lagi, pikiranku langsung fokus pada pembicaraan dan perkataan dia.

Dan tahukah apa yang terjadi?

IT WORKS!

Demi Allah, kami berdua mengobrol akrab dan NYAMAN! Semua mengalir seperti air jernih di pegunungan, kami seperti sepasang kekasih walaupun tidak pakai 'Sayang-sayangan'.Dan bukan itu saja! Kami berdua ngobrol seperti pasangan kekasih dewasa, kekasih 'mature' yang sudah sama-sama mapan, berpikiran dewasa dan jauh ke depan, bukan seperti kekasih ABG yang pake 'sayangan-sayangan' dan pertanyaan perhatian cupu: 'kamu udah makan belooon?'

Kami berdua mengobrol seperti seorang pasangan dewasa yang sudah mapan secara finansial dan karier (well, you know what I mean!) seperti kekasih mapan yang mengobrol di ruangan sebuah lounge atau wine cafe atau sebuah executive club, dan bukan seperti anak kuliahan di ruang tunggu bioskop 21

Kami open mind tapi tetap menjaga charm masing-masing ,intonasi secara teratur tetap terjaga dan kami berdua melemparkan hitch-hitch secara tersamar dan elegan.

Oh God.. It's new US !

Aku baru sadar setelahnya bahwa aku mengobrol bukan sebagai seorang ABG atau anak kuliahan, tapi seorang gentleman.

I am a gentleman.

Aku baru tersadar ketika aku lihat jam dinding di akhir pembicaraan itu: 10 menit !

Yah, lumayan banyak hal yang kami obrolkan (kecuali tentang hati tentunya), Kami mengobrol tentang tesnya dia mengambil spesialis jantung di Harapan Kita Jakarta, tentang interview kerjaku di sebuah Bank asing, tentang macetnya Jakarta (klise, tetapi tetap menarik dibicarakan), dan satu hal : tentang rencanyanya nge-kos di Jakarta apabila dia lulus tes.

Luar biasa, Subahanallah, baru kali ini aku mengobrol nyaman dengan dia dan baru kali ini kurasakan metafisikku bekerja optimal.

Energi metafisikku bekerja justru pada saat aku merasa 'lepas'.

Aku bersyukur pada Allah atas pembicaraan ini, terima kasihku kepada Kang Dicky dari Hikmatul-Iman yang telah menyampaikan ilmu HI padaku, kepada Kang Gun yang telah banyak memberiku pelajaran, kepada teman-teman ku, terutama Teh Dini. Tapi tak kalah ucapan terima kasihku pada kota ini: Jakarta.

Kelak, apabila Allah mengijinkan, semua berjalan seperti apa yang aku dan dia harapkan: aku diterima bekerja di bank asing itu dan dia lulus tes spesialis, maka kami akan segera tinggal di kota megapolitan ini, aku bekerja, meniti karier, dan menabung untuk masa depan. Sedangkan dia menuntut ilmu untuk menjadi seorang dokter spesialis. Kami berdua akan tinggal di kosan (tapi bukan satu kos lho!), di sebuah kota teramai di Indonesia, sebuah kota hedonis, kota konsumtif dengan jumlah mall terbanyak di dunia versi National Geographic.

Kami berdua akan menjalani tahun-tahun pertama hidup di kota ini, menjalani kerasnya hidup di Jakarta, membiasakan sarapan pagi dengan kemacetannya, bercengkrama dengan keramaiannya, bergaul dengan romantika warna-warni warganya, kehidupan malamnya, dan lain lain....

..dan aku punya firasat, di kota ini nanti, kami berdua akan memiliki petualangan...

..Jakarta..Oh.. Jakarta!



Tidak ada komentar: