Free Web Hosting with Website Builder

Kamis, 24 April 2008

Hidup itu detik ini, Meli

Aku stuck lagi di Jakarta, pertama aku ke Jakarta tanpa ditemani oleh A Warrior's Diary, buku harianku yang setia mengiringi perjalanan hidupku , aku lupa membawanya dari Bandung, dan kedua menunggu kabar hasil interview dari Bank asing (oh ya yang kemarin ternyata aku dipanggil kembali lho, interview dengan Bos besarnya , he3x). Tapi sekarang aku lagi-lagi menunggu dan menunggu, berharap setiap ada telepon yang masuk di handphoneku adalah dari mereka, berharap pada suatu hal lain selain Tuhan.

Ini jelas salah.

Inilah akibatnya, aku jadi stuck kembali. Aku tidak bersemangat, thesisku ngadat, latihan Tenaga Dalam bolong, How Could this happend to me? FU**k! Aku melupakan prinsip yang selama ini kucoba terapkan dalam hidupku, bahwa hidup adalah hari ini, saat ini, dan detik ini, jadi maksimalkan apa yang kamu punya saat ini.

Sedikit.. sedikit hiburan hatiku kudapatkan dari wanita yang kusayangi, Ratna Nurmeliani (Meli). Tanggal 23 April ini dia ada interview untuk kelanjutan
test masuk spesialis jantungnya di RS Harapan Kita. Malam hari sesudah interview aku telepon dia, seperti biasa aku aktifkan terlebih dahulu apa yang aku miliki.

And it worked again! Really!

Kami mengobrol berbagi cerita dengan lepasnya. Aku tahu dia sedikit gundah karena test interview yang dia jalani tadi siang tapi yaahh... lumayanlah, kami bisa 'sedikit share' malam itu... meski tidak begitu lama.. kami bercanda, secara dewasa. Kami berdua sama-sama menunggu sesuatu, berharap sesuatu. Aku menunggu hasil interview kerja dan dia menunggu hasil interview pendidikan spesialis.

Ini betul-betul moment-moment yang berat untuk kami berdua.

Tapi obrolan ini mengingatkanku kembali bahwa kita memang harus hidup untuk sekarang. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, apa sih yang diharapkan dari menunggu? Menunggu, berharap, tanpa bisa melalukan campur tangan apapun adalah pekerjaan yang paling kubenci.

Maka malam itu aku bisikkan satu kalimat kepadanya (dan juga kepada diriku sendiri), "Mel, hiduplah untuk saat ini dan detik ini. Maksimalkan apa yang kamu punya saat ini detik ini. Berharaplah pada Allah yang, bukan kepada manusia ataupun pekerjaan."

Nasihat yang bagus, tapi terus terang, aku sendiri masih tidak mudah melakukannya.

Malam ini obrolan ini sedikit lain, aku tahu seperti biasa wanita ini baik dan lemah lembut, tetapi she just treat me as a friend.
Tapi malam ini aku merasakan hal lain, ada sedikit 'getaran' dalam dirinya. Aku bisa merasakannya dari obrolan dia, bagaimana dia bercerita tentang cita-citanya, bagaimana kami bercanda, dan sedikit melempar flirt-flirt. Entah ini betul atau hanya perasaanku, tetapi kalau memang iya.. Mungkin ini sedikit kemajuan yang kami buat. Sedikit kemajuan, tapi aku syukuri, bagaimanapun aku sadar perjalananku masih panjang, kalau aku keburu senang aku akan berharap, ngarep, berharap pada dia, bukan kepada Tuhan, and that's very stupid !

Aku mengenal wanita ini semenjak kelas satu SMU, sejak jaman Soeharto masih berkuasa, tetapi sampai sekarang Soeharto sudah wafat, hatinya belum juga kumiliki. Tak terhitung berapa kali aku mencoba 'mencuri' hatinya, selama 8 tahun lamanya.. mulai dengan cara yang amat cupu sampai cara yang paling religius, berdoa di depan Baitullah , Mekkah Al Mukkaromah.

Aku tak tahu bagaimana penantian ini akan berakhir, tapi dari sinilah aku mengambil sebuah pelajaran, bahwa aku seharusnya sama sekali tidak perlu kuatir akan apa yang terjadi nanti. Apakah aku akan bersamanya atau kehilangannya. Karena tohk aku tidak hidup di masa 'nanti' tetapi aku hidup sekarang. Apapun yang terjadi NANTI biarlah terjadi NANTI, yang penting detik ini aku maksimalkan dan aku syukuri. Aku menikmati setiap detik di mana aku bisa mengobrol dengan dia, setiap moment aku bisa bersamanya, karena HANYA saat itulah aku bisa menikmati, soal NANTI biarlah terjadi NANTI.

Meskipun aku ber-NIAT, jika memang Allah mengizinkan dia untuk ku, aku ber-NIAT akan menikahinya, menjadi seorang suami yang baik untuknya, dan menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku yang dia lahirkan. Semua kulakukan karena aku mencintai dia dan aku ingin menyempurnakan ibadahku pada Allah.

Itulah sebabnya aku menekankan pada diriku walaupun tidak mudah, bahwa aku tidak pernah lagi berharap pada manusia, atau kepada pekerjaan, atau kepada jabatan. Karena semuanya itu suatu saat pasti akan musnah. Tapi kita lakukan yang terbaik, maksimalkan saja apa yang ada saat ini dan detik ini. Tuhan pasti akan memberi jalan dengan sendirinya.

Malam itu sehabis menelepon dia aku kumpulkan lagi tekad untuk latihan Tenaga Dalam, and I did it! 2 jam 12 menit. I am Back ! Aku sangat mensyukuri hal ini. Terima kasih, Meli. Aku berdoa semoga Allah memberikan kita yang terbaik, untuk rezeki, cinta, dan harmoni.


... Kau membuat aku mengerti hidup ini...
... Kita terlahir bagai selembar kertas putih..
... Tinggal kutulis dengan sebuah pesan Damai..
.. dan terwujud HARMONI ! HARMONI


-- Harmoni --- Padi

Rabu, 16 April 2008

3:21

Hari ini di Jakarta, untuk pertama kalinya aku 'berhasil' bangun pagi jam setengah empat pagi atau tepatnya jam 3:21. Ini adalah waktu ideal menurutku, karena dengan bangun jam segini aku mampu untuk latihan Tenaga Dalam 212 (dua jam dua belas menit) tanpa mengganggu aktivitasku secara formal (bekerja) maupun untuk keluarga kelak kalau aku sudah menikah.

Memang buat banyak orang amatlah sulit untuk menerapkan hal ini. Tapi sekali lagi, aku sudah berkomitmen untuk melakukan hal ini setiap harinya. Sebab jika komitmen sudah dicetuskan kita akan bisa melakukan niat kita.

Demikian Aktivitasku ketika bangun jam 3:21 : Bangun, hand stand 1 menit (supaya darah mengalir kembali ke otak), ambil wudhu, shalat tahajud 1x, shalat witir 1x,
LATIHAN 212
, mandi, sholat subuh,sarapan, berangkat kerja.







Senin, 14 April 2008

HIT 2: Eno - Bandung First Hit, The Truth About Cats and Dogs

"Pegang kata-kata saya: Friendster, Facebook, Lovehappens, ataupun situs komunitas lainnya, itu adalah cara yang PALING PECUNDANG bagi seorang pria untuk berkenalan dengan wanita! Karena seorang laki-laki sejati hidup dalam dan menghadapi dunia nyata, bukan dunia maya. Cara yang tepat bagi seorang laki-laki untuk berkenalan dengan wanita adalah dengan menghampirinya langsung di dunia nyata dan mengajaknya berkenalan secara nyata. Get Real, Man!"


Judulnya agak aneh, memang karena HIT kedua malam ini--Sabtu 12 April 2008 memang seperti cerita film pop akhir 90-an yang dibintangi oleh Uma Thurman dan Ben Chaplin, The Truth About Cats and Dogs.

Baiklah, minggu ini terus terang adalah minggu yang berat untukku, di minggu ini aku berharap ditelepon oleh sebuah Bank asing untuk kelanjutan hasil interviewku, nyatanya sampai minggu ini berakhir dan aku kembali ke Bandung, aku tidak ditelepon juga. Aku kecewa dan penantianku sia-sia. Kekecewaan ini jelas mengganggu pikiranku.

Lalu aku berpikir malam ini, aku tidak bisa begini terus. Aku harus tetap melanjutkan hidupku. Seperti kata Kang Dicky, Tuhan kita Allah, bukan masa depan atau pekerjaan, dan Hidup adalah hari ini, saat ini, dan detik ini. Maka kemudian aku memutuskan untuk melepaskan saja harapanku mendapat pekerjaan di Bank Asing tersebut. Kalau memang rejekiku, aku pasti akan mendapatkannya Bagaimanapun keyakinan tetap kumiliki bahwa alamat surat boleh saja salah tetapi rezeki tidak, karena itu sudah dijamin oleh Allah.

Aku berharap dan berharap nyatanya malah kecewa. Maka mulai saat inilah aku menyadari bahwa aku tidak boleh terlalu berharap pada yang lain. Aku hanya boleh berharap pada Allah. Bukankah orang beriman itu tidak khawatir dan tidak bersedih hati?

OK.. baiklah kalau memang aku tidak diterima, bukanlah aku yang rugi karena tidak bekerja untuk mereka, tetapi merekalah yang rugi karena tidak memperkerjakan orang seperti aku, yang jelas-jelas telah memiliki semangat Uber Alles, seperti semboyan hidup-mati bangsa tempat asal Bank tersebut. Aku tahu Bank itu baru saja mengalami kerugian empat milyar dollar gara-gara imbas Subprime Mortgage atas transaksi Bond. Kalau aku ada di situ mungkin dengan izin Allah aku akan bisa melakukan banyak perbaikan, Yah.. terkadang takdir yang hebat didahului oleh sedikit kegagalan, bukan? Kalau seandainya saja dulu Hitler tidak gagal untuk ujian masuk universitas seni di Vienna, dia tidak akan pernah menguasai Eropa tetapi menjadi seorang seniman biasa.

Benar juga, sebagai laki-laki aku harus hidup di dunia nyata, dan itu adalah dunia yang kumiliki hari ini, saat ini, dan detik ini bukan dunia yang ada di harapan atau anganku. Aku menolak untuk hidup dengan menulis atau mengikuti sejarah orang lain, kecuali
Rasul. Aku hidup untuk menulis sejarahku sendiri.

OK, dan aku move on. Aku kembali menjalani hidup untuk hari ini. Dan berhasil, aku melakukan satu HIT lagi hari ini, HIT ke-2 ku dan HIT pertamaku di kota Bandung. Eno, seorang calon dokter koas di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

Inilah kisahnya.

Bandung, 12 April 2008

Sabtu sore hujan deras di kampus, aku seperti biasa melaksanakan komitmenku menyicil thesis selama dua jam per hari. Dan cukup rumit, tapi satu langkah lagi kubuat menuju penyelesaian. Keadaan di kampus sempat gempar, sebuah mobil Honda jazz dicuri di pelataran parkir, tepat di depan hidung para satpam. Goblok sekali! Malang bagi si pemilik, yah.. semoga si pencuri cepat tertangkap dan mobil kembali ke pemiliknya.

Tapi kejadian itu membuat aku was-was, begitu hujan reda sedikit aku langsung memindahkan mobil ke parkiran yang bisa kuawasi. Mood sebenarnya kurang mendukung untuk mengerjakan thesis, cuaca hujan membuat mood lebih enak tidur, insiden kemalingan membuat cemas,dan harapan menunggu panggilan interview di Bank asing (sebelum aku memutuskan untuk melepas harapan itu) mengganggu pikiranku. Tapi aku tetap mengerjakannya. Bagaimanapun komitmen adalah komitmen, dan memenuhi komitmen adalah ibadah.

Setengah tujuh malam semuanya selesai. Cicilan thesis sudah kukerjakan dan aku telah mengambil langkah penting untuk melepas harapanku pada Bank asing itu. Kini aku melanjutkan hidup, rencanaku selanjutnya adalah sebuah proyek penting untuk kehidupanku, Project Casanova, dan kali ini targetku adalah: mencoba melakukan HIT pertamaku di Bandung.

Pukul setengah delapan kuarahkan mobilku dari kampus ITB menuju Rumah Sakit Hasan Sadikin. Kususuri sebentar jalan Dago yang ramai, menyetir sendirian di antara gemerlap lampu-lampu, mobil-mobil yang padat merayap dan anak-anak mahasiswa yang kurang kreatif mengamen untuk mencari dana, yah... suatu atmosfir yang khas malam Mingguan. Malam ini malam Minggu, malam di mana seharusnya seorang pria seusiaku menghabiskannya bersama pasangan. Tapi aku tidak melakukannya. Jujur, karena aku belum punya...pasangan wanita seorang dokter yang memang telah sah kumiliki secara halal, tapi kalau memang ada Project ini pasti sudah kuakhiri.

Jam delapan kurang aku sampai di RSHS, suasana agak lenggang. Hawa dingin angin malam sedikit menusuk dan jalanan masih becek karena sisa hujan tadi sore. Tapi ada nuansa tersendiri saat ku menatap bangunan Rumah Sakit Negeri terbesar di Bandung ini. Menyejukan! Yah, kota ini memang menyejukan sehabis hujan. Aku memasuki lobby utama dengan sedikit keraguan, bisakah aku melakukan HIT malam ini? Karena kondisi mentalku yang belum sempurna betul. Tetapi aku ingat lagi pelajaran tentang konsep NIAT, bahwa segala sesuatu berawal dari NIAT dan itulah kekuatan yang sesungguhnya. Aku teringat kekuatan ini pernah terbukti ketika aku melakukan HIT pertamaku di Jakarta, lalu mengapa aku tidak mencobanya lagi? Hidup adalah saat ini, jadi maksimalkan saat ini!

Maka akupun mencetuskan NIAT-ku dan berkata dalam hati:
"Ya Allah, malam ini aku ber-NIAT untuk berkenalan dengan seorang dokter wanita, entah bagaimana caranya. Karena aku ber-NIAT untuk memiliki istri seorang dokter, dan aku melakukan itu untuk menyempurnakan ibadahku kepada-Mu."

Aku tanamkan NIAT itu, lalu kubiarkan semua mengalir.

Dan aku berjalan memasuki paviliun utama, masuk di dekat pintu UGD. Di dalam di ruang tunggu utama, aku disapa seseorang, Ardi, juniorku di Kanst, Badan Keamanan SMUN 3, dia membesuk neneknya yang sakit bersama keluarganya, sedikit berbasa-basi aku pun berbohong kalau aku ke sana untuk menunggu temanku.

Tak lama kami berpisah, aku kembali menyusuri lorong bangsal RSHS, sampai di samping paviliun Anggrek, aku berharap menemukan beberapa mahasiswi kedokteran koas yang mungkin bisa kusapa, nyatanya malah tidak ada. Lorong itu sepi hanya ada beberapa orang lalu lalang. Aku malah sedikit terganggu karena melihat mahluk-mahluk 'begituan' berseliweran di bangsal. Ah ya! ini rumah sakit, sama seperti RSCM yang tua, tentu 'mereka' banyak yang 'bermukim' di sini, resiko akulah yang memiliki kemampuan begitu.

Karena di lorong dalam aku tidak berhasil 'menemukan' , maka kuputuskan kembali ke dalam, ke kantin Seroeni. Kantin itu untungnya masih buka malam Minggu ini dan aku tahu ini adalah kantin tongkrongan mahasiswa koas. Kulihat arloji, jam setengah sembilan, dan aku belum meng-HIT siapa pun. OK, mungkin kali ini aku perlu bersabar, pikirku. Aku tahu aku memiliki NIAT yang kuat, tetapi aku tidak boleh lupa bahwa semua tetap memakai perhitungan. Jam sembilan aku tidak berkenalan dengan mahasiswi kedokteran aku pulang.

Di kantin itu aku bertemu lagi dengan Ardi duduk dekat meja bersama saudara-saudaranya. Aku kembali menyapa dia sebentar, lalu memesan kopi dan mengambil tempat duduk. Beberapa kali kulihat beberapa mahasiswi koas lalu lalang, tapi mereka hanya berlalu, sehingga tidak memberiku kesempatan sedikitpun. Ya sudah, aku tetap duduk diam, kukeluarkan buku teks dari tas lalu membaca-baca sambil menunggu jawaban takdir atas NIAT-ku.

Sampai aku melihat seorang cewek berwajah manis masuk dan duduk sendirian di seberang meja sana. Yup, kondisi A. Dan dia adalah mahasiswi koas.

Aku membereskan tasku dan bermaksud menghampirinya, tapi ups! Begitu aku berdiri dia langsung berdiri dan pergi keluar kantin . Damn! Sayang banget! It's OK, mungkin memang bukan saatnya. Aku kembali duduk dan berdiam diri sejenak. Tetapi ketika kumenengok kembali. God! She's comeback. Cewek itu kembali datang dan duduk ditempat yang sama. Sebuah pesanan paket teriyaki diantarkan pelayan ke mejanya. Dia akan makan malam.

Otakku bereaksi cepat. OK, inilah saatnya. Now or Never, pikirku.

Aku bangkit dan menghampiri dia

"Mbak, maaf.. Sorry boleh nanya?"
"Ya..?"
"Mbak mahasiswa koas?"
"Iya, kenapa?" (Dia tidak menunjukan ketidaknyamanan, OK, aku bisa terus.)
"Boleh tanya lagi di bagian apa sekarang?"
"Aku lagi di bagian saraf"
"Oh ya lagi jaga ya..? Maaf Mbak kenal Meli nggak?" (Yah, anak RSHS yang dekat denganku cuman nama itu)
"Maaf Meli.. Meli angkatan berapa..?"
"Dia katanya lagi di bagian saraf juga." (Aku berbohong, intonasiku berubah)
"Hmm, kayaknya nggak ada deh."
"Oh gitu, tadi saya udah janjian sih sama dia." (aku berbohong lagi).
"Memang dia angkatan berapa, Mas?"
"2002." (tambah salting lagi).

OK, aku tidak boleh begini terus. Berbohong tanpa persiapan adalah strategi yang paling buruk jika berbicara dengan seorang wanita. Karena itu aku segera mengalihkan pembicaraan.

"Maaf boleh nggak saya duduk di sini?" (Aku menunjuk kursi di depannya agak ke samping sedikit ).
"Boleh, silahkan."

"Maaf ya, sebenarnya saya nggak bermaksud mencari teman saya. Meli itu angkatan 2000, dia sebenarnya sudah menjadi dokter jaga
di Bale Endah."
"Tuh kan bener. Soalnya nggak mungkin di bagian saraf, itu kan udah senior banget." timpalnya.
"Iya, tapi aku kenal dengan ibunya, kamu tahu dr. Nani Kurnia, kepala bagian saraf?"
"Oh gitu, aku kadang-kadang ketemu sih dr. Nani. Meli itu cewek kamu?"
"Belum, kita hanya teman,"
Dia mulai menyantap hidangannya, "Eh sori, aku makan sendiri ya?"
"Silahkan,saya sudah makan tadi," jawabku. "Saya anak S2 ITB, sebenarnya saya saat ini sedang mengerjakan sebuah proyek yang
membutuhkan mahasiswi kedokteran."
"Proyek apa?"
"Casanova."
"Casanova?"
"Ya. Maaf sebentar ya.." Aku mengeluarkan laptop dari tas dan menyalakannya.

Dan dari sini semuanya mulai mengalir.. Aku mulai tune in. Pembicaraan kami mulai menyambung dan obrolan kami mulai santai. Dan untuk diketahui, saat inilah momen yang menentukan apakah kau bisa membuat seorang wanita yang baru kau kenal untuk merasa nyaman atau tidak. Di sinilah seorang casanova dituntut untuk 'membaca' mereka.

Kami berkenalan. Aku mulai bertanya alasannya kenapa dia ingin menjadi dokter, dan dia menjawab dengan lugas dan santai bahwa karena suruhan orang tua dan dia ingin membantu banyak orang.

"Tapi lingkungan dokter itu lingkungan yang muram. BUkan lingkungan yang ceria,"
"Kenapa kamu bilang begitu?"
"Karena dokter kan kerjanya di lingkungan orang sakit, mereka kebanyakan muram dan tidak ceria."

Aku tersenyum.

"Menurutku justru itulah tugas seorang dokter. kamu harus bisa membangkitkan semangat hidup dari orang sakit yang kamu tolong,
dan itulah yang aku kagumi dari profesi seorang dokter."
"Kalau begitu kenapa tidak kamu saja yang menjadi seorang dokter?"
"Dulu aku ingin, tetapi setelah kurenungi ternyata aku tidak punya hati untuk menjadi seorang dokter. Jadi sewaktu UMPTN
aku memutuskan memilih ITB jurusan FIsika, setelah lulus aku melanjutkan S2, dan di sinilah aku sekarang. Aku berpikir aku
tidak perlu menjadi seorang dokter, tetapi aku berniat memiliki istri seorang dokter. Karena itulah aku selalu berkenalan dengan
mahasiswi dokter koas."
"Kamu sudah berkenalan dengan siapa saja?"

Aku menyebutkan beberapa nama cewek, dan dia tahu nama-nama itu, salah satunya adalah 'bunga' di RSHS ini. Dia tertawa kecil,
entah menertawakan aku atau bukan. Tapi yang jelas, dia cukup merasa nyaman mengobrol denganku. Tanda-tanda itu bisa kubaca dari gerakan tubuhnya. OK,

"Kenapa kamu nggak nyoba kenalan lewat friendster?"
Friendster? menurutku itu bukan ide baik, Nona.

Aku berkata padanya:
"Eno Pegang kata-kata aku: Friendster, Facebook, Lovehappens, ataupun situs komunitas lainnya, itu adalah cara yang PALING PECUNDANG bagi seorang pria untuk berkenalan dengan wanita! Karena seorang laki-laki sejati hidup dalam dan menghadapi dunia nyata, bukan dunia maya. Cara yang tepat bagi seorang laki-laki untuk berkenalan dengan wanita adalah dengan menghampirinya langsung di dunia nyata dan mengajaknya berkenalan secara nyata."

Tapi kalimat berikut yang dia ucapkan sangat mengejutkanku.

"Kamu tahu.. " katanya, "Sebenarnya aku tahu lho tadi kamu di meja sana bermaksud menghampiri aku. Karena itu tadi aku pergi
keluar sebentar."

DEG!!

"Ka..kamu tahu ?" tanyaku seperti tertangkap basah.
"Iya.. makanya tadi aku pergi sebentar, soalnya aku tahu kamu mau menghampiri aku.
"...."

Damn! How could she knew that? Dia telah membaca bahasa tubuhku dengan cepat dan tepat sekali.

"Tapi kamu nggak keberatan kan, kenalan sama aku?"
"Nggak.. Sebenarnya tadi memang aku ada keperluan sih jadi keluar sebentar.."
"..."
"Kenapa sih kamu ingin nyari istri seorang dokter?"

DAMN!
Aku selalu berat dengan pertanyaan seperti ini. Aku telah mempelajari bagaimana caranya untuk membuat wanita senyaman dan seaman mungkin. Dan itu hanya mungkin bila kita 'membiarkan' dirinya untuk menguasai keadaan. Kita ikuti mereka, dengarkan setiap keluhan mereka, dan bertanyalah dengan pertanyaan yang memancing emosi mereka.

Tapi kali ini sama sekali lain! Dialah yang memancing emosiklu. Si wanita balik bertanya kepadaku, wanita yang ku HIT balik meng-HIT ku. Aku telah mempelajari segala macam cara untuk mempelajari wanita melalui omongan mereka, gesture, dan body language mereka. Dan itu sungguh sulit.

Tetapi Eno bisa 'membaca diriku' dengan cepat sekali.

Sungguh aku tidak siap kali ini.

Aku hanya punya sepersekian detik untuk memutuskan, berbohong lebih jauh atau berterus terang menguliti diriku, dan akhirnya, OK! Aku ceritakan semuanya sejujur-jujurnya. Aku buka diriku selebar-lebarnya. Kali ini tidak ada kata berbohong. Maka aku ceritakan kepada dia alasan dasar kenapa aku berniat memiliki istri seorang dokter. Aku ceritakan kisah masa kecilku mengenai Tante doter yang cantik dan baik hati itu.

Aku merasa seperti orang aneh. Freak me! Eno telah mengorek rahasia-rahasiaku, dan lebih parahnya aku sendirilah yang terpancing untuk membongkar diriku sendiri.

Kini yang bisa kulakukan hanyalah bersikap apa adanya, dan menunggu reaksinya. Dan untungnya... reaksi dia menyenangkanku, dia tidak merasa heran atau aneh mendengar ceritaku, setidaknya dia tidak menunjukkannya di depanku, dia malah tertawa kecil menanggapi cerita aku dengan si Tante dokter itu.

Aku sedikit lega.

Jam 9.45. Eno harus kembali ke pos jaganya di bagian saraf. Dia pun pamit ke aku dan mengatakan dia senang berkenalan denganku. Aku mengatakan hal yang sama. Aku mengajaknya tukeran nomor handphone, semula dia agak bimbang.

"Untuk apa? Kalau kamu aja yg ngasih nomor ke aku gimana?" katanya
"Aku pengen aja nomor kamu, nggak papa kan? lagipula aku berjanji satu hal sama kamu, aku nggak akan menghubungi kamu lebih
dulu, karena aku nggak bisa."
"OK deh.."

Akhirnya kami saling miscall. Aku save nomornya. Eno, My first HIT in Bandung. Setelah itu aku memberikan dia sebuah kertas dan kutiliskan di kertas itu alamat blog ini.

Yup, this is the ending scenario of Casanova!


Kami bersalaman dan berpisah. jam sepuluh malam kurang, aku melangkahkan kaki kembali menuju parkiran. Wpw! Malam ini betul- betul malam yang luar biasa. Malam Minggu aku meng-HIT pertamaku di kota Bandung, dengan pengalaman yang luar biasa, malam ini adalah malam di mana aku terkena sedikit 'tamparan' dengan meng-HIT wanita. Malam di mana aku di-HIT balik oleh wanita yang ku HIT.

Yah kini jelas bukan kenapa judul HIT kali ini adalah The Truth About Cats And Dogs? Karena memang seperti di film itu. Lakon si pria yang tadinya bermaksud mengorek identitas si wanita yang diincarnya selama ini, ternyata malah berbalik dialah yang kemudian 'ditelanjangi' si wanita. Si pria kemudian terpaksa bersusah payah mencari tahu tentang wanita tersebut.

Dan inilah yang terjadi padaku. How could this happend to me?

Entah apa yang bisa kukatakan, Aku betul-betul kagum pada Eno, dan pada semua wanita di dunia ini. Aku mempelajari banyak hal mengenai relationship, bahasa non verbal, dan keintiman Mars-Venus, tetapi baru kusadari malam ini bahwa itu semua belumlah cukup. Aku masih harus banyak belajar dan berlatih lagi, dari mereka kaum wanita.

Sambil berjalan hatiku masih menertawakan kebodohanku sendiri. Aku selama ini berpikir bahwa wanita bisa di-taklukan
kita sudah tahu caranya, dengan buat mereka nyaman, buat mereka penasaran, ternyata tidak. Apa yang aku pelajari tentang wanita: Kecantikan, inner beauty, sifat, Body language gesture, gerakan. Ternyata belumlah cukup. Mereka ternyata bisa mempelajari, membalas dan Menaklukan aku...dalam hitungan detik!

Ah Wanita, betapa luar biasanya intuisi kalian

Wanita, izinkanlah aku untuk mengakui dan menyatakan

bahwa kalian adalah mahluk yang betul-betul istimewa..


Jam sepuluh malam.. Aku kembali menyetir sendiri menuju rumah. Malam ini betul-betul luar biasa, satu kisah luar biasa lagi kutuliskan dalam sejarah hidupku. Aku mensyukuri apa yang aku alami hari ini, saat ini dan detik ini, karena itulah dunia nyata. Dunia di mana seorang laki-laki harus tinggal dan menghadapinya.

Banyak sekali laki-laki bermimpi untuk mendapatkan wanita seperti di iklan PONDS, BIORE, Laurier, atau Citra. Tapi ketahuilah. dunia nyata tidak seindah iklan PONDS, atau sinetron-sinetron picisan. Dunia nyata adalah dunia di mana seorang laki-laki harus tinggal dan menghadapinya. Tapi jika kita mau mensyukuri dan memaksimalkan apa yang ada pada diri kita pada hari ini, saat ini, detik ini, maka kita akan bisa menulis sebuah cerita yang jauh lebih menarik dan lebih romantis daripada iklan atau sinetron manapun di dunia ini. Dan itu adalah kisah kita sendiri.

Dan wanita yang terbaik akan kau dapatkan. Insya Allah.

Asalkan seperti kata Josh Groban, Don't Give Up!

" ...Everybody wants to be understood...
While I can't hear You...
Everybody wants to be loved...
DON'T GIVE UP....
......
BECAUSE
YOU
ARE
LOVED !! "

.....









Kamis, 10 April 2008

Tiara, The Lady Rain

Mungkin aku melewatkan cerita perkenalan aku dengan dia. Maklum, saat itu memang aku sedang dalam kondisi HIT dengan cewek lain, Yuli. Aku sedikit menyinggungnya di kisah Malam ini Untuk Yuli. Tiara seorang gadis manis dan dia mahasiswi kedokteran di sebuah Universitas swasta di daerah Cililitan, Jakarta.

Baiklah! Kini aku bercerita mengenai dia. Percaya atau tidak, Tiara lah cewek kedokteran yang pertama kali aku datangi untuk kedua kalinya (setelah perkenalan). Sore hari itu, Jumat 4 April 2008. Aku telah janjian untuk ketemu dengannya di kampusnya.

Sehari sebelumnya, Kamis 3 April 2008, Tiara meng-sms ku.. tepat sebelum aku mengikuti interview yang ketiga kali di sebuah Bank asing.

INBOX - Tiara : RIAN, JADI NGGAK KE KAMPUS ?
Aku - reply : AKU PGN, TP SEKARANG LG ADA INTERVIEW... EMANG KAMU LG ADA DI MANA SKR? BESOK BISA NGGAK? - SENT
INBOX - Tiara : AKU LG DI KAMPUS ABIS UJIAN, BESOK JAM BRP MAU KE KAMPUS?
Aku - reply : WAH, LEGA DONG ABIS UJIAN.. JAM 2 BISA NGAK? KAMU DAH SELESAI KULIAH BLM? - SENT
INBOX - Tiara : AKU SELESAI JAM SATUAN, BTW KAMU TAHUKAN KAMPUSKU DI MANA?
Aku - reply : TAU DONG. DEKET ARAH KE CILILITAN KAN? YANG BANYAK PREMANNYA? HE3X! OK DEH AKU BSK DATENG JAM 2 YA? - SENT
INBOX - Tiara : OK KALAU GT, SAMPE BESOK YA, PREMAN! HE3x!
Aku - reply : OK DH, C U TOMORROW - SENT

Jumat, 4 April 2008.

Siang itu sehabis shalat Jumat aku mengendarai CRV-ku menuju kampus Tiara. Kuarahkan mobilku dengan susah payah menembus kemacetan wilayah Cililitan sebelum akhirnya sampai di kampusnya yang tepat bersebelahan dengan sebuah rumah sakit yang memiliki nama sama dengan kampusnya. Cuaca basah karena habis hujan deras di wilayah itu, dan ketika sampai hujanpun masih turun rintik-rintik.

Aku sampai dan langsung menghubungi dia untuk bertemu (ingat, bukan aku yang menghubungi dia pertama kali, kan?). Kami janjian di dekat ruang ATM rumah sakit. Kulangkahkan kakiku melintasi genangan air becek ke dalam rumah sakit, padat sekali rumah sakit ini, suasananya terkesan sumpek, banyak orang mengantri di ruang tunggu yang pengap . Yah, ini jelas bukan rumah sakit kelas atas seperti Pondok Indah.

Kami pun bertemu, Tiara datang memakai setelan dokter dan rok pendek (tapi bukan mini, awas!) khas dokter. Rambutnya hitam lurus panjang. Dia manis sekali, pikirku. Wajahnya coklat keputihan dengan hidung bangir dan sedikit lesung pipit. Dia tersenyum ramah, persis ketika kami berkenalan di pernikahan Cibonk.

Tiara mengajakku berkeliling kampusnya, menemui beberapa temannya.Kami betul-betul menikmati siang itu, so excited banget rasanya, aku merasakan desiran aura Casanova-ku yang menguat. Dan aku pun yakin Tiara dan teman-temannya juga bisa merasakan. Karena ketika kami melintas di depan teman-temannya, mereka berseru:

"Tiara.. kenalin dong!"

Maksudnya aku, ya iyalah, siapa lagi yang ada di sampingnya? Kucing?

Tiara tersipu malu, aku juga. Mungkin Tiara merasa beruntung jalan denganku. Tapi percayalah, aku merasa lebih beruntung lagi.

Akhirnya kami menghabiskan waktu duduk di bangku taman. Hujan turun mulai mereda ke gerimis. Kami mengobrol banyak hal.. Dan dari situlah aku tahu bahwa nenek Tiara orang Belanda, My God! She's indo! Tiara mengaku kalau di Ambon tapi ada campurannya, dan ternyata memang benar.Dia gadis Indo dan pernah menghabiskan waktu hampir satu semester bersama neneknya di Amsterdam.

Pantas saja aku merasakan kecantikan yang tersembunyi dari wajahnya.

Nggak kerasa waktu sudah jam setengah lima, aku harus kembali ke Bandung. Kami akhiri pembicaraan ini, dan sebelumnya kuberikan padanya alamat blog ini, That's it: The Ending of Casanova! Misi selesai hari itu.

Lalu aku bertanya, "Kamu mau pulang sekarang?"
"Iya aku mau balik ke kosan," jawabnya.
"Kosan kamu jauh?"
"Nggak, cuman jalan kaki dari sini."
"Boleh nggak aku anterin kamu?"

Dia memperbolehkan. OK aku pun mengantar dia. Di mobilku obrolan berlanjut. Gerimis mulai reda tapi awan mendung masih menutupi langit Jakarta. Suasana lebih smooth sekarang. Kami mengobrol tentang musik kesukaan dia, she likes jazz. Wow! Kuputarkan CD salah satu album kesukaannya, Maliq and D'esential. Alunan lagu "Heaven" dan "Ketika" pun mengalir, mengiringi obrolanku dengan calon dokter manis itu.

She likes the songs.


"CD ini pemberian mantanku," jawabku. Terlintas sejenak bayangan Suzie, mantanku.

Tiara tersenyum.

"What about if I invite you sometimes to watch a jazz?" tawarku.
"BOleh aja "
"Di mana tempat yang bagus di Jakarta?"
"Di kuningan, ada Pasar Jazz festival, kamu suka ke sana?"
"O I see, belum pernah.. mau kuajak kapan-kapan?"
"Kalau ujiannya dah selesai, ya. Tapi jangan malem-malem. Soalnya kosanku gemboknya dikunci jam 11"
"I'm promise!"

Tak lama kami sampai di depan kosannya. Tiara turun dan kami mengucapkan kata-kata perpisahan. Kami berpisah.

Kesanku cukup baik dengan Tiara. Selera dia lumayan bagus untuk seorang calon dokter, she has good manner. Beautiful girl! Sekalipun Tiara adalah pre-HIT ku tapi aku merasakan dialah yang me-respon aku untuk pertama kalinya.Aku menyukai dia, sungguh! Kalau aku tidak bisa bersama dia, itu pasti karena alasan kami berbeda operator (baca: agama). Walaupun demikian, Tiara memiliki sifat baik dan menjalankan keyakinannya dengan baik. Aku hargai itu.

Sekalipun persoalan itu adalah harga mati buatku.

Well, that's all! Me and her: Tiara. Dan pertemuan kedua kami di kampusnya. Cuaca hujan di wilayah Cililitan hari Jumat itu benar-benar membawa berkah untukku. Siang itu kunikmati keindahan moment bersama Tiara, the lady rain.

Jam setengah enam. Aku arahkan mobilku menuju Tol Cikampek-Cipularang menuju Bandung, dengan seberkas kenangan pertemuanku dengan Tiara. Seiring perjalanan, mengalun lembut di benakku lagu dari Indecent Obsession:


"Lady rain... I hear you at my window "
"Lady rain... I need you softly falling on my face "
"Why did the sun shining come and take you away"
"I wait for you again my lady rain"



Kamis, 03 April 2008

My FIRST HIT! FKUI - Yasmin and Tari !

Meski tidak selesai secara sempurna, tetapi aku dapat mengatakan, hari ini di Jakarta, hari Rabu tanggal 2 April 2008 adalah hari yang luar biasa. Tebak apa? Ini adalah HIT PERTAMAKU, dan bayangkan... aku melakukannya kepada mahasiswi kedokteran.

Dua orang kukenal hari ini Yasmin dan Tari.. keduanya adalah mahasiswi FKUI angkatan muda. WOW!

Dan di hari ini pula aku merasakan hebatnya ilmu-ilmu yang kupelajari selama ini tentang niat. Ya NIAT! Baik yang kudapat dari Hikmatul Iman, dari Kang Gun, The Secret, Hitman System dan lain-lain. Tapi baru dari sinilah aku merasakan dashyatnya kekuatan yang aku miliki:NIAT.


Dengan niatlah aku bisa meng-hit, termasuk di FKUI ini.

OK, mungkin kalian sedikit heran tetapi inilah yang terjadi.

Aku mengeluarkan mobil CRV-ku dari rumahku di Pondok Gede sekitar pukul 14.00. Rencanaku hari ini adalah mengikuti interview di sebuah perusahaan futures di Sarinah jam 6 sore. Masih terlalu pagi, pikirku. Lalu aku berpikir, daripada aku berputar-putar nghabisin bensin nggak karuan, kuputuskan saja untuk melatih (ya, melatih!) skill-ku sebagai seorang Casanova. Lagipula selama ini aku belum pernah memulai HIT sekalipun di lingkungan kampus kedokteran sendiri.

Dan aku teringat suatu kampus kedokteran di universitas negeri paling terkenal di negeri ini, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba.

Maka aku pun mengarahkan mobilku menuju kampus kedokteran.


Sore itu sekitar pukul 16.00 aku tiba di pelataran kampus, selesai parkir aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam. Memang, aku masuk ke lingkungan yang sama sekali asing untukku. Di sana bertaburan cewek-cewek anak kedokteran, tapi sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang kukenal.. Aku benar-benar sendiri datang ke FKUI, sama sekali tidak memiliki kenalan seorang pun di sana. Kawan lamaku, Henry, sudah lama lulus dan kini sudah mengambil prakteknya.

Tapi aku teringat akan pelajaran NIAT, jadi kuputuskan saja untuk MENGAPLIKASIKANNYA DI SANA.

Dan akupun ber-NIAT, bahwa hari ini, sore hari ini, di tempat ini, kampus FKUI-Salemba, aku berniat untuk meng-hit atau berkenalan sendirian secara langsung dengan wanita yang baru pertama kali aku temui. Aku pun berdoa dalam hatiku:

"Ya Allah, hari ini aku ber-NIAT untuk mencari kenalan cewek seorang calon dokter, untuk memudahkan jalanku mencari istri seorang dokter, aku berniat memiliki istri seorang dokter. Dan ini semua kulakukan untuk menyempurnakan ibadahku kepada-Mu"

Dan kemudian aku pun bergerak..masuk ke pelataran kampus yang masih ramai. Sedikit rasa takut dan keraguan dalam batinku, tapi kemudian aku sibakkan semua, aku berniat dan Insya Allah aku akan dapat.. OK, keep moving!

Welcome to the Jungle!

Pertama tentu sikapku masih seperti orang bloon, clingak-clinguk nggak karuan... melihat beberapa mahasiswi cantik asyik bercengkrama dengan temannya. Rasanya ingin sekali aku melabrak dan meng-hit mereka, tapi aku segera tersadar: bahwa keberanian tidak cukup, aku harus juga memakai perhitungan.

Maka aku mencoba untuk umerasakan diriku, mencocokan keberadaanku dalam atmosfir kampus ini, udara Jakarta yang panas dan pengap tidak membuatku letih untuk merasakan keberadaanku, kuset aura tubuhku agar selaras dengan aura para mahasiswi di kampus ini.

Dengan kata lain, energi metafisik aku aktifkan.

Akhirnya tak lama kemudian, aku mulai bisa 'menyatu' dengan kampus ini.

Aku mulai berani menyapa seorang mahasiswi, bertanya hal-hal yang nggak penting, seperti, di mana jalan ke RSCM.. tapi it's OK, itu adalah salah satu trikku untuk mencocokkan keberadaan diriku dalam kampus mereka.

Dan sedikit berhasil, sambil berkeliling aku mulai merasa nyaman, aku masih mengelilingi kampus ini, lumayan juga suasananya..meskipun tua, untungnya suasannya ramai, termasuk di RSCM, meskipun aku sempat juga terganggu karena 'kemampuanku' yangbisa melihat makhluk-makhluk 'begituan' di lorong RSCM, ah, tapi aku cuek saja. Toh aku ke sini bukan untuk mengurusi mereka.

Dan akhirnya terjadilah moment itu..

Aku melihat seorang gadis manis, yang kemudian kukenal bernama Tari.. asyik mengobrol di depan pintu perpustakaan. Kondisi Sosial B, menurut penilaianku (lihat :Survei Kondisi Hit Kamu (bag.1)
) . Batinku tergetar, dan aku pun mulai memberanikan diri untuk: ber-NIAT berkenalan dengannya, entah bagaimana caranya.

Dan dalam hati berkata: "Ya Allah, aku berniat akan berkenalan dengan gadis itu, entah bagaimana caranya.."

Dan jalanpun terbuka tanpa kusadari..

Ini sudah pukul empat, aku belum juga mencek posisi trading forexku di internet. Aku penasaran akan posisi floating tradingku, maka aku buka laptop dan bertanya sana sini (kepada cewek tentunya) di mana kira-kira ada hotspot. Aku diberi tahu bahwa ada hotspot di depan perpustakaan, tepat di mana Tari dan kawannya duduk. What a coincidence!

Untuk sementara NIAT kualihkan, aku membuka laptop dan bermaksud menyambungkan internet. Sial! Aku gagal menyambung, ternyata HotSpot di sini juga diproteksi password, aku harus memiliki username dulu kalau begitu.

Rasa penasaranku mengalahkan segalanya. Akhirnya lalu aku pindah tempat duduk tepat disamping seorang cewek yang bernama Yasmin, teman Tari. Aku bertanya pada Yasmin, "Mbak di sini ada hotspot ya, tapi harus harus pake password?"

"Iya, Mas . Tapi harus pake password supaya bisa nyambung," jawabnya.
"Waduh, saya nggak puya password. Gimana ya? padahal saya mesti ngecek harga."
"Oh ya udah, kalau gitu pake account saya aja dulu, Mas."
WHAT ?
"Eh.. tapi nggak papa, Mbak?"
"Nggak papa, Mas. Pake aja dulu."
"OK deh, sori ya Mbak?.."

Dan selanjutnya kalian bisa menebak kelanjutannya, bukan? Betul sekali, semua mengalir seperti air di mata air pegunungan, jernih dan lepas. Yasmin dengan baik hati membantuku men-connect internet,dengan merubah settingan proxy dan cache di Internet Conectionku. OK, dan akhirnya kami berkenalan, dari situ aku tahu namanya Yasmin. Kemudian ketika kami asyik mengobrol, datanglah Tari.. dan tebaklah! Yup! Aku pun berkenalan dengan Tari. Dan NIAT-ku pun tercapai hari ini. Subhanallah! Dashyat sekali kekuatan NIAT!

Dan jadilah ini sebagai HIT pertamaku di kampus kedokteran.


Sayang, ini belum sempurna seutuhnya. Pertama, aku tidak melakukan ending dari Casanova Project. Yang mengakibatkan mungkin aku harus menhubungi Yasmin kembali, tapi tak apa, aku niatkan saja untuk berteman dengan dia. Kelihatannya dia baik dan orangnya asyik diajak ngobrol. Kedua, aku berbohong. Ya, aku masih harus berbohong bahwa aku datang ke kampus itu untuk menjenguk temanku yang sakit di RSCM. Duh! Kenapa harus begini sih, pake berbohong segala?! Ini menunjukan mental Casanova ku belum begitu kuat.

But anyway.. meskipun belum sempurna, aku masih bisa mengatakan bahwa aku telah melakukan langkah besar. I made an outstanding achievement today! Aku sendiri hampir tidak percaya..Siapa sangka aku berhasil melakukannya? Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam aku berhasil melaksanakan NIAT-ku untuk meng-HIT cewek. Dashyatnya kekuatan NIAT, tak bosan berulang kali kunyatakan hal ini.

Betul juga, MIND is THE FINAL FRONTIER !

Luar biasa!

Dan kini, aku sekarang siap untuk melangkah lebih jauh dan lebih cepat!

Special for Untuk Yasmin: thanks banget buat pinjaman username HotSpot-nya ya? semoga kebaikan kamu dibales berkali lipat.! :-)

Konsep AURA - Energi Sumber Segalanya

Mari kita berhenti sejenak untuk melihat lebih dalam ke diri kita... atau marilah kita melihat ke sekeliling kita lebih seksama.

Kita melihat orang lain, mobil yang berjalan, pepohonan, awan, bulan. Kita melihat mobil yang bisa berjalan, manusia seperti kita yang bisa berdiri, berjalan, dan berkomunikasi satu sama lain. Proses komunikasi itu sendiri mengakibatkan banyak hal, kerjasama, konflik, persaingan, atau bahkan hubungan cinta.

Apa sih maksud omongan ini?

OK, OK... Sabar sebentar dong!

Di sini saya ingin membahas tentang energi.. atau tepatnya konsep energi yang menggerakkan kita dalam hal berkomunikasi satu sama lain, energi yang menyebabkan seseorang bisa mempengaruhi orang lain, energi yang menyebabkan seorang pria bisa tertarik kepada seorang wanita, energi yang menyebabkan seorang wanita yang tadinya tidak peduli pada seorang pria tiba-tiba saja bisa jatuh hati dan m
engejar-ngejar pria tersebut.

Bukan, maksud saya di sini bukanlah energi ghaib (maksudnya energi yang tidak jelas dari mana asalnya), yang saya maksud di sini adalah energi yang terdapat di alam semesta dalam wujud apapun. Lagipula kalau bicara soal energi ghaib, apa sih definisi ghaib ? Padahal yang namanya energi jelas ghaib karena definisi ghaib itu kan yang tidak terlihat oleh mata, jadi oksigen dan gelombang radio pun sebenarnya hal ghaib. Tetapi beda dengan masa depan, jodoh, kematian, hari kiamat; kesemuanya itu adalah perkara ghaib bukan hal ghaib.

Lalu energi apakah yang bisa menyebabkan seseorang mampu berkomunikasi dengan yang lainnya?

Jawabannya adalah energi pikiran. Ya energi yang berasal dari otak kita. Jangan salah! Ketika kita berpikir, menganalisa, atau bahkan berkomunikasi dan berniat akan sesuatu, otak kita mengeluarkan gelombang dengan intensitas tertentu, ilmuwan mencoba mengukur gelombang otak ini dan akhirnya mereka mengklarifikasikannya ke dalam berbagai gelombang tergantung kondisi pribadi si empunya otak, misalnya gelombang alpha, beta, dan sebagainya, itu sebabnya pula ilmu kedokteran menciptakan alat EEG (nah, mulai jelas kan alasan saya kenapa ingin mencari istri dokter? :-) ).

Gelombang dari otak manusia itu terpancar keluar tubuhnya, dalam bentuk aura atau energi elektromagnetik yang berada di sekeliling tubuh atau bentuk energi lain yang menjadi perantara kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, diantara energi itu adalah bahasa, baik lisan maupun tak lisan seperti body language, gesture, sikap tubuh, maupun energi dalam bentuk simbol (tulisan).

Perlukah kita bahasa lisan ..?

Sekarang cobalah renungkan..Betulkah kita butuh bahasa? Kata siapa kita butuh bahasa untuk berbicara? Coba renungkan lagi...

Kita berbicara dengan teman kita, saudara kita, pacar kita, orang tua kita dan lainnya dengan menggunakan bahasa lisan yang telah diajarkan kepada kita sejak kecil.Kemampuan otak manusia yang luar biasa hebat dengan lebih dari 100 milyar neuron ketika lahir, telah mewujudkan niat kita untuk belajar bahasa secara cepat.

Definisi bahasa lisan tak lain hanyalah serangkaian intonasi dan warna nada suara sebagai salah satu bentuk energi yang menjadi perantara kita untuk mentransfer pikiran kita kepada orang lain. Dan yang menjadi media perantara energi itu adalah gelombang suara yang dihasilkan oleh pita suara kita di tenggorokan.

Kalau kita berbicara pada pacar yang kita sayangi, misalkan pacar kita itu orang Perancis, maka perlukah sebenarnya bahasa Perancis itu kita omongkan ke dia? Jelas perlu! Kenapa ? Karena gelombang otak dia hanya bisa mengakses gelombang pikiran kita hanya apabila gelombang pikiran itu kita sampaikan dengan perantara gelombang suara yang aksennya seperti bunyi bahasa Perancis.

Jadi, misalkan kita ingin menyampaikan niat atau pikiran di otak kita bahwa kita mencintai dia, dia hanya mengerti itu hanya apabila pita suara kita mengeluarkan bunyi "Je'taime" , bukan "Aku cinta kamu" atau "Aku sing tresno karo koe"; atau "Wo ai ni".

Kecuali jika kita mengungkapkannya dengan bahasa non- verbal, misalnya bahasa tubuh atau dengan perbuatan, dia bisa saja mengerti akan tetapi bagi sebagian orang pembuktiannya haruslah tetap dengan kata-kata. Adapun bahasa tubuh terbukti sekali penyampaiannya,karena penelitian membuktikan bahwa kita sebenarnya berbicara dengan bahasa tubuh 70% sedangkan bahasa lisan 30%.Tapi ini soal lain lagi.

Sekarang pikirkanlah lagi, andaikata... andaikata kita sudah mampu menyampaikan apa isi pikiran kita begitu saja tanpa perantara, perlukah sebenarnya kita bahasa verbal atau non verbal seperti tulisan ataupun bahasa tubuh?

Tentu tidak.

Dan sekarang bisakah kita atau pernahkah kita menyampaikan isi pikiran kita dan menyampaikannya kepada orang lain, ataupun kepada mahkluk, kepada benda lain, ataupun alam semesta.. Tanpa menggunakan bahasa verbal maupun tulisan?

Pernah.. Sering atau tidaknya itu tergantung kita.

Pernah berdoa?

Tergantung Anda. Ingatlah sekali lagi.. apabila kita berdoa pernahkah kita dipusingkan tentang apakah Tuhan mengerti bahasa kita?

Misalnya, apabila kita orang Indonesia dan seorang muslim, pernahkah kita dipusingkan tentang apakah Allah mengerti bahasa kita ketimbang bahasa Arab? Tentu tidak..karena meskipun secara syariah Islam berasal dari Arab, dan untuk ibadah tertentu kita harus menggunakan bahasa Arab, tetapi kita tidak dipusingkan sama sekali apabila Allah tidak mengerti bahasa Indonesia ketimbang Arab:

Pertama
, karena kita meyakini Tuhan Maha Mengetahui, jadi bahasa apapun Dia pasti mengerti,

dan kedua (inilah yang sering tidak kita sadari selama ini) bahwa kita melakukan kontak dengan Tuhan sebenarnya bukanlah melalui perkataan atau ucapan, bukan dengan seruan Allahu Akbar, Halleluya, atau Om Sya Nika, bukanlah ucapan itu yang menjadi perantara kontak kita dengan Tuhan.

Yang menjadi perantara itu adalah pikiran kita sendiri, gelombang otak kita sendiri, atau yang bila dijabarkan secara agama adalah niat kita atau hati kita sendiri... Dengan kata lain kita meyakini bahwa gelombang pikiran kita, entah bagaimana caranya akan sampai ke 'telinga' dan 'otak' Tuhan.

Wah.. Wah kok jadi ngomongin agama.. Sok suci lu!

Ok! OK! bukan bermaksud sok suci.. saya cuma mengingatkan yang selama ini sudah terjadi sama kita tapi tanpa kita sadari atau syukuri..

Baiklah, terlalu jauh jika membahas kontak kita ke Tuhan, nah sekarang.. bagaimana dengan kontak dari kita ke mahluk-Nya yang lain, seperti tumbuhan, batu, bumi, ataupun orang lain di sekitar kita.. Bisakah kita melakukan kontak dengan mereka tanpa bahasa, tanpa perantara..?

Jawabannya bisa... tapi itu tergantung dari kemampuan yang kita miliki.

Kemampuan ?

Betul..Nah sekarang, mari kita balik lagi ke konsep energi. Definisi dari energi secara ilmu alam adalah kemampuan untuk melakukan suatu usaha. Orang mengukur satuan usaha untuk energi bermacam macam, misalnya, satu Joule adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan beban satu Newton (kira-kira berat sebuah apel di Inggris) sebesar satu meter ke atas, satu kalori adalah usaha yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu kilogram air sebanyak satu derajat celcius. Kalori juga satuan energi yang digunakan untuk kegiatan metabolisme manusia.

Nah sekarang, untuk kegiatan berkomunikasi. Misalnya kita mencoba meyakinkan sesorang akan suatu hal, energi yang kita keluarkan tentu berbeda ketika kita meyakinkan seorang anak kecil dibandingkan dengan kita berusaha membujuk bos kita agar menyetujui proposal kita, atau meyakinkan klien agar memberi produk kita, atau.. nah ini yang paling asyik.. membuat wanita tergila-gila pada kita.

Percaya a
tau tidak.. semuanya itu tergantung dari pancaran energi yang dipancarkan oleh orang tersebut.

Tahukah kalian orang-orang besar yang mampu mempengaruhi orang banyak seperti Caesar, Hitler, Soekarno atau bahkan.. Muhammad, Budha, Kristus? Pernahkah kita berpikir apa yang membedakan kita dengan mereka? Toh sama-sama manusia. Dalam hal ini untuk sementara tolong kesampingkan dulu faktor kepercayaan.. mari kita lihat dari segi natural: manusia. Mereka manusia dan kita juga.

Lalu apa yang membedakan? Jawabannya Energi mereka... Orang-orang besar memancarkan energi yang besar pula untuk mengajak, mempengaruhi, atau memerintah orang lain, dengan kata lain aura mereka sangat kuat untuk mempengaruhi orang lain. Entah untuk tujuan baik atau buruk.
Nggak usah jauh-jauh ke Nabi Muhammad atau Kristus, lihatlah Bos kita.. seringkali kita melihat apabila ada seorang CEO yang senior dan cukup banyak makan asam garam memimpin perusahaan, maka kita akan merasakan 'kharisma' dari kepemimpinan orang tersebut sehingga orang tersebut terkesan sekali berwibawa. Akibatnya segala omongan, perintah, serta petuahnya akan didengarkan baik-baik oleh para karyawan demi kemajuan perusahaan.

Dengan kata lain, orang besar.. baik yang besar karena pengalaman maupun ilmu yang mereka dalami, akan memancarkan aura yang bisa mempengaruhi orang lain.

Aura adalah energi potensial elektromagnetik yang ada di sekeliling tubuh kita.. Aura memang ghaib (maksudnya tak terlihat mata biasa), tapi ini bukan perkara ghaib. Dengan kemajuan tehnologi kini telah diciptakan kamera khusus yang mampu memotret Aura. Kamera itu diberi nama kamera Kirlian, karena ditemukan oleh Semyon Kirlian, seorang ilmuwan Rusia.

Photo courtesy of www.hikmatul-iman.com

Aura memancar disekeliling tubuh benda hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan bahkan benda mati seperti koin, meskipun lemah. Mengapa benda mati bisa? Ini ternyata sesuai dengan prinsip ilmu alam dan fisika kuantum tentang prinsip dualitas gelombang-partikel pada materi, jadi bukan hanya cahaya yang memiliki sifat dualitas... penelitian fisika kuantum oleh dua orang ilmuwan:Louise de Broglie dan Niels Bohr menyatakan semua materi pun punya sifat energi (gelombang), artinya materi juga bisa bersifat seperti gelombang (energi).. Karena jika materi itu diperkecil, misalkan: tangan kita diperkecil jadi sel, lalu kromosom, DNA, molekul, atom, dan akhirnya elektron. Secara fisika klasik kita mengetahui bahwa elektron berputar mengorbit inti atom, padahal...posisi elektron dalam atom pun sebenarnya tidak diketahui ada di mana (uncertainty), ada atau tidak pada saat tertentu.. yang dapat dilacak hanyalah frekuensi keberadaan elektron itu, dan ini berarti sifat gelombang.. maka elektron yang notabene materi pun memiliki sifat energi (atau jangan-jangan elektron itu sendiri adalah energi murni?). Jadi dalam bahasa awamnya, kita tak tahu apakah elektron itu sedang ada di mana pada 'saat ini' di sebuah atom, tetapi pokoknya kita tahu bahwa elektron itu ada karena mengeluarkan frekuensi keberadaannya. Analoginya sama seperti betapa sulitnya kita menentukan posisi persis sebuah penggaris atau pegas yang sedang bergetar pada suatu 'detik tertentu', tapi yang jelas kita tahu berapa frekuensi getaran pegas itu, misalnya 15 kali per detik. Nah, jelas kan?

Huiih, ngomongnya kok jadi rumit ilmiah gini? Pakai kuantum segala?! Pusing Ah!

OK! OK! Kita balik lagi, tadi kan saya cuman berusaha menjelaskan pondasi ilmiahnya.

Nah, aura kita ini secara kita sadari atau tidak, berinteraksi dengan aura lainnya termasuk aura manusia lain, dan apabila kita memang menyadari adanya interaksi ini, maka kita bisa melatihnya. Kuncinya adalah di otak kita, di pikiran kita. Pikiran yang positif akan memperkuat aura yang bagus, dan sebaliknya. Inilah sebabnya mengapa kita tiba-tiba bisa merasakan ada orang yang berniat jahat pada kita, padahal orang itu belum menunjukan gelagat apapun. Ini karena niat dia sudah memancar dan masuk ke otak kita sehingga kita bisa menerima pesan dari si otak orang itu : aku berniat jahat.

Nah, lalu bagaimana dengan benda-benda lain, bisakah pikiran kita terhubung dengan mereka?

Jawabannya BISA! Dan ini pun telah dibuktikan secara empiris.

Pada tahun 1990-an seorang ilmuwan asal Jepang, Dr. Masaru Emoto, mengadakan penelitian mengenai kristal air yang telah dibekukan. Dia meneliti pengaruh kristal air oleh kehidupan orang-orang sekitarnya. Pertama dia mengambil sampel kristal air dari tempat yang terkena bencana, yaitu Kobe (pada tahun 1995 terjadi gempa bumi dashyat di wilayah itu). Dan setelah diteliti, ternyata sampel-sampel kristal air yang diambil bentuknya buruk, kacau, dan tak beraturan, Ini seolah-olah sesuai dengan kondisi perasaan dan emosi korban-korban gempa bumi itu yang dilanda ketakutan, frustasi, dan kesedihan mendalam karena ditinggal sanak keluarganya.

Gambar kristal air yang diambil sesaat langsung setelah terjadinya gempa bumi Kobe (kiri) dan kristal air yang diambil dari tempat yang sama 3 bulan kemudian (kanan), ketika keadaan berangsur membaik dan harapan para korban menjadi pulih kembali.
Photo courtesy of
www.erabaru.or.id/k_07_art_01.htm

Tak puas dengan itu, Dr. Emoto pun mencoba cara lain, dia mengambil dua macam sampel, kali ini manusia. Sampel pertama adalah orang yang sedang marah-marah, sedang stress karena suatu masalah berat. Sampel kedua adalah orang yang sedang senang, sedang gembira dan hatinya penuh dengan kebahagiaan. Sampel pertama, si pemarah disuruh 'memarahi' air di dalam gelas yang disediakan di depannya, kata-kata sekotor apapun dipersilahkan pada dia untuk menumpahkan kekesalannya pada si air itu. Sedang sampel kedua, si bahagia, ia dipersilahkan mengucapkan terima kasih dan rasa syukur kepada air di gelas.

Dan ternyata hasilnya seperti yang telah diperkirakan sebelumnya. Kristal air yang di-sumpahserapahi oleh si pemarah bentuknya menjadi buruk, seolah-olah kristal itu merepresentasikan pikiran buruk si pemarah, sedangkan kristal yang di'berkati' oleh si bahagia, kristal itu bentuknya menjadi teratur dan indah sekali, seolah-olah kristal ini juga merepresentasikan keharmonisan pikiran dan 'ikut merasakan' kebahagiaan yang dialami si bahagia.

Jadi inilah kesimpulannya: pikiran kita sangat terhubung dengan dunia sekitar kita. Dan pendapat ini diperkuat dengan filsafat-filsafat. Contohnya Zhuan Falun (
www.erabaru.or.id/k_07_art_01.htm), sebuah buku filsafat Timur mengatakan, "Semua materi dalam alam semesta, termasuk semua substansi yang ada di alam semesta, adalah makhluk hidup dengan jiwa yang bisa berpikir, dan mereka semua adalah bentuk keberadaan dari Fa alam semesta pada tingkat-tingkat yang berbeda.". Dan selain itu kitab suci pun membenarkan hal ini. Bagi umat muslim misalnya, dari Al Quran kita bisa mengetahui bahwa bumi, bulan, dan matahari semuanya bertasbih menyebut nama Allah, bahkan zat terkecil pun mereka semua bertasbih dan berdzikir menyebut nama Tuhan-nya dengan caranya masing-masing, jadi artinya.. benarlah bahwa alam semesta ini hakikatnya satu dan semua saling berhubung satu sama lain.

Termasuk kita.

Inilah sebuah tabir rahasia yang mungkin tidak kita sadari selama ini. Atau sebenarnya ini bukan rahasia, petunjuknya sudah ada. Hanya kita sajalah yang malas untuk meng-eksplore-nya.

Nah, sekarang dengan telah mengetahuinya kita rahasia ini, lalu selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Tentu saja, kita harus senantiasa menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan kita agar selalu baik. Klise memang, tapi sekarang kita mengetahui mengapa semua agama, semua Nabi, dan semua Kitab Suci selalu mengajarkan dan menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang baik, bukan?

Kita harus berpikir positif dan menjauhi prasangka buruk. Hal ini tentu dikarenakan bahwa kita telah mengetahui bahwa kita ter-connect dengan alam semesta, jadi apa pun yang sebenarnya kita pikirkan itu akan direspon oleh alam semesta.Inilah sebabnya kenapa semua amal perbuatan kita itu tergantung dari NIAT, dari niat kita bisa membentuk diri kita, dan bahkan alam ini. Untuk selanjutnya ini bisa dilihat pada essay : Dashyatnya Kekuatan NIAT.

Dan inilah kesimpulan akhirnya, kita adalah manusia dan karena kita tahu bahwa segala sesuatu yang kita perbuat, kita pikirkan dan kita NIAT-kan akan direspon oleh alam semesta, artinya kita tahu bahwa kita bisa melakukan apapun terhadap alam semesta ini, dengan izin Tuhan tentu saja. Jadi apa artinya?... Tentu saja, balik ke konsep energi... jikalau memang demikian, kita memiliki kekuatan yang besar untuk melakukan apa pun terhadap alam ini. Artinya secara spiritual, dari semua ciptaan, manusia-lah yang diberi energi terbesar. karena manusialah yang diberi kesempurnaan untuk melakukan apa pun.

Sombong amat sih lu bilang manusia yang energinya paling besar? Buktinya orang bisa mati juga ketimpa longsoran gunung ?


Bukannya sombong, tapi memang kita mesti menyadari potensi yang diberikan kepada kita. Jika kamu mengatakan gunung memiliki energi besar karena bisa membunuh manusia dengan melongsorkannya memang benar, tapi itu hanya sebatas energi fisik semata. Lupakah kamu dengan definisi energi? Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha, jadi jangan mengira 'usaha' itu hanya sebatas me-longsor-kan orang saja. Berjalan pun usaha, berkomunikasi, berbisnis, membunuh, berkenalan, dan berpacaran itu pun juga usaha. Matahari dan bintang juga memiliki energi besar, tapi mereka tidak akan pernah bisa berkembang biak dan pacaran, bukan? He3x!

Wajarlah jika manusia kemudian menjadi ciptaan yang paling mulia, mahkluk yang sempurna karena semua sisi ada pada kita: baik-jahat, salah-benar, sehat-sakit, ying-yang. Dan untuk itu tentu tidak gratis, ada harga yang harus dibayar. Karena kita memiliki kesempurnaan itu, jadi wajarlah jika kita kalau diberi tugas mengemban amanah sebagai pemimpin di alam semesta, sebagai khalifah bumi atau khalifah fil 'ard, sebagai mitra Tuhan. Yang intinya adalah kita menjadi khalifah dengan tujuan akhir hanyalah satu, menjalankan tugas kita : IBADAH.

Sekarang balik deh ke pribadi aku, sekarang mengerti kan? Aku memang berniat memiliki istri seorang dokter, tapi bukan itu yang utamanya. Yang utamanya adalah dia bisa mendampingi aku untuk beribadah kepada Tuhan. Itulah tujuan sebenarnya, bukan untuk mengumpulkan harta, anak, popularitas, kekuasaan, atau bunuh diri bareng kayak Romeo dan Juliet. Lagipula semua itu hanyalah ujian.

Ngerti kan?