Free Web Hosting with Website Builder

Jumat, 30 Mei 2008

LoneLy Eva

Tak ada yang terlalu istimewa pada Kamis malam tanggal 29 Mei 2008, 9434 hari aku hidup, kecuali sebuah sms dari Eva, salah satu cewek mahasiswi kedokteran yang dulu pernah singgah di hatiku, sayang dia sudah jadian dengan orang lain. Tetapi isi sms malam itu benar-benar membuatku terkejut:

EVA-INBOX: RIAN, VA UDAHAN NI MA COWOK EVA, SEDIH BGT... TP GMN, UDH NGGAK BISA LAGI

Say WHAT ?!

Tentu aku tidak mau langsung bereaksi layaknya sorang cowok sok gentleman yang langsung menelepon dan menjadi curahan isi hatinya. Sorry, trik itu basi! Aku sudah belajar banyak dari Hitman System untuk tidak menjadi 'tong sampah' cewek. Aku diamkan sms itu sejenak, aku kembali meneruskan pekerjaanku merancang web.

Sejam setelah itu aku baru menelepon dia.. yah memang.. dari seberang aku bisa mendengar suara isakan tangisnya. Tetapi sekali lagi, aku tidak menjadi seorang pria yang sok empati. A
ku tidak sok menjadi dokter cinta yang mendiagnosis broken heartnya dengan bertanya 'kenapa.. kenapa', 'trus bagaimana' .Di saat si Eva curhat, aku bukannya menanggapi dengan sedih atau turut prihatin. Aku justru malah tertawa-tawa, dan mengajaknya becanda, aku malah menyuruh Eva menonton Mr. Bean supaya bisa ketawa juga. Aku ketawa-tawa saat Eva menangis dan meledek agar Eva tertawa juga dengan joke-joke yang rada jorok.Singkatnya tidak ada secuil pun diriku di telepon yang kusisakan untuk berempati atas kesedihan broken heartnya. Lho kok ?

Heran ya ?!

Betul! Inilah sebuah kesalahan besar bagi banyak cowok yang ingin mendekati cewek: Mereka bersedia menjadi 'tong sampah' , menjadi 'dukun curhat' atau dokter cintanya' nya. BASI! Cara itu nggak akan berhasil, Bung!

Si wanita akhirnya memang akan suka curhat padamu, tetapi dia hanya akan menganggap kamu enak hanya sebagai teman curhat! That's All! Baginya dirimu tetap: You're only my Best Friend for share.

Ulangi : BEST FRIEND!..BEST FRIEND!...BEST FRIEND, But NOT a lover ! SHIT!!

Untuk lebih jelasnya kamu baca deh artikel Hitman System ini.

Dan selain itu secara ilmu kejiwaan, sebenarnya adalah salah jika kita berempati pada saat seorang curhat akan kesedihannya, karena broken heart misalnya. Kenapa? Karena secara kejiwaan ini justru akan membuat orang itu semakin 'ngelunjak'. Dia bersikap sedih saat curhat sebenarnya dia hanya ingin empati kita, bukan solusi atas masalahnya.

Dia hanya ingin menunjukan pada kita (dan kalau bisa pada seluruh dunia), bahwa " Gw adalah orang paliii..ng MALANG sedunia, gitu lho!"

Karena itu jika kita berempati, kita sama saja dengan memuaskan EGOnya untuk menunjukan hal di atas. Dan selain itu apabila kita berempati maka kita akan ikut merasakan feeling negatif dari itu. Dan itu menyebabkan kita menyebarkan aura negatif juga, memperkuat aura negatif yang sudah dipancarkan orang tersebut. Bagaimanapun negatif ditambah negatif hasilnya nggak akan mungkin positif.

Karena itu apabila ada seseorang yang curhat akan masalahnya yang harus kita lakukan justru tidak boleh terbawa emosinya. Kita harus tetap 'posistif ' mengajaknya becanda, tertawa-tawa.. Malah kalau perlu ledekin dia supaya ikut tertawa juga. Memang buat sebagian besar orang kelihatannya ini nggak lazim, " Orang lagi broken heart kok lu ketawa-tawa sih? " umpat mereka, tapi sayang mereka yang mengatakan itu lupa tentang hukum-hukum di atas. Mereka pikir dengan menunjukan empati atas broken heart mereka bisa membantu orang itu. Salah besar!!

Itu tandanya mereka lebih banyak bertindak karena nafsu daripada akal.

Yah.. kembali ke Eva, akhirnya malam itu setelah mengobrol lama aku bilang ke dia " Yaah, sekarang kamu lonely, eh.. jomblo lagi dong, he3x! Nggak pa-pa deh, masih ada gw kok, Va !" :)

Jumat, 23 Mei 2008

Menjelang Naiknya harga BBM

Saat tulisan ini dibuat, waktu kurang dari setengah jam menjelang naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM di Indonesia). Akhirnya untuk kesekian kalinya pemerintah Republik ini terpaksa menaikkan harga eceran BBM. Aku nilai itu suatu langkah yang pahit, tapi wajar! Realistis! Cadangan devisa negara ini akan habis sama sekali kalau harus terus menerus menomboki subsidi minyak.Pilihannya, naikan harga minyak atau negara ini ambruk!

Pada hari Kamis siang, 22 Mei 2008, di layar Bloomberg, aku melihat harga minyak di pasaran internasional sudah mencapai rekor tertinggi. Di pasaran New York Mercantile Exchange (NYMEX) harga spot minyak untuk Light Sweet menyentuh level tertinggi baru 134.47 dolar per barel, dan membuat banyak orang panik... harga minyak meroket tak terkendali, ini sudah melampaui batas perkiraan psikologis dari yang diperkirakan orang. Semenjak awal tahun ini , orang di seluruh dunia diberi 'hadiah' Tahun Baru berupa naiknya harga minyak menjadi tepat tiga digit, 100 dolar per barel, dan itu terjadi tak jauh dari perkiraanku sebelumnya, hanya 3 hari setelah Tahun Baru.

Aku lumayan concern sama hal ini.. Boleh jadi hanya hal inilah yang membuatku sejenak melupakan untuk mengejar Meli pada penghujung akhir tahun lalu... Harga minyak di pasaran internasional saat itu, akhir Desember 2007 sudah mencapai 98 dolar per barel. Banyak orang yang akan menduga harga minyak di pasaran dunia akan sudah mencapai 100 sebelum Chrismast atau paling lambat setelah Tahun Baru.. Aku sendiri membuat ramalan bahwa minyak akan mencapai 100 pada akhir minggu pertama tahun baru.. dan ternyata malah lebih cepat beberapa hari dari prediksiku.

Kenapa harga minyak bisa sampai meroket begitu? Jawabannya karena kita berada di dalam sistem perekonomian yang salah! Benar kata Paul Oemerod, hukum ekonomi sudah mati, atau tepatnya dibunuh, oleh orang-orang yang bermain-main dengan perekonomian dunia untuk kepentiangan dirinya.. harga naik seharusnya karena penawaran dan permintaan, tetapi sekarang tidak lagi.. harga naik karena spekulasi.. Orang-orang besar di seluruh dunia berspekulasi atas komoditi, setelah mereka tahu bahwa sangat tidak menguntungkan lagi berspekulasi di saham dan pasar uang terutama obligasi.. kini komoditilah yang dipermainkan.. dimulai dari minyak, lalu berlanjut ke kedelai dan beras, lalu terakhir emas.. tapi yang terakhir ini mereka lupa, emas sama sekali sulit untuk dipermainkan, emas adalah materi yang sudah di'kutuk' oleh Allah sebagai materi yang paling tahan terhadap permainan, spekulasi maupun penimbunan... dan kalaupun ada, Al Quran sudah bercerita mengenai hancurnya penimbun emas seperti Qarun-nya nabi Musa .

Itu sebabnya mengapa dulu negara-negara Kekhalifahan Islam dan juga kerajaan Spanyol sulit sekali mengalami inflasi... karena sistem keuangan mereka yang berbasiskan emas.Tapi kini orang sudah meninggalkan emas, dan menggantinya dengan dolar, dan pada gilirannya Euro, lalu apa lagi..? Oh God, kenapa mereka tidak pernah belajar?

Biarpun hukum ekonomi sudah mati secara finansial, tetapi sayangnya (atau untungnya?) hukum itu masih hidup di sektor real.. tetap saja penjual nasi goreng dan supir angkot mengalami imbas dari kenaikan BBM... begitu juga orang kantoran.. SIALAN! Bensin naik gaji kagak! begitu mungkin umpat mereka.

Jadi wajar nian pun apabila menit ini.. saat ini, sebelum jam 12 malam dimana harga bensin akan naik dari Rp 4500 ke Rp 6000 , orang ramai-ramai ngantri ke SPBU, mengisi tangki mobilnya sepenuh-penuhnya, kalau bisa ada tangki cadangan diisi juga. Semuanya seperti ketakutan..Panik! Padahal mereka tahu, suatu saat bensin yang di tangki itu akan habis, dan tetap saja mereka harus membeli lagi, dengan harga baru!

Bagaimana dengan aku? Aku lagi nggak punya uang untuk mengisi bensinku sampai fuel, jadi aku isi sekadarnya saja.. "Tapi kan bensin naik besok, kok lu cuman ngisi segitu?" tanya temanku..
Gw hanya tertawa, " Bensin yg gw isi ini cukup buat hari ini," jawabku
" Tapi besok gimana..?"
" Gw nggak takut,Man!.. Gw hidup buat hari ini. Asli, gw sebenarnya pengen juga ngisi bensin gw sampai fuel.. tapi bagaimana lagi, gw lagi nggak punya uang untuk itu.. yang ada di dompet gw ya segini.. ya udah gw syukurin. Emang kalau gw ngisi fuel sekarang, suatu saat gw juga bakal ngisi lagi pake harga yg Rp 6000. Ya kan? "

Sampai temanku heran, kenapa aku begitu tenang. Yah, satu hal yang kita perlu pelajar, bahwa bukanlah kenyataan yang membentuk pikiran kita, tapi pikiran kita lah yang membentuk kenyataan.Aku sama sekali tidak kuatir dengan besok.. Banyak orang yang panik, ketakutan, bahkan stress, bagaimana caranya aku hidup dengan, katakanlah bensin seharga Rp 6000.

Tapi aku tokh tidak... Aku hidup untuk hari ini.. Buat apa takut sama masa depan? Masa depan itu belum terjadi dan hanya ada di pikiran kita.. yang pasti adalah sekarang, jadi maksimalkan sekarang, hari ini, dan detik ini. Tapi banyak orang yang tidak setuju sama pemikiranku. Orang sempat protes kepadaku, "Lu kalo hidup hari ini berarti nggak mikirin masa depan dong! Kan lu nggak nabung ? " tanya temanku.

Aku jawab, " Memangnya Islam mengajari kita untuk menabung ? " tanyaku balik.
" Kok jadi ngomongin agama ? "
" Lho, lu orang Islam kan? Sekarang Islam ngajarin kita nggak untuk menabung, misalnya untuk beli mobil, atau beli rumah ?"
" Nggak tahu.."
" Menurut gw, Tidak! Islam tidak mengajari kita untuk menabung, tetapi Islam mengajari kita dua hal: berinvestasi
dan untuk hidup sederhana. Investasi bisa kita lakukan dengan berusaha atau dagang. Sedangkan kalau kita hidup sederhana, maka otomatis dengan sendirinya kita akan menabung. Karena dengan hidup sederhana, kita bisa mengendalikan pengeluaran kita, jadi apabila ada kelebihan uang, maka kita bisa simpan itu untuk keperluan yang akan datang.. bisa jadi lama-lama uang yang kita simpan itu akhirnya bisa untuk beli mobil atau beli rumah.."
" Hidup sederhana berarti lo irit dong, kayak Paman Gober ? "
" Paman Gober bukan sederhana, tapi pelit.. Dan gw bilang dia itu bebek termiskin di dunia bukan bebek terkaya. Hidup sederhana itu adalah hidup yang sesuai dengan kebutuhan kita, bukan kemauan kita. Jadi ada boros, ada pelit, sederhana itu di tengah-tengah. Tahu nggak kalo kita nabung, misalnya untuk beli mobil atau lainnya, maka kita akan merasa selalu dikejar-kejar sama impian itu. Kita akan selalu berpikir, kapan ya uang gw cukup?, saat pada akhirnya uang lo cukup, ternyata mobil yang lo beli sudah naik harganya karena inflasi dan segala macam. Karena itu bukanlah menabung yang harus lo lakukan, tapi berinvestasi...
point dari investasi adalah nilai tambah, pertumbuhan setiap saat, jadi ..kalau lo punya pikiran untuk berinvestasi, maka lo akan punya pola pikiran untuk tumbuh dari hari ke hari, jadi lo akan bisa mengikuti dan bahkan mendahului perkembangan dunia"
" Jadi ujung-ujungnya hari ini harus lebih baik dari kemarin..? "
" Betul, karena itu lo harus memaksimalkan... "
" ... Hari ini, saat ini, dan detik ini! " sambung temanku
Kami tertawa.

Minggu, 18 Mei 2008

Demo Kang Dicky - Antara Khayalan dan Kenyataan, Kekuatan dan Tanggung Jawab

Hari Minggu, 18 Mei 2008, 9423 hari aku hidup di dunia.. bisa jadi hari seperti hari Minggu lainnya, hari terMALS sedunia bagi diriku (lihat, sangking malesnya aku lupa menulis huruf 'A' ).

Tapi tidak dengan Minggu ini, semenjak aku mulai menghitung umurku dengan hari, maka aku jadi bersemangat untuk menjalani hidup untuk hari ini, saat ini dan detik ini. Aku berhasil menyelesaikan cicilan thesisku, menyetor latihan tenaga dalam 212 (2 jam 12 menit sehari), dan yang paling utama: ikut Latgab (latihan gabungan) HI di UPI pada Minggu sore.

Bersyukur sekali pada Allah hari ini yang telah memberiku kesempatan untuk mengikuti latihan gabungan HI, kali ini peserta latgab lumayan banyak, para seragam biru-biru muda HI sudah mengerumuni lapangan bola UPI mulai jam 15.00, tema latihan hari ini betul betul berharga, dipimpin langsung oleh Kang Dicky Zainal Arifin, guru utama HI, kami disuruh melatih tenaga dalam untuk mengeringkan kertas koran yang telah dibasahi dengan beberapa tetes air dari botol Aqua. Pertama kertas koran sepermpat lembar dilipat lalu dibasahi dengan air, sesudah itu telapak tangan kami ditempelkan ke koran yang dibasahi, tenaga dalam diperintahkan untuk disalurkan ke kertas, dan dilihat, seberapa cepat kertas itu kering.

Lumayan menantang pikirku, saatnya menguji apakah latihan 212 ku selama ini berhasil. Kenyataannya betul, aku mengeringkan kertas itu lebih cepat dari yang lain, ketika kertas orang lain masih basah, aku sudah meminta pelatih lagi untuk membasahi kertas ku, berulang-ulang dan seterusnya.

Tetapi sayang aku keburu senang, ketika dibasahi untuk ketiga kalinya, kertas itu makin lama keringnya, jika pembasahan pertama keringnya lima menit, maka pembasahan kedua tujuh menit, pembasahan ketiga memerlukan waktu hampir sepuluh menit. Rupananya aku mengerti, TD (tenaga dalam) ku memang cukup pada awal-awal tapi tidak (atau belum) kuat untuk bertahan lama. Sedangkan Akang (Kang Dicky,red) memerintahkan agar kami mengulangi terus menerus. Basahi, salurkan lalu keringkan, basahi lagi, salurkan dan keringkan lagi, dan seterusnya. Lama-lama bosan juga melakukan tindakan monoton seperti itu. Tapi itulah inti dari latihan.Seberapa lama kamu bisa bertahan dan memotivasi diri melawan kebosanan.

Tetapi lalu tiba peristiwa menakjubkan, di sela-sela kebosananku (dan anak-anak lain), Kang Dicky mengambil kertas koran yang sama, melipat lalu membasahi koran itu, lebih basah dari kami, kami hanya beberapa tetes sedangkan kertas Kang Dicky sampai basah kuyup. Setelah itu Kang Dicky menaruh koran basah itu di tanah, mendekatkan tangan kanannya ke koran basan tersebut, dan tiba-tiba..

ASTAGA!!... KORAN BASAH ITU MENGEPUL! AIR YANG MEMBASAHI KORAN TIBA-TIBA BERUBAH MENJADI UAP dan ASAPNYA BERWARNA PUTIH SAMPAI KELIHATAN SEPERTI CEROBONG ASAP!

Anak-anak takjub meihat itu, termasuk aku.. sekalipun aku sudah pernah melihat demo seperti ini di rumah Kang Dicky, di depannya sendiri, tetapi tetap saja melongo melihat pemandangan seperti ini.Sewaktu itu tangannya masih memegang kertas, tapi kali ini dia bahkan tidak menyentuhnya.

"Air adalah H2O !" kata Kang Dicky. " Dua atom Hidrogen, dan Satu atom Oksigen. kalau kita menyalurkannya secara benar, maka air itu dapat terbakar. Apabila orang terkena pukulan seperti ini (sambil menunjukkan telapak tangannya), maka orang itu akan terbakar. Sebab tubuh manusia 70% terdiri dari air. Dan tubuh manusia itu lengkap, ada air, sel, mitokondria dan segala macam, sehingga jika air itu (dalam tubuh) sudah terbakar maka akan terjadi reaksi berantai dan self combustion." kata Kang Dicky.

Anak-anak masih takjub dan Kang Dicky melanjutkan, "Jadi benar, bahwa air itu bisa menjadi bahan bakar!" lagi-lagi pernyataan yang menggebrak hukum sains klasik. Dia lalu mengambil koran yang sudah kering itu membentangkannya lagi dan terlihatlah bahwa kertas koran itu sudah bolong-bolong terbakar, seolah-olah baru disundut dengan rokok.

Dalam hati aku bergunam, kapan ya aku bisa seperti dia?

"Kuncinya adalah latihan." seru Kang Dicky seolah-olah membaca pikiranku. "Ini membutuhkan setidaknya 5% kekuatan tenaga dalam (maksudnya dari 2.5 % kekuatan manusia biasa yang tidak melatih tenaga dalam, red). "Jadi kita harus sering berlatih, latihan, dan latihan!"

Latihan, yah benar...harus seberapa sering aku?

"Jika Anda sudah memiliki kemampuan seperti ini, maka Anda akan mampu melakukan apa saja..."

Melakukan apa saja? Hmm... Boleh juga, selama ini aku belum berhasil dalam masalah pekerjaan, masalah CINTA, dan...

"Tapi Ingat!"

What?

"Semakin besar kekuatan yang Anda miliki, tanggung jawab Anda akan semakin besar ! Semakin BESAR kemampuan Anda, Anda justru harus semakin banyak bersabar! "

Here we go again, "Great POWER comes GREAT Responsibility!" - Spiderman 2

"Semakin besar kemampuan Anda, semakin berat pertanggung jawabannya sama Allah di akhirat. Karena itu hati-hatilah dalam menggunakan kekuatan itu, sebab ini adalah ujian. Jadi semakin BESAR kemampuan Anda , Anda justru harus semakin bersabar.

Rasullulah juga begitu kok, beliau bersabar pada orang yang melempari beliau kotoran setiap hari, padahal kalau Rasullullah mau apa susahnya membunuh orang itu? Bulan saja bisa dibelahnya.

Jadi Anda harus banyak bersabar dan jangan Anda memanjakan diri Anda! Kalau diri Anda dimanjakan, Anda akan terbiasa enak, lama-lama tanpa sadar Anda kolaps!"

Aku terdiam..Lagi-lagi aku mendapat ujian untuk mengontrol ego. Yah memang, jika aku menuruti ego, aku memanjakan diriku. Aku memang bisa berbuat apa saja yang kumau, aku bisa mendapatkan apa saja, aku bisa mendapat dan meniduri cewek mana apapun, aku bisa bak bik buk cowok Meli. Tapi untuk apa ? Cuma untuk memuaskan nafsuku..Sekali lagi, itu adalah ego. Untungnya aku sudah membuktikan pada diriku, di depan dia dan cowoknya, bahwa aku bisa mengontrol ego ku sendiri.

Sesudah show bakar-bakaran kertas itu, latihan dilanjutkan sebentar. Sesudah itu Kang Dicky melanjutkan omongannya,
"Akang memang jarang sekali demo di depan Anda. Jadi Akang tadi minta maaf sampai harus demo di depan Anda... Akang 'takut' sama riya. Dan Akang tidak mau sampai ada yang berpikiran, 'Ah, itu mah Kang Dicky aja yang bisa!' Nggak, Anda juga bisa kalau latihan..."

Dia sampai meminta maaf hanya karena demo? Omongannya benar-benar di luar pikiranku, padahal seandainya saja aku punya kekuatan seperti dia pasti sudah unjuk sana-sini dan..

"Akang memang jarang demo, sampai ada yang orang yang mengatakan: 'Ah, Kang Dicky mah ngomongnya doang gede!' BIARIN! Akang lebih baik digitukan, Akang lebih baik dilecehkan daripada didewakan. Kalau Akang didewakan Akang berat di akhirat, tapi kalau Akang dilecehkan itu point buat Akang nanti..." lanjut Kang Dicky.


Kang Dicky guru utama, tetapi dia memerintahkan kami untuk mengontol ego, dan ini bukan hanya dia katakan tetapi juga dia contohkan dengan perbuatan. Kalau begitu kenapa aku yang kekuatannya belum ada seujung kukunya masih juga berpikir untuk ini itu?
Seandainya Kang Dicky mau, dia pasti bukan Kang Dicky sekarang. Bukankah dengan kemampuannya dia mampu untuk berbuat apa pun? Tapi kang Dicky tetaplah Kang Dicky yang kukenal, hidupnya sederhana, biasa saja. Dia tetap rendah hati, mengganggap segala yang dia miliki, istri, anak, harta, bahkan kekuatannya sebagai ujian.

That's my master..Dia manusia biasa, aku tahu dia juga punya kekurangan... Tetapi pelajaran menarik yang kudapat dari dia, adalah soal mengontrol ego dan jangan memanjakan diri kita. Dia mampu berbuat apa pun, mendapatkan apa pun, tetapi dia tidak mau melakukannya karena tidak mau diperbudak nafsu. Nah aku, kenapa aku masih memiliki keinginan ini itu.. banyaaak sekali, padahal seperti kata Rolling Stone " You can't always get what you want...you can't always get what you want.. But if you search and try, you might get what you need !"


'dokter' Stella

Hari Sabtu, aku agak sakit flu.
Tapi aku tetap komitment ke kampus untuk mengerjakan thesis. Sebelumnya aku seperti biasa melakukan 'ritual' setiap hari Sabtu, ke rumah makan Piring Kenteng, interview Kang Dicky sambil memberi les privat sama Nissa, anak teman Teh Risti.

Di kampus agak sore, aku bertemu lagi dengan teman-teman seangkatan, termasuk Stella, cewek Chinese manis yang selama ini dekat denganku. Aku adalah TTM-nya dia. Dia menyapaku dan kusapa dia balik.. rupanaya dia ada sedikit masalah dengan thesisnya mengenai perhitungan harga-harga saham yang dia analisis.. yah kubantu dia , kuberi dia 'kuliah' finansial sedikit.

Tapi rupanya sore itu memang membawa mood baik buat kami untuk saling ngobrol.. Sore menjelang malam, Stella mengatakan dia mau ke Gramedia untuk mencari buku mengenai finansial, aku menawarkan untuk mengantarnya. Dia memperbolehkan.

" Tapi apa nggak ngganggu kamu, Ryan? "
" Ah nggak kok, nyantai aja. Aku juga pengen ke sana."
" I mean your Saturday night "
" Nope, I am single ! "
Dia tertawa.
" Wo men lai ? (kita pergi ? ) " kataku dalam logat Mandarin. Stella menguasai bahasa ini, aku senang dekat dengannya karena bisa mengasah kemampuanku berbahasa ini.
" Ching lai!" jawabnya.

Singkat kata kami ke Gramedia, tetapi sampai di sana buku yang dicari Stella tidak ada, aku pun menawarkan untuk mencarinya lagi di toko buku Togamas, jalan Diponegoro. Dan di sana baru Stella menemukan buku yang dia cari.

Sepanjang perjalanan keliling-keliling kami mengobrol santai.. Lumayan, weekend ini kota Bandung tidak begitu ramai, tapi masalahnya flu ku makin menjadi-jadi, berkali-kali aku bersin dan buang ingus.

Stella memberikan tissu padaku, "Kamu sebaiknya istirahat sehabis ini!"
" OK, tapi sebelumnya kita makan dulu yuk!"

Kita memutuskan makan steak di Road Cafe... Seperti biasanya malam Minggu, ramai di tempat itu. Kami mulai merasakan atmosfir malam Minggu kota Bandung.. Kalo dipikir-pikir ini adalah keempat kalinya kami makan bareng. Di kampus, Stella adalah salah satu wanita yang dekat denganku, dia sering curhat mengenai hubungan jarak jauhnya dengan cowoknya yang di Inggris.

" Ta hen Chung kuo ? " (Dia Cina daratan) tanyaku dalam bahasa Mandarin.
" Chung kuo ren "(orang Cina) jawab Stella, " But now, he's stay in England, he's a PhD in transportation industry...aku berencana menemui dia kalau aku ke Denmark dan keliling Eropa nanti."
" How awsome ." Komentarku ,
" Berapa usianya ? "
" Dia lebih tua 8 tahun dariku, jadi sekitar 38 ."
" How mature! " komentarku.. Usia 38 dan single, wajar, pria itu pasti merried duluan dengan 'PhD 'nya ketimbang dengan wanita.
" Yup, dia pernah tinggal di Amerika, kalau kamu check di Google pasti ada nama dan karya-karya ilmiahnya !"
" Bagaimana kamu kenal dia ? "
" Facebook, "
" Facebook ? " Wanita secantik Stella berkenalan dengan pria lewat situs realtionship? How come..?

Sayangnya, Flu ku membuatku tidak terlalu bisa mengobrol dan agak malas menikmati Mexican Steak yang aku pesan, tapi Stella lagi lagi menunjukan perhatiannya padaku.
" Kamu ambil aja tissu ini semua" katanya
" Thanks, Stella. Sorry bgt aku lg kayak gini"
" Do you want to take some medicine ?"
" Aku nggak biasa minum obat kalo flu, paling aku bawa tidur nanti juga sembuh.. Tapi anyway kamu tahu obat yg bagus ?"
" Yah kamu bisa minum INZA, tapi aku ada Tremenza di rumah.. Obatnya lumayan keras tapi cukup bagus, nanti aku kasih.."
" Thanks kalo gitu aku antar kamu ke kosan, sekalian ambil obat itu."

Selesai makan aku antar dia ke kosannya. Aku agak berat menyetir malam itu. Flu, keluar ingus, tapi aku merasa beruntung, malam ini aku bersama Stella, dia cukup menghiburku, satu lagi malam Minggu yang berwarna.. Tapi tak lama Ken meneleponku, dan seperti biasa, kata-kata pertamanya pasti menanyakan progress hunbungan aku dengan Meli.

" Halo, kamu gimana sama si Teteh ? "
" Oh baik-baik saja, kemarin saya baru ketemu.. Sama dia dan sama cowoknya ! " jawabku agak sinis.
" Oh jadi lagi sama cowok lain dia ? "
" Ya, namanya Rico, seorang dokter koas, satu tahun di bawah dia."
" Oh ya udah, kamu lagi di mana sekarang ? "
" Di jalan, lagi malam Mingguan juga sama seseorang "
Stella tertawa.

Pembicaraan selesai. INTERMEZZO Keparat! Kenapa selalu begini setiap aku mulai menikmati kebersamaan dengan wanita ?

Di kosan Stella, Stella memberikan dua kapsul Tremenza.
" Kamu minum ini satu aja ya.. Kalau kamu belum sembuh besok minum lagi. Tapi kamu minumnya di rumah, jangan nyetir setelah minum ini, soalnya obat ini lumayan keras! "
" Ok, makasih banget ya.."
" Sama-sama..Ryan.. cepet sembuh!"
" Thanks! Aku pergi dulu ya.."

Dan berakhirlah acara malam Minggu itu. Stella, cewek Chinese cantik telah menjadi seorang dokter buatku, sekalipun dia bukan dokter. Seorang dokter betulan yang kusayangi selama ini malah jadian sama orang lain.

Tapi aku bersyukur , ternyata hari ini ada saja yang memberiku perhatian, memberiku perawatan di kala aku sakit, sekalipun dia bukan dokter dan hanya seorang TTM buatku... Yah, aku hidup untuk hari ini, bukan ?


Jumat, 16 Mei 2008

Meli – The Ending of Episode 2

Ok, hari ini Jumat 16 Mei 2008 boleh jadi sebuah hari turning point untukku, pada hari ini aku bertemu dengan Meli di rumahnya bersama cowoknya… Tunggu! Jangan keburu tegang! Kejadiannya ternyata beda sama sekali dengan yang kalian bayangkan sebelumnya.

Hari ini adalah hari ke 9421 aku hidup di dunia…yup, sejak 4 hari yang lalu aku memutuskan untuk mengukur hidupku bukan dari tahun, tetapi dari hari.. karena hidup adalah hari ini, jadi hari ini harus lebih baik dari kemarin, itu sebabnya aku selalu merefleksikan diriku dari hari ke hari, bukan tahun ke tahun.

Karena itu sejak sekarang aku tidak pernah merayakan ulang tahun, tapi ‘ulang hari’, hehehe!

Hari ini, sebuah ujian besar kulewatkan, sebuah ujian untuk mengendalikan ego yang aku punya. Di mana ujian itu adalah aku memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan, bahwa yang kucintai tidak bisa kumiliki, setidaknya saat ini.

Tahukah kalian bagaimana rasanya janjian di rumah orang yang kamu sayangi tapi dia sedang bersama pacarnya? OK, tahu kan lagu Dewa,”Ingin kubunuh pacarmu…”? Tidak! Tidak! Nggak seekstrim itu kok,tapi yah.. memang kira-kira begitulah beban yang aku jalanin hari ini.

Untungnya saja, aku menganggap itu sebagai ujian bukan beban. Sebuah ujian untuk mengontrol egoku yang di mana aku tahu apabila aku berhasil melewatinya, maka aku akan ‘naik peringkat’ dalam kehidupanku. Semua ujian yang tidak membuat kita hancur akan membuat kita bertambah kuat bukan?

Masak sudah 9421 hari hidup di dunia tidak bisa juga mengendalikan emosi?

OK, kita flash back sebentar. Mengapa aku menamakan ini Episode kedua? Yah, boleh dibilang ini adalah kedua kalinya aku memasukan gadis tinggi chubby berkaca mata ini ke dalam hatiku, dan kisah endingnya sama. Berakhir karena dia jadian dengan cowok lain.

Kasihan gua? Yah kalian boleh bilang begitu, tetapi coba kalau kalian lihat dari sudut pandang lain.. Proyek ini adalah Casanova Project, proyek ini adalah adalah cerita aku, bukan cerita orang lain, bukan cerita Meli, Tiara, atau cewek-cewek lain yang keluar-masuk dalam hatiku.

Cerita yang kalian baca ini adalah cerita aku, paham?! Jadi akulah tokoh utama dalam cerita ini, bukan Meli, Yuli, atau Tiara dan lain-lain. Bukankah aku sudah bilang, bahwa proyek ini akan berakhir manakala aku sudah menemukan pasangan hidupku nanti, manakala aku menikah.. jadi bagaimanapun pada akhirnya, cerita ini tetap akan menjadi happy ending buatku (yah, kalo aku masih hidup sampai menikah).

Apabila memang salah satu di antara mereka yang menikah denganku dan menjadi pasangan hidupku, cerita ini boleh jadi sebagai pemanis kenangan ketika kami masih belum menikah.. Tetapi apabila untuk yang pada akhirnya tidak kunikahi, well.. they’ll become parts of my story. That’s all.


Episode Pertama - Jatinangor, A Walk To Rememmber
Episode pertama aku dengan Meli dimulai kira-kira sepuluh tahun yang lalu, tahun 1998, jaman ketika Pak Harto masih berkuasa dan teknologi handphone masih 2G. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMU. Meli duduk sekelas denganku, dia anak pindahan dari SMUN 8. Sebenarnya saat itu aku belum ada perasaan apa pun ke dia..

Aku baru merasakannya ketika duduk di kelas tiga SMU, kelasnya sebelahan dengan kelasku.. saat itu aku lihat dia begitu kalem, manis dan baik sekali. Pada suatu siang di sebuah kelas bimbingan belajar, aku masuk ke kelas lain, soalnya di kelasku namaku sudah dicoret gara-gara keseringan bolos..Dan di kelas itu aku lihat dia, masih berseragam rapi putih abu-abu, maka aku pun duduk tepat di samping gadis manis berkaca mata ini, "Meli, kamu pengen masuk mana kalau udah lulus nanti?"

Wajah manis itu menjawab, "Kedokteran"

Aku tertegun sejenak, tujuan yang bagus.. Terus terang bahkan sampai kelas tiga aku sama sekali belum kepikiran mau masuk mana setelah lulus nanti. Tapi gadis ini sudah memiliki tujuan. Kalau dilihat-lihat dibandingkan teman cewekku yang lain, Meli sebenarnya bukan tipe cewek favorit untuk jadi kembang di SMU, wajahnya memang manis tapi dia bukan tipe cewek gaul, sehingga dia selalu berada di bawah permukaan. Meli hanya pernah pacaran sekali dengan Arman, salah satu temanku anak Kioser.

Aku bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta sewaktu SMU, apa yang ada di pikiranku hanyalah main, main dan gaul bareng anak Kios dan anak Keamanan, aku juga pernah mencoba untuk menjajaki bakat main sepak bola, sayang gagal. Tetapi pada intinya, aku memang belum ingin pacaran sewaktu SMU. Musik kesukaanku adalah Limp Bizkit bukan lagu-lagu cinta Indonesia.

Tetapi anehnya pada siang itu, sehabis aku duduk berdua dengan Meli, untuk sementara seleraku berubah. Aku jadi sering mendengarkan lagu cinta yang ngetop saat itu dari Sheila On 7, Dan. " Dan... Dan bila esok. Datang kembali, seperti sedia kala dimana kita bisa bercanda.. dan.."

Bulan Juli tahun 2000 kami lulus SMU, aku diterima di ITB dan Meli diterima di sebuah fakultas kedokteran negeri di Jatinangor. Terus terang aku menyukai wanita yang berprofesi sebagai dokter, karena itu mengingatkan aku pada cinta pertamaku, si Tante dokter ketika aku masih berumur empat tahun.

Dan sejak saat itu, aku bercita-cita untuk memiliki istri seorang dokter.

Dan Meli akan menjadi seorang dokter, pikirku. Dia baik, cantik, manis.. Bisakah dia menjadi istriku? Wallahualam, sampai tulisan ini dimuat, kami belum tahu… Kami sudah mengenal lebih dari 10 tahun dan belum pernah menjalin komitment apa pun. Aku sampai sekarang hanya bisa berniat untuk menikahinya, berniat menjadi seorang suami yang baik apabila aku memang menjadi suaminya, menjadi seorang ayah yang baik dari anak-anakku yang dia kandung dan lahirkan.

Itu semua adalah NIAT, tapi soal hasil itu gimana Allah kan?

Maka sejak kami lulus tahun 2000, aku pun mulai mencoba mendekatinya, aku cari nomor telepon rumahnya dari buku angkatan, dan dapat. Pada malam hari tanggal 20 September 2000, aku pertama kali menelepon dia melalui rumahnya. Dan kami pun mengobrol lama, di situ aku dapatkan nomor handphonenya yang masih bertahan hingga sekarang.

Hari demi hari aku mencoba mendekatinya, aku ajak ngobrol, aku jenguk dia ketika sakit demam berdarah, aku pinjami dia buku novel karya Fira Basuki melalui sopirnya… tapi aku stuck.. mungkin karena aku yang masih cupu , aku masih belum bisa menebak, apakah seorang wanita itu merespon kita atau tidak. Aku tidak tahu kalau ternyata Meli tidak meresponku, dia memang baik, tetapi dia hanya menganggap aku sebagai teman. That’s all.

Tapi aku keukeuh, aku terus telepon dia, aku terus kirimin dia hadiah, aku belikan dia boneka, bunga, coklat dan puncaknya adalah ketika hari ulang tahun dia ke 20, 10 Juni 2002. Aku membelikan dia seekor anak kucing angora-kampung, untuk menggantikan kucingnya yang baru beberapa hari sebelumnya mati. Dia senang bukan main diberi hadiah anak kucing cantik itu, dan sampai tulisan ini dimuat, kucing itu masih dia pelihara dengan baik.

Tapi bagaimanapun hadiah itu tidak mengubah hatinya, aku masih gagal. Sementara itu kehidupanku terus berlanjut, di HI, di kampus, di himpunan mahasiswa… singkatnya, aku tidak membiarkan praharaku akan Meli mengganggu aktivitasku. Life must go on, meskipun kadang-kadang aku tetap menelepon Meli.

Tapi sesuatu terjadi pada tahun 2002, aku mulai tertarik akan dunia kemahasiswaan dan pada aktivitas dugem (dunia gemerlap).

Di kampus hidupku juga mulai berwarna, aku aktif di kegiatan kemahasiswaan, di Himpunan, di Veritas..sebuah lembaga kajian.. aku berteman akrab dengan manis sekali dengan empat orang Catur, Emir (sekarang sudah berkeluarga di Jakarta), Adi (sekarang di Jakarta), dan seorang cewek manis berjilbab Ei (sekarang sudah menikah, berkeluarga dan memiliki anak di Jakarta). Aku masih teringat kenangan-kenangan manis di kampus ketika student center Boulevard masih ada, kami sering begadang di kampus sampai pagi, diskusi nggak jelas yang ngomongin masalah politik dan ekonomi Negara ini, kami membuat demonstrasi (yang aku orasi sambil ngerap ala Eminem, he3x) menentang kenaikan harga BBM, kami sempat bikin acara yang mengundang Cak Nur (almarhum sekarang) untuk berbicara mengenai masalah ke-Indonesiaan.

Capek, rusuh, tapi aku jalani semua itu dengan enjoy, semangat muda seorang mahasiswa ITB.

Tapi di luar kampus, hidupku lain 180 derajat. Jika di kampus aku seorang yang gemar masalah politik, nasionalisme dan sosialis, maka di luar aku adalah seorang yang ‘borjuis’. Aku seorang anak gaul! Aku bergaul dengan orang-orang yang gemar clubbing malam hari, ke Fame Station, Tropicana, Cesar Palace, singkatnya aku jadi cowok yang gaul dan penuh percaya diri, meskipun duit yang kupakai adalah duit orang tua dan sering kali aku masuk mengandalkan Free Pass, atau modal koneksi temen-temen clubbing sambil cipika-cipiki..

Dunia gemerlap sejenak memberikan aku kesenangan akan nikmatnya hidup, suatu bliss obat bius yang bisa membuat aku lupa akan masalah lain. Suatu keceriaan hidup yang pada akhirnya aku sadar semuanya palsu dan konsumtif, tetapi walaupun begitu tetap memberikan kesenangan saat itu, aku sejenak lupa akan Meli, akan dunia kemahasiswaan, akan tugas-tugas menumpuk di kampus, aku hanya ingin bersenang-senang, having fun, berpesta di antara dentuman musik DJ , tenggelam secara Absolute dalam buaian Jack Daniels, dan aku pun berubah menjadi Johnnie Walker.

Singkatnya, I enjoyed my life very much. Kadang-kadang aku ingin mengajak Meli untuk ikut juga hidup seperti ini, tetapi aku sadar, dia bukan tipe cewek begini. Dia seorang cewek yang baik-baik yang di mana seringkali jam 9 malam kutelepon saja sudah tidur. Meskipun demikian, aku juga tidak bisa melupakan dia, sekalipun aku anak gaul dan aku bergaul dengan cewek-cewek yang doyang clubbing sambil nengak Long Island, cipika-cipiki, check-in short time; aku tetap menghormati Meli sebagai cewek baik-baik.

Godaan tentu ada di dunia gemerlap, namun idealismeku akan seorang istri dokter yang baik-baik cukup kuat untuk memfilter hasutan teman-temanku untuk menggebet si anu atau si itu, aku tidak terarik. Aku hanya menyukai cewek dugem sebagai teman akrab, cepika cepiki, tapi untuk relationship nanti dulu. Kadang-kadang aku sucks sama kebejatan mereka, aku pernah ribut sama temanku gara-gara mobilku dipinjam sama dia tetapi malah dibuat ML sama ceweknya. Salah satu teman cewekku Nanda membuat kegoblokan lebih parah, dia merekam adegan ML sama cowoknya dengan handycam, rekaman itu bocor, dan seperti api disiram bensin rekaman itu menyebar cepat sekali ke seluruh Bandung juga Indonesia melalui internet dan vcd bajakan. Ini sempat heboh di mana-mana, orang pasti ingat peristiwa ini. Aku merasa beruntung tidak terlibat, tokh aku tidak begitu akrab dengan dia.

Tapi di dunia gemerlap pun aku akhirnya menemukan seorang cewek, atau tepatnya sengaja dikenalin pada suatu malam di Fame Station.. namanya Dian, (sekarang dia sudah menikah dan memiliki anak , red). Dia seorang mahasiswi di ilmu komunikasi di Jatinangor, hmm dekat sama Meli.. Dian sangat tertarik padaku, dan aku pun juga, tetapi tetap aku tidak bisa melupakan Meli, dan lagipula Dian bukan seorang dokter.

Akhirnya aku terjatuh dalam dilemma, menghadapi idealisme cita-citaku beristrikan dokter (Oh God, I was so young, kenapa harus mikir kawin sih?) dan kesenangan menikmati hidup ‘saat ini’ dengan Dian. Tapi semua berjalan dan berjalan, aku dan Dian semakin dekat dan akhirnya pada malam hari tanggal 24 April 2002 jam 21.40, di simpang BCA Dago (sekarang bawah jalan layang Pasopati, red). Dengan sekuntum mawar merah, aku nyatakan cintaku pada Dian.

Dan kami pun jadian.

Minggu-minggu pertama semua berjalan lancar dan romantis, aku habiskan waktuku bolak-balik Bandung-Jatinangor (kosan Dian)..Tapi selanjutnya semua rusak. Aku berpacaran dengan Dian dengan masih membawa beban akan bayangan Meli, bayangan istri seorang dokter. Dan itu terbukti merusak hubungan kami, akhirnya aku merasa hubungan aku dengan Dian pun tidak akan bertahan lama, setelah Dian tahu bahwa cintaku ternyata untuk Meli bukan untuk dia. Kami sering bertengkar dan akhirnya kami putus tanggal 13 Juni 2002.

Putusnya aku membuat hidupku sedikit terombang-ambing, tetapi aku bisa memfokuskan lagi konsentrasi aku untuk PDKT sama Meli, masih dengan cara-cara yang sama tolol dengan sebelumnya: menyogok wanita, memberi hadiah ini itu..selalu mencaramahi dia..

Aku baru menyadari belakangan bahwa banyak memberi hadiah pada wanita adalah sebuah strategi yang salah untuk mendapatkan hati mereka. Mengapa? Karena si wanita akan merasa berhutang budi pada kita, bukan merasa sayang pada kita. Menyogok wanita adalah salah satu strategi yang bodoh untuk mendapatkan mereka, kamu bisa mendapati artikel itu di sini.

Puncak dari kegagalan aku di episode pertama adalah ketika hadiah yang aku berikan dari Tanah Suci.

Pada bulan September 2003, aku menuaikan ibadah umrah bersama keluarga di Tanah Suci.. Subahanallah , benar-benar pengalaman mengagumkan! Di sana aku tetap teringat sama Meli, maka pada suatu siang di Masjidil Haram,
Makkah al Mukarommah; sehabis tawaf dan tahallul aku pun mendatangi Ka Bah, aku berdiri di depan Hajar Ismail, di sana aku menangis dan berdoa pada Allah untuk kebahagiaan Meli dan diriku. Aku meminta sama Allah agar memberikan kami kebahagiaan, jika memang pada akhirnya kami berjodoh, rekatkan kami dan jadikan kami keluarga sakinah, tetapi jika tidak berikan kami jalan kebahagiaan masing-masing.

Bagaimana jawaban Allah? Entah, sampai tulisan ini dimuat, kami sama-sama belum menikah.

Sehabis umrah aku memutuskan untuk mengambil uang tabunganku, dan membelikan sebuah kalung emas putih untuk Meli seharga 1000 real atau sekitar US $250. Kalung itu kusiapkan khusus untuk dia ketika aku pulang kembali nanti. Aku sendiri yang memilih kalung itu, dari kualitas terbaik, dengan motif hati dan terbuat dari emas putih dihiasi batu safir, aku beli di Hilton Hotel, Makkah al Mukarommah. Setelah pulang kembali di Bandung aku serahkan kalung itu dan aku pakaikan kalung itu langsung ke lehernya. Dia cukup senang.Dia terlihat cantik sekali memakai kalung itu.

Tetapi sesuatu kemudian terjadi, beberapa hari kemudian, pada tanggal 20 September 2003 Meli mendatangi rumahku dan dia mengembalikan kalung itu kembali, orang tua Meli tidak setuju aku memberikan kalung itu. Meli pun menitipkan sebuah surat, yang isinya adalah bahwa dia tidak bisa menerima kalung itu dan dia menegaskan bahwa dia ingin aku berhenti mengejarnya. Ya.., dia ingin aku berhenti, karena dia hanya menganggap aku sebagai teman, teman dan hanya teman… untuk itu dia minta agar setidaknya selama setahun lamanya aku tidak usah mengontaknya sama sekali dengan cara apa pun. Tidak usah sms atau telepon atau apapun.

I was down.. Untuk pertama kalinya, Meli akhirnya tegas, setelah sebelumnya dia tetap bersikap baik entah mungkin untuk menjaga perasaanku atau memang dia yang tidak bisa menolak begitu saja, tapi salahnya tetap pada aku tetap ngarep padanya, dan aku belum tahu cara yang baik untuk mendekati wanita.

Itu adalah sebuah tamparan keras di hati aku.

Beberapa hari setelah itu aku mendapat kabar dari Lia, sahabat Meli.. bahwa Meli sudah jadian dengan seseorang, Betha, kawanku sewaktu di ekskul HI SMU. Akhirnya, saat itu, kini aku tahu bahwa aku telah gagal. Aku telah melakukan segala upaya dan pada akhirnya aku hanya bisa menepuk sebelah tanganku.

Aku yang bermimpi dan bercita-cita untuk memiliki istri seorang dokter, harus terbentur di jalan. Kini aku tahu bahwa ujian hati ini adalah berat untuk aku alami, tapi mau tidak mau aku harus menjalaninya. Karena aku tidak mau memaksakan kehendak.. maka aku pun memilih mundur.

Akhir September 2003 aku akhirnya meninggalkan Meli dan mencoba untuk fokus untuk kehidupanku yang lain. Aku jalani hari-hariku dengan harapan kelak aku akan menemukan serpihan hati di tempat lain yang akan menjadi belahan jiwaku..Siapa tahu, Allah memberiku jalan yang lebih baik. memang beginilah hidup meskipun kita ber-NIAT yang terbaik, tapi ada kalanya kita mesti bersabar, kita harus menunggu, walau kita tak tahu kenapa dan apa yang kita tunggu, tapi aku yakin .. Someday We'll Know

Dan Itulah akhir Episode Pertama.

Someday we'll know, love can move a mountain
Someday we'll know, why the sky is blue

Someday we'll know, why I doesn't mean for you...

(New Radical)

TAMAT - EPISODE 1

Episode 2 – 11 Januari

Empat tahun kemudian, September 2007.

Sudah banyak hal yang terjadi selama ini. Aku sudah lulus ITB dan kini melanjutkan kuliah di S2 ITB. Aku mulai memiliki jiwa sebagai seorang trader atau pialang.. Aku belajar untuk trading mata uang asing (forex) di internet, dan aku mulai tertarik pada instrument derivatif lainnya, semua kupelajari, mulai dari saham, komoditi, bonds, sampai options.

Aku kini memiliki 'adik-adik' baru, Kiko, Indro dan Vana, mereka bertiga bukan manusia, tetapi anjing dari jenis Siberian Husky. Kiko dipelihara di rumah Jakarta dan Indro Vana di rumahku yg di Bandung. Mereka hadiah dari ayahku ketika aku lulus kuliah S1.. hitung-hitung daripada nganggur belum dapet kerjaan, lebih baik mengurus anjing. Tetapi mereka betul-betul penyayang, terutama Indro, dalam petualangan selanjutnya Indro sering kuajak.

Aku mulai tidak bisa berpisah dengan dunia online dan internet. Kuisi hampir setiap saat hari-hariku dengan mengamati chart, grafik pergerakan harga, analisa tehnikal grafik, moving average, Bolinger Bands, Parabolic SARS, dan sebagainya, buku-buku forex, juga berita-berita fundamental ekonomi kulahap habis: mulai dari kenaikan suku bunga AS, Non Farm Payroll, tingkat pengangguran, inflasi, GDP.. aku mulai memindahkan saluran TV favoritku dari HBO ke Bloomberg atau CNBC.

Singkatnya, aku jatuh cinta pada dunia finansial dan derivatif. Aku bermimpi bila suatu hari nanti aku bisa seperti George Soros atau Warren Buffet, tapi aku sadar jalan ke sana masih terlalu panjang. Aku tetap mempertahankan idealisme dalam diriku bahwa kekayaan bukanlah milik seseorang saja, karena tokh aku yakin harta adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Maka aku berprinsip jika aku mendapatkan untung (gain) banyak dari dunia ini, maka aku akan sebisa mungkin untuk mengalihkan uang itu ke sektor real, secara aku yakin hanya sektor real lah yang bisa membantu orang banyak, mengurangi pengangguran, memberikan orang miskin pekerjaan dan lapangan kerja.

Jiwa seorang analis dan trader yang kubangung benar-benar diuji. Di forex, perjalanan tak semulus yang kukira, aku profit besar di awal-awal, tetapi ternyata itu hanyalah beginner's luck saja..selanjutnya kadang loss, kadang untung, sesekali bangkrut, inject lagi.. tapi aku tetap sabar mempelajari dan mengamati. Karena aku sadar semuanya adalah suatu proses pembelajaran.

Jatuh bangun di dunia forex tidak menyurutkan semangatku, aku tahu betul resiko dunia seperti ini, di Wall Street banyak trader bunuh diri seperti Jesse Livermore karena bangkrut. Hanya karena bangkrut. Tapi ada juga trader sukses seperti Soros atau Bill Lipschutz. Singkatnya dunia ini pun pada akhirnya sama seperti bidang yang lain, ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang bunuh diri, ada yang hidup mewah.. semua tergantung dari manusianya.

Tapi sayangnya, proses jatuh bangun itu berpengaruh ke mentalku.Gara-gara terlalu konsentrasi ke chart, aku jadi buyar dengan pelajaran kampus, dan fatalnya lagi itu juga terbawa ketika diskusi kelompok dan hubungan sosialku yang lain. Aku masih terlalu hijau dengan forex saat itu (sampai saat ini pun aku tidak pernah merasa diriku ahli, so keep learning!).. jadi aku harus selalu memantau harga hampir lima menit sekali. Tapi untungnya sekarang, seiring dengan pengalamanku, aku cukup memantau harga satu jam sekali.

Aku tidak bisa maksimal di kampus itu kuakui, gejolak bermain forex benar-benar mengganggu kestabilan emosiku.. Aku sharing pengalamanku ini di forum trader, dan mereka hanya tertawa, Wajar! Jawab mereka, itulah mental seorang newbie.

Untungnya dalam kehidupan sosial aku sedikit terhibur, aku akrab dengan Seira, seorang cewek gokil seniorku.Madam Seira atau Ade aku memanggilnya.Seira adalah putri seorang diplomat dari Kalimantan, di daerah yang berbatasan dengan Sarawak. Kami begitu akrab entah kenapa, mungkin karena kami memiliki 'keunikan' yang sama. I like her, but not for a lover. Just a best-friend. Aku menganggap dia kakakku, my sister. We enjoyed our time. Pertama kali 'kencan' kami nonton di PVJ, dan tak henti-hentinya kami bercanda selama perjalanan, Seira terus-terusan menyetel lagu Letto di mobilnya, Ruang Rindu, " Di daun yang itu mengalir lembut, terbawa sungai ke.. ujung mata..."

Aku sempat jadi bintang di kampus, secara aku akrab dengan Seira dan Seira adalah salah satu 'popstar' juga di kampus itu, maka tentu saja aku ikut ngetop... Tapi kemudian cerita berkembang seperti drama sinetron, aku berkenalan dengan Suzie, cewek manis yang seangkatan dengan Seira. Usia Suzie empat tahun di atas aku, Nah lho! Kami saling suka sama suka tapi itu terjadi di belakang Seira, dengan kata lain Seira tidak tahu (pada awalnya) bahwa aku sering janjian ketemu dengan Suzie.

Suatu hil yang mustahal menyembunyikan kedekatanku dengan Suzie, secara kampus S2 itu begitu kecil, tak mungkin aku jalan dengan Suzie tanpa diketahui orang-orang, termasuk Seira. Akhirnya lagi-lagi aku jadi 'bintang' lagi. Orang-orang, terutama cowok-cowok seangkatan Seira dan Suzie, heran (dan sebal) melihat aku bisa mendapatkan dua orang cewek manis sekaligus dan angkatan senior tiga tahun di atasku. Aku pun sempat jadi 'public enemy', gosip beredar mengatakan aku playboy yang nggak tahu diri.

Untungnya, Seira pengertian, dia ternyata juga tidak menaruh hati padaku kecuali sebagai seorang teman, atau adik-nya dia. Dia membiarkan aku dengan Suzie dan membantu meng-clear kan suasana di kampus. Untuk sementara keadaan tenang, aku semakin dekat dengan Suzie, dan mulai sering terbuka secara pribadi, dan akhirnya pada malam hari tanggal 24 April 2007, sehabis aku pulang dari Singapore untuk urusan kerjaan di bursa saham SGX, aku berkencan dengan Suzie di Kafe Sapulidi, Lembang. Sepulang dari sana, dengan diiringi lagu "Ketika" dari Maliq and D'esential, kami saling menyatakan cinta.

Dan kami pun jadian.

MELI


Bagaimana dengan Meli ? Hmm.. kecuali setiap tanggal 10 Juni, hari ulang tahunnya. Aku jarang sekali menghubungi dia. Alhamdulillah Meli baik-baik saja. Setidaknya itulah yang aku tahu, November 2006, Meli lulus dan diambil sumpah sebagai dokter, setelah itu dia bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit di kabupaten Bandung.

Selama empat tahun aku meninggalkan Meli, beberapa wanita telah silih berganti keluar masuk (atau tepatnya, masuk keluar) hatiku, mulai dari Andina, Tita, Ei—sobatku sendiri, Hikmah, Bulan, Ira, Eva, Eva (ada dua Eva, satu yang di Bandung, satu yang di Jakarta), Satria, Lucky, dan sampai yang terakhir Suzie, ketika aku mulai kuliah di S2.

Hidupku sebenarnya fine-fine saja, hanya saja idealismeku untuk memiliki istri seorang dokter tetap kupertahankan, itulah sebabnya kenapa hubungan aku dengan beberapa wanita selalu kandas, salah satu sebabnya adalah karena mereka bukan dokter, kecuali empat orang, Tita (putus karena pergi ke Jepang), Bulan (terlalu jauh, kuliah di Yogya), Satria (jadian duluan sama orang lain), dan Eva—yang di Bandung (aku yang meninggalkan dia).

Singkat kata,
beberapa wanita silih berganti tetapi aku tetap menghubungi Meli walau sekedar ‘say hello’ setiap tanggal 10 Juni.

Selama selang waktu aku menghilangkan Meli dari kehidupanku, anehnya aku malah menemukan jalan yang menghubungkan aku dengan dia. Lewat ibunya. Aku berkenalan dengan dr.Ken, seorang dsOg gokil dari Bandung yang ternyata dia adalah teman dari dr. Mirna, dan dr. Mirna adalah kawan lama dari dr. Nani, ibunda Meli sendiri.

Ken cukup empati setelah aku menceritakan (atau tepatnya curhat) pengalamanku di Episode Pertama.. dia bilang mau mendukung aku untuk mendapatkan Meli. Ken dan dr. Mirna mau membantuku menjodohkan aku dengan Meli, seperti yang dilakukan dulu ketika menjodohkan dr.Nani dengan suaminya di Sumedang. Dan itu benar-benar dibuktikan oleh Ken, pada suatu hari aku diajaknya dengan dr.Mirna, untuk menemui dr. Nani di rumahnya pada malam hari.

Aku diajak masuk ke kandang macan.

Tapi apa yang terjadi terjadilah saat itu. Dan memang itu yang terjadi aku bertemu lagi dengan Meli, tapi aku senang tidak melanggar janjiku, secara kejadian itu sudah lewat satu tahun dari saat Meli memberikan surat agar aku menjauhinya.Dia masih sama, cantik, manis dan kalem

Ken semakin dekat denganku… Akhir Mei 2007, dia pulang dari Amerika menyelesaikan studi S3nya…Sejak saat itu dia sering menelepon aku , dan setiap kali menelepon, kalimat pertamanya selalu, “Kamu gimana sama si Teteh (maksudnya Meli)..”

Suatu waktu aku menjawab, “Baik-baik saja, tapi saya sekarang lagi pacaran sama orang lain.” Memang saat itu aku masih jalan dengan Suzie.
“Dokter?”
“Bukan.”
“Terus gimana, katanya kamu mau punya istri dokter?”
“Nggak tahu ya, poligami aja kali ya, hihihi!"
"Ah, ngawur kamu"

Aku sebenarnya menikmati hubunganku dengan Suzie, sekalipun dia juga bukan dokter...Suzie adalah orang yang mau mengerti bakat dan keunikanku, yang buat orang lain mungkin dianggap aneh. Suzie mengerti diriku. Kami berkencan dengan cara unik, kami nonton film di Ciwalk, tetapi sehabis itu aku ke pameran ikan membeli bibit ikan piranha yang baru diimpor dari Brazil. Kami memasak bareng di rumahku, padahal kami sama-sama nggak bisa masak.

Dan yang paling mengasyikan Suzie adalah cewek pertama yang aku ajak kencan dengan membawa Indro, anjing Siberian Husky ku yang mukanya blo'on banget. Dan inilah yang mengasyikan, Indro kuakui anjing yang bertampang lucu, sehingga banyak sekali orang yang menghampiri kami ketika berkencan. Mereka ingin mengelus Indro dan bahkan berfoto dengannya. Kalo boleh dibilang, rasanya Indro menjadi magnet yang menarik perhatian banyak orang sehingga otomatis orang melihat kami sebagai pasangan majikan Indro yang serasi. Dan seperti film-film klasik Eropa, kami merasa sangat romantis pacaran dengan membawa anjing , berjalan-jalan bertiga di sore hari menyusuri
kota Bandung, Parijs van Java.

Boleh jadi saat itu, di Bandung bahkan seluruh Indonesia, kami adalah pasangan pertama yang berpacaran dengan seekor anjing, Siberian Husky.

Dan satu hal lagi, Suzie was a good kisser, dialah wanita yang mengajariku French Kiss.


MASA TRANSISI

Keceriaanku dengan Suzie tiidak berlangsung lama. Sikap orang tuaku mulai berubah melihatku. OK, saat ini aku adalah ‘masih anak mereka’... aku masih dibayari dan dinafkahi untuk kuliah dan hidup. Mereka mulai jengah melihatku seperti ini.Aku mulai dituntut untuk ini itu, pada intinya aku tahu, aku harus disuruh mencari pekerjaan, dan itu adalah pekerjaan yang real , pekerjaan dengan gaji besar, jaminan yang layak, kalau bisa kerja di perusahaan multinational... Dan BUKAN pekerjaan sebagai TRADER FOREX!


Intinya satu: aku 'diajarkan' pelajaran untuk takut pada masa depan, bukan pada Allah.. Aku disuruh mencari jaminan hidup yang layak, mapan seolah-olah dengan menjadi seorang pekerja di perusahaan muntinational hidupku akan terjamin (itu pun kalau hidup, ya?) ... Aku dituntut untuk menjadi BURUH kerah putih, bergaji dollar, punya tunjangan, punya jabatan, tapi tetap saja.. BURUH!


Sebenarnya siapa yang tidak mau dapat kerjaan bagus? Kerja perusahaan multi national company dan bergaji dalam basis dollar? Aku mau! Dan aku sudah berusaha, aku mendatangi dan menaruh CV setiap ada bursa kerja dan job fair, tapi memang belum rezeki saja, lagipula aku masih harus kuliah.


Tapi lagi-lagi orang tuaku hanya bisa menuntut dan menuntut, aku mulai dianggap sebagai parasit, pengangguran yang cuman bisa mengandalkan duit dari orang tua. Aku tahu, mereka cuma takut (dan malu) jika aku jadi seorang pengangguran.Jobless, tanpa masa depan.


Ketakutan yang umum pada orang-orang jaman sekarang, WAHN, kalau orang Arab bilang: takut miskin, takut mati dan cinta dunia.


Reaksiku cukup emosional... dan terus terang, aku menjadi orang yang emosional (sebelum aku melatih untuk mengontrol egoku) adalah karena didikan orang tuaku sendiri.Sifat egois dan emosional bukanlah turunan tapi diajarkan, baik oleh orang tua maupun lingkungan. Orang menangis ketika kerabatnya meninggal karena sebelumnya dia pernah melihat orang lain menangis ketika kerabatnya meninggal , orang menangis untuk dirinya sendiri karena telah kehilangan kesenangan atas orang yang meninggal. Moral itu juga relatif, orang Indonesia marah ketika diludahi, padahal di salah satu suku di Afrika penghormatan justru dilakukan dengan saling meludahi. Orang Sunda marah jika dipegang jenggotnya, tetapi di Arab itu suatu pujian yang besar.


Singkatnya, aku terlanjur diajarkan untuk menjadi orang yang egois, sensitif, mudah marah-marah, dan emosional... Suatu perjuangan yang berat kemudian untuk mengubahnya dengan melatih mengontrol egoku . Ada suatu kalimat yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan: "Turunkan ego, dan cobalah untuk BISA memaklumi orang lain!". Lihatlah di sisi kanan blog ini.


Dan aku makin emosional ketika orang tuaku tahu aku berpacaran dengan Suzie, menurut adat Jawa, istri yang jauh lebih tua dengan suami adalah 'nddak pantas' sama sekali.. Dan tuntutan pun semakin melebar agar aku mulai memilih pasangan hidup yang memang 'pantas' untuk diriku, dalam bahasa lain, aku disuruh memutuskan Suzie..


Singkat kata aku pun putus dengan Suzie dengan membawa beban emosional yang hebat dan terus memuncak dari hari ke hari. Aku butuh dukungan tapi yang kudapat hanyalah tuntutan dan cercaan dan amarah.. Dan kini aku harus meninggalkan orang yang bisa mendukungku. Beban emosional itu terus memuncak dan suatu saat pun meledak.. Aku berantem dengan Seira dan nyaris ribut dengan teman-teman seangkatannya. Beruntung kejadian itu tak berlangsung lama, Suzie, walaupun sudah kuputuskan, dia masih mensupportku untuk menyelesaikan ini secara baik-baik.


Keadaan menjadi lebih baik ketika dr. Ken kembali ke Bandung. Senang rasanya bertemu kembali teman lama. Aku diajak jalan-jalan, ditraktir makanan. Tapi ada satu hal yang membuatku nervous lagi, Ken selalu menanyakan kabar hubunganku dengan Meli. Dia selalu bercerita tentang gosip-gosip seputar RSHS, tentang dr.nani, ibunda Meli dan kolega-koleganya, dan tentu ditambahi bumbu-bumbu yang menyulut hasratku, "Jadi kamu kapan married sama si Teteh?" ; "Bunda Nani udah kepengeeen banget nimang cucu" ; "Kamu jadi nyewa Sheraton untuk resepsi kamu sama si Teteh?" ; "Ini aku kasih majalah Wedding Art, kamu bisa pilih kebaya yang bagus buat si Teteh!"


"Please, Ken!" jawabku.


Benar-benar tidak masuk akal dia mengajakku untuk kembali memikirkan Meli, bukannya aku tidak mau mendapatkan Meli, tetapi keadaanku saat ini lagi begini, ini ibarat aku baru kalah besar dalam taruhan pacuan kuda, tapi diajak duduk kembali untuk bermain poker.



Tapi Ken lama-lama berhasil mempengaruhi feelingku kembali pada Meli, jadi kemudian aku mencoba untuk sesekali menghubungi Meli dan ternyata fine-fine saja. Suara manisnya masih terdengar ramah di telepon.. Tak ada masalah.. tapi kenapa? Kenapa aku harus mendekati dia lagi..? Aku sudah banyak berkorban soal fisik, pikiran dan hati beberapa tahun lalu, haruskah aku mengulanginya? Masih banyak dokter lain kan di dunia ini, dan Meli bukan satu-satunya.. Kenapa tidak aku explore saja friend-listku di friendster atau facebook , cukup ketikan keyword yang occupation : dokter atau school: FK? ... Kenapa harus Meli lagi?

Tetapi memang mentalku saat itu sedang bingung. Putusnya aku dengan Suzie membuat mentalku goyah bahwa sepertinya aku memang tidak bisa untuk berpacaran dengan selain dokter, sentilan-sentilan dari Ken terus menghasutku, dan akhirnya kesemua ini menggodaku pada satu hal: Untuk kembali mengejar Meli.


KEMBALI MENGEJAR MELI


Baiklah, duduk yang manis! Bandar sudah membagikan kartu... Saatnya bermain,.. untuk yang kedua kalinya.

Oktober 2007, aku masih bingung dan belum berbuat apa-apa.. strategi apa yang harus kupakai saat ini? Aku belum tahu kondisi Meli saat ini, mungkinkah dia masih sendiri? Atau mungkin sebenarnya dia sudah tunangan dengan seseorang? Atau sudah hamil anak kelima? Terlalu riskan jika aku menebak-nebak begitu saja. Aku butuh kepastian maka dari itu aku memutuskan untuk bertanya kembali kepada seseorang yang paling dekat dengan Meli, dr. Nani, ibunda Meli sendiri.


Aku mulai kenal dr. Nani dengan baik sewaktu Ken menyuruhku untuk mendekatinya, dan itu sudah terjadi pada tahun 2005. Semenjak itu aku jadi sering berkunjung ke dr. Nani, mengunjungi tempat prakteknya di malam hari. Dr. Nani wanita yang simpatik tapi lebih banyak diam, dia baik hati dan aku yakin sifat yang itu menurun ke putri sulungnya, mulanya aku ingin menggunakan beliau untuk mendapatkan Meli, tapi kemudian aku berpikir TIDAK! Tidak pantas! On what's earth I use her to get her own daughter ?

Maka
pada suatu malam di pertengahan November 2007 aku pun berkunjung lagi ke dr. Nani , dan bertanya lagi soal Meli, kali ini strick to the point.
" Tante, boleh kah saya bertanya sesuatu mengenai Teteh ?"
" Boleh.."
" Tante, Tante tahu saya mencintai Teteh sejak lama, untuk itu saya bertanya: apakah Teteh masih sendiri saat ini? "
Dia diam sejenak, " Yah, dia masih sendiri.. ada beberapa pria yang mendekati dia tetapi cuman teman...Kenapa gitu? "
Saya tersenyum, "..karena saya juga masih sendiri."

Jawabanku rasanya cukup. OK, keep moving... Aku kembali sering menelpon Meli.Mulanya hanya sekedar 'say hello'. Lalu berlanjut dan berlanjut.Aku bertanya tentang apakah dia jadi mengambil spesialis. Dia menjawab ya, dia akan mengikuti tes spesialis jantung di UI. Itu bagus, kataku.. Hmm, UI, Jakarta.. Aku sempat berpikir, mungkinkah kami akan mengalami 'petualangan' di sana ?

Tapi ego ku lebih besar dari pada kesabaranku... Hanya karena aku sudah sering mengobrol aku sudah 'merasa' mendapatkan dia. Beberapa kali Ken meneleponku, menanyakan hal yang sama, dan mengipas-ngipasiku lagi.

Sesekali aku menjawab, " Aku sudah sering ngobrol kok sama dia!"
" Memang berapa usia kamu sekarang ? "
" Dua lima, Teteh juga.."
" Ya udah, pas saatnya.. gimana kalo resepsinya nanti 888 ? "
" Apa 888 ? "
" Tanggal delapan, bulan delapan, tahun 2008.. baguuss kan ? Jadi di Sheraton ? "
GILA!!

Tapi setelah kupikir-pikir memang benar, kami berdua sudah dua puluh lima.. buat sebagian wanita, usia ini adalah lampu kuning.. Entah untuk Meli, lagipula aku sudah terlalu lama PDKT sama dia, delapan tahun... tapi kemudian aku berpikir, seandainya Meli harus kuliah lagi, seandainya dia menikah tentu menghambat perjalanan 'karir' nya mengambil spesialis jantung.. jadi mana sebenarnya yang menjadi prioritas Meli..?

Apa prioritasnya? Tentu kalau aku tanyakan dia takkan menjawab, jelas mengambil spesialis adalah impiannya, sama seperti aku ingin menjadi salah seorang TRADER terbaik di dunia.. Tapi kalau begitu dia akan menunda keinginannya berkeluarga, mungkin selama 3-5 tahun sampai dia lulus. Lalu..?

Ah ya aku memutuskan untuk tak ambil pusing.. pikiranku waktu itu cuman mendapatkan dia secepat-cepatnya, hanya karena pertimbangan alasan umur, yang sudah 25 tahun. Gara-gara keinginan yang belum bisa dikontrol, aku tidak berpikir masak-masak. Aku hanya mau bergerak atas keinginan nafsuku.
Aku seorang trader, aku dilatih untuk bisa menebak kemauan pasar keuangan dunia, tetapi aku lupa bahwa menebak kemauan wanita, seorang saja, itu tidak sama, terlalu kompleks.. Tetapi egoku bermain, aku merasa bisa tahu hanya karena Meli sudah 25 tahun dan dia pasti membutuhkan seorang pria.. Aku hanya menggunakan referensi itu untuk bertindak.

Dengan kata lain, aku telah berspekulasi mengenai rencana Meli. Yang pada akhirnya kusadari... Itu adalah hal paling tolol yang pernah kulakukan.

SEBELAS JANUARI
Aku terus mencoba mendekati Meli lewat telepon, berkali-kali tanpa berpikir terlebih dahulu apakah usahaku ini mengalami kemajuan atau tidak.Aku terlalu yakin dengan usahaku, hanya karena spekulasi bahwa dia saat ini sudah berumur cukup untuk menikah. Tapi aku lupa bahwa aku belum dekat dengan dia saat itu, aku belum mengetahui apa kesibukannya saat ini. Dengan kata lain, istilah kesabaran tidak ada dalam kamusku.

Desember 2007 , aku akhirnya memberanikan diri untuk mengajak dia ketemuan.Tapi sayang, aku belum sempurna melakukan pendekatan, dan kesannya jadi seperti maksa. Aku baru merasakan itu pada akhrinya, tapi aku keukeuh..Pada suatu pagi aku kirimi dia sms untuk 'memaksa' sekali lagi pertemuan itu tapi dia menjawab:
INBOX-MELI : AKU BINGUNG, YAN! KAMU SUDAH 8 TAHUN TAPI KAMU NGGAK BISA NGANGGAP AKU TEMEN AJA .
Aku nggak putus asa, kujawab AKU-REPLY: MEL, KITA INI KAN SUDAH 25 TAHUN DAN AKU TAHU KAMU MASIH SENDIRI.. AKU INGIN MENDAPATKAN DIRI KAMU SECARA HALAL, DAN KAMUTAHU KAN AKU SERIUS UNTUK ITU ?
INBOX-MELI : TAHU YAN, TAPI AKU NGGAK MAU NYAKITIN ORANG, TERUTAMA TEMEN MELI SENDIRI, YAH WE'LL SEE LAH.. JODOH UDAH ADA YG NGATUR KAN ? :)

" Sebelas Januari bertemu, menjalani kisah bersamamu.. Naluri berkata engkaulah.. milikku.." OK, cukup! lagu Gigi itulah yang menginspirasi petualanganku dengan Meli di awal tahun ini.

Tanggal 3 Januari 2008, aku kembali ke Bandung dengan melihat sebuah berita fantastis, harga minyak mencapai 100 dolar per barel. Wow, akhirnya terjadi juga, aku memprediksikan memang harga minyak akan mencapai 100 setidaknya pada 2 minggu pertama bulan Januari, dan ternyata sudah terjadi pada tanggal 3. Dunia berputar cepat sekali, kini aku makin percaya diri dengan kemampuanku menganalisis pasar.

Sayangnya, kepercayaan diriku kebablasan, aku juga terlalu percaya diri bahwa aku akan berhasil menggaet Meli pada kesempatan 'kencan' pertama kami, yang rencananya akan kami adakan pada hari Jumat 11 Januari 2008. Kami sepakat untuk bertemu di kafe Halaman pada sore hari. Aku entah kenapa terburu nafsu untuk mengajak dia untuk bertemu. Beberapa kali aku telepon tapi dia sepertinya enggan untuk bertemu, meskipun telah sepakat untuk bertemu tanggal 11 Januari itu.Dia ingin naik mobil sendiri, tidak mau kujemput.

Dengan kata lain, ada kemungkinan dia sebenarnya merasa tidak nyaman dengan rencana pertemuan itu.

Tapi aku keukeuh, aku tetap ngotot dan mendesak untuk bertemu, aku memiliki ketakutan jika seandainya ternyata kencan itu gagal. EGO betul-betul telah menguasaiku, aku hanya takut dia membatalkan karena alasan ini itu . Dan itu terbukti, Tanggal 11 Januari, sehabis sholat Jumat aku melihat sms dari Meli: INBOX-MELI: RIAN SORRY HARI INI MELI SAKIT KAYAKNYA NGGAK BISA KETEMU.

Mental emosiku mencuat kembali, aku nggak ngerti kenpa aku bisa seperti ini..maka akupun memberi balasan yang emosional AKU-REPLY: KENAPA KAMU MENYAKITI AKU, MEL ? KAMU KAN SUDAH JANJI SAMA AKU.

Aku pun menelepon dia, dan berbicara sambil mendesak,

" Kamu kenapa, Mel? " tanyaku
" Meli sakit, Yan.. tadi abis jaga jadi kayaknya nggak kuat kalau dipaksain."
" Aku boleh nengok kamu kan ? "
" Tapi Meli mau tidur..."
" Nggak pa-pa, Mel, sebentar aja ! (mendesak) "
" Ya udah tapi cepet ya ? "

Untuk sementara aku senang, yah.. setidaknya hari ini aku bisa ketemu dia, sekalipun bayang romantis itu langsung menguap karena kami gagal 'kencan' di kafe Halaman.
Dan inilah aku saat itu, dimana aku selalu emosi jika kesenanganku tidak kudapat, aku marah jika kemauanku tak dituruti orang lain. Sama sekali belum ada pemakluman dari diriku saat itu.

Maka kutancap mobilku ke rumahnya.. dan ketika sampai di rumahnya, aku disambut Bi Mur, pembantu Meli yang sudah mengasuh Meli semenjak bayi. Bi Mur sudah tua dan ramah sekali sama aku.. semenjak dulu aku pertama kali kenalan dengan Meli dan main ke rumahnya, Bi Mur selalu ramah menyambutku,

" Eh, Cep Ryan, damang?" tanya Bi Mur.
" Alhamdulillah, Bi.. Teteh aya ?"
" Aya, di lebet, sok mangga !"
" Teteh lagi sakit ya, Bi..?"
" Iya, lagi di dalem, sebentar, yah.."

Dan aku pun bertemu dia lagi, Meli.

Dia masih cantik sepeti dulu, putih bersih, khas seorang mojang Priangan.. Wajahnya chubby terlihat manis dengan kaca mata minusnya, dan terutama dari itu, dia kini seorang dokter tulen.
Badannya kini terlihat lebih tinggi, dan langsing seperti postur seorang model,tubuhnya cocok dan sesuai dengan lagunya John Mayer, " Your body is a Wonderland.. Your body is a wonderland..."

Sejenak aku merasa rendah diri di hadapannya. Dia sudah jadi seorang dokter dan aku bukan siapa-siapa.Belum, saat itu.

Agak lama aku menyesuaikan diri dengan keadaan.. Yah, akhirnya cair juga. Kami kemudian mengobrol, tentang kegiatan dia dan aku selama ini. Mgak tidak berbohong, dia batuk-batuk.. memang dia sedang sakit, hati kecilku menyesal kenapa aku memaksakan pertemuan ini.

Dan aku mengajukan sebuah pertanyaan,
" Meli , aku pengen nanya jujur sama kamu... kenapa kamu dulu tidak mau berpacaran denganku..? "
" Aku nggak ada feeling sama kamu.." jawabnya kalem.
Aku terdiam..

Pertemuanku nggak lama, Meli ingin istirahat. Maka aku pamit dan pulang ke rumah. Di perjalanan pulang aku kepikiran kata-katanya tadi, '
Tidak punya feeling'. Bisakah aku membuatnya memiliki feeling itu? Kalau ya bagaimana caranya..?

Tapi hari itu kututup dengan ceria. Hari Jumat itu, 11 Januari 2008
Aku berhasil bertemu dia hari ini, aku berhasil memuaskan NIAT atau tepatnya EGO ku untuk bertemu dia. Semua bukan atas nama cinta, tapi EGO.

Hari demi hari berikutnya, aku makin intens menelpon dia. Sabtu dia masih sakit, Minggu dia jaga tetapi masih sakit sehingga sorenya harus tidur. Aku terus mencoba untuk menarik dia, mendekati hatinya lewat telepon setiap hari,
Senin.. Selasa.. Rabu..Kamis dan akhirnya semua berjalan seperti lagunya Sandy, " Dari tujuh hari kuberikan engkau tujuh hari, Sabtu, Minggu , kubersamamu "

Tetapi kemudian sesuatu terjadi pada hari Sabtu, Sabtu pagi aku menelepon dia seperti biasa orang PDKT.. Aku bertanya apa agenda dia hari ini dia menjawab hari ini akan mengikuti semina. OK, jawabku, aku bilang padanya akan menelepon sore hari. Sore hari sekitar jam 6, aku menelepon Meli. Aku berharap dia sudah di rumah... sendirian, dan kutelepon sebagai satu-satunya cowok yang akan masuk ke dalam kehidupannya malam itu.


" Bonsoir, madamemoiselle!" (selamat malam, Nona). Aku sapa dia dalam bahasa Perancis, bahasa kedua Meli..
" Bonsoir.." (selamat malam). Dia menjawab manis.
" êtes tu bien? " (kamu baik-saja saja?)
" Oui, merci" (Ya, makasih)
" êtes tu vient déjà de la conférence ? " (kamu sudah pergi dari seminar?)
" J'étais allé de 2 une horloge ." (sudah dari jam dua tadi)
" Oui, où êtes-tu maintenant ? (O ya, kamu di mana sekarang? )
" J'vais maintenant" (Aku lagi pergi..)
" Alor..Avec qui?" (O gitu sama siapa, Mel?)
" Avec Rico.." (sama Rico)
" Rico ? Qui est-il, Rico est-il tes ami ? (Rico? siapa dia, apa dia cowok kamu?)
" ... J'conduis maintenant, Ryan !" (aku lagi nyetir sekarang, Yan)
" Repondez-moi! Rico est-il tes ami ? " (Jawab aku! apakah Rico cowok kamu? )
" ... Appelez-moi plus tard, Ryan, Sil Vous Plait!" (telepon lain kali aja, Yan! )
" Repondez-moi, Meli! Rico est-il tes ami ? " (Jawab aku, Meli! apakah Rico cowok kamu? )
" Oui. "

Dan kata terakhir itulah yang membuatku shock. Kututup telepon. Rasanya tak percaya, seandainya ini mimpi aku minta tolong dengan sangat seseorang agar membangunkan aku.Tapi ini bukan mimpi. Untuk kedua kalinya aku gagal mendapatkan Meli..Mendadak aku menjadi frustasi. I am ruin again! Broken heart kalo orang awam bilang, Love Hurt kalo MTv bilang. Pikiranku menjadi lasut dan kosong, sejenak aku shock terdiam melamun seperti seorang trader yang baru bangkrut akhirnya keluarlah dengan pelan sebuah kata dari mulutku: SHIT !

Aku mengulangi kegagalan yang sama empat tahun yang lalu. How come ? Aku mengira aku akan membuat perbedaan kali ini... Nyatanya tidak! Aku merasa sangat bodoh, kenapa aku masih penasaran pada gadis ini? Kenapa semua terjadi begitu cepat, hanya seminggu setelah aku bertemu lagi dengan dia, dan kini dia jadian dengan orang lain. How come ?!

Hari Minggu, tanggal 20 Januari 2008 terjadi peristiwa besar, Soeharto, Mantan Presiden negara ini wafat. Pak Harto yang masih berkuasa ketika aku dan Meli pertama kali berkenalan, meninggalkan dunia fana ini selama-lamanya. Innalillahi wa innalillahi rojiun... Pujian dan cacian terjadi semasa Pak Harto berkuasa, hingga turunnya dia karena arus reformasi, aku jalani itu semua dulu walaupun belum begitu mengerti karena masih duduk di kelas 2 SMU.

Indonesia sejenak berduka, dan aku juga! Bukan karena Pak Harto meninggal, tetapi karena masalahku dengan Meli. Tepatnya bukan duka, tapi lasut ! Meli meninggalkan aku lagi untuk kedua kalinya. Aku jadi kehilangan kata-kata setiap aku telepon dia, aku bahkan menjadi muak apabila mendengarsuara dia, aku merasa seperti dump, a loser! Perasaan lasut bercampur dengan penasaran, merasa bodoh, pecundang, frustasi, dan penyesalan. Dan ini terus kualami berhari-hari lamanya.

Dan gara-gara itu kehidupanku yang lain menjadi rusak, termasuk proyek thesisku.Aktivitasku menjadi kacau untuk sesaat.

OUT OF THE BLUE
Pasti ada yang salah dengan caraku mendekati wanita, tapi aku tidak tahu apa... Pikiranku terlanjur stuck, antara Meli dan thesis, keduanya betul-betul menghimpitku.Aku memang sedang sedih, tapi kalau aku biarkan diriku sepeti ini lama-lama aku bisa jadi goblok. Pasti ada sesuatu yang salah kenapa aku selalu mengalami nasib seperti ini. Aku tak boleh menyalahkan Meli, aku lah yang harus berubah. Aku coba renungi dan renungi mengapa setiap desakan kepada wanita justru membuatnya makin jauh. Makin kita paksa wanita justru dia akan mencoba melawan atau menghindar.

Setelah aku sadar banyak waktu terbuang sia-sia kalau aku begini terus, aku mencoba bangkit. Aku teringat sebuah nasihat dari Che Guevara, seorang pejuang revolusioner yang juga seorang dokter: " Biarkan dunia yang mengubahmu, dan kau pun kelak akan menguah dunia!" . Baik, kalau begitu tugasku sekarang adalah mencari dunia yang pas, yang bisa mengubahku untuk menjadi seseorang yang lebih baik.

Sebagai orang beriman, tentu aku tak lupa, pertolongan akan datang dari Allah apabila kita memang meminta-Nya. Pertolongan yang akan membawa aku keluar dari keadaan ini. Aku jadi sering tahajud dan sholat sunah lainnya (tentu yang wajib tak kutinggalkan dong!) ... Tapi satu hal, tujuanku bukanlah Meli, tetapi untuk menjadi aku yang lebih baik. Apabila aku sudah lebih baik daripada ini, tentu semua masalah akan mudah selesai pada akhirnya, termasuk Meli.

Lalu tiba-tiba aku teringat pada satu ajaran yang masih kuikuti sampai detik ini,walaupun saat itu aku tidak begitu tekun mengikutinya, Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman Indonesia.

THE TURNING POINT 1 - HIKMATUL IMAN INDONESIA
Hikmatul Iman Indonesia adalah salah satu oraganisasi bela diri terlama yang pernah aku ikuti. Semenjak aku kelas satu SMU, pertama kali aku dibuat kagum dengan aksi demo tenaga dalam mereka yang mematahkan kikir dan menghancurkan batu kali. Aku pun jadi tertarik mempelajari dan berlatih HI. Aku berkenalan dengan Kang Dicky Zainal Arifin... Guru Utama HI yang menurunkan ilmu HI sejak tahun 1989. Pertama aku mengenal dia, dia biasa-biasa saja, tidak kelihatan seperti seorang pendekar, tidak ada tampang atau postur seorang jagoan seperti AA Boxer, Dwayne "The Rock" Johnson, atau Bruce Lee sekalipun. Keluarganya pun biasa-biasa saja, istrinya Teh Risti baik sama aku, begitu juga anak-anaknya, Tala dan Eksa. Sepintas, orang akan meragukan kemampuan Kang Dicky, wajar orang-orang akan meragukan: betulkah dia guru utama? Padahal kalau mereka mau jeli, dari omongannya pun mereka akan tahu bahwa Kang Dicky memiliki 'sesuatu' . Apabila Kang Dicky mengobrol hal-hal krusial, seperti politik misalnya, omongannya sangat berbahaya, dia berbicara seolah-olah dia orang bukan orang yang sayang sama nyawanya sendiri. Sejak jaman Soeharto pun dia sudah begitu.. herannya, dia masih hidup.

Cerita dia di dunia persilatan lebih gila lagi... orang-orang akan mengira itu bullshit. Itulah, tetapi jika kita mendengar cerita dari orang-orang tentang dia dan apa yang dia lakukan, cerita itu akan melebihi dongeng-dongeng dunia persilatan manapun.Fantastis...dan mengerikan tentunya.

Tapi penyebab utama aku tertarik pada Kang Dicky bukanlah kemampuannya di HI, tetapi lebih kepada personal dan pola pikirnya.. Jauh di luar konsep pemikiran seorang manusia biasa (maksudnya orang kebanyakan... bagaimanapun aku tetap menganggap dia manusia biasa, bahaya lho mengkultuskan seseorang!) Tetapi kalau kita coba kita renungkan dan renungkan, pemikiran itulah yang sebenarnya terjadi dan berjalan di dunia ini.

Sewaktu aku tanya Kang Dicky, " Kang, berdasarkan apa Akang mempelajari semua ini?"
Dia menjawab " Al Quran.. Semuanya sudah ada di Al Quran.."
"Tetapi Al Quran kan cuman firman Allah.."
" Siapa bilang? Kita saja yang tidak mau mengkajinya.. Di Al Quran itu semua lengkap. Ada ilmu pengetahuan, pengobatan segala macam. Bahkan hal-hal fisika modern seperti Antigravitasi, black hole, teleportasi, kloning, semua itu disinggung juga di Al Quran."

Dari situ aku merasa apa yang diajarkan Kang Dicky tidak bertentangan dengan dasar keyakinanku.. Maka aku pun terus mengikuti HI.. Dan di saat ini.. mungkin inilah saatnya bagiku untuk mencari apa yang kurang dari dalam diriku, terutama kepribadianku. Aku jadi sering konsultasi ke restoran Piring Kenteng tempat Kang Dicky praktek pengobatan, seminggu sekali. Dan di sana kau dapat banyak sekali pelajaran.

Awal bulan Februari 2008, kira-kira bertepatan dengan hari Valentine bagi orang kafir, HI mengundangku untuk mengikuti munas yang diadakan di Banjaran, Kabupaten Bandung. Kupikir, inilah saatnya aku untuk terlibat lebih jauh ke dalam organisasi HI ini, setidaknya mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga dari guru utama.Di sana aku berkenalan dengan rekan-rekan HI dari ranting lain, banyak cerita, berbagi ilmu..akhirnya aku mendapatkan satu hal, bahwa kini ruang lingkup pergulaku bertambah luas.

Dan memang, menurut pepatah Budha, apabila murid siap guru akan datang dengan sendirinya. Dan itulah yang sedang terjadi padaku saat ini. Cobaan (wuihh cobaan, Bo!) diriku dalam soal cinta memicuku untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang diriku sendiri. Dan aku pun mencari dan berdoa, akhirnya kutemukan sebuah media yang bagus untuk pelajaran : HI.

Aku terus bertemu dan mengobrol dengan Kang Dicky, dan akhirnya lama-kelamaan pun aku mulai 'bisa' mengikuti jalan pikiran dia. Sebuah jalan pikiran yang tingkatannya tinggi sekali, yang mungkin hanya bisa dicapai apabila seorang manusia sudah mencapai 'level' tertentu dalam hidupnya. Tapi aku merasa bersyukur aku mengenal orang seperti ini, sekalipun aku sadar dia manusia biasa yang punya kekurangan dan kelebihan, tetapi yang kusyukuri dia bisa memberiku suatu khazanah baru dalam pemikiran mengenai kehidupan, dan hebatnya lagi, aku malah merasa keimananku semakin bertambah dengan mengkaji ilmu-ilmu dari HI, karena memang.. bukankah pengertian dari Hikmatul Iman adalah Hikmahnya orang-orang beriman?

Dan dari Kang Dicky aku pun belajar mengenai konsep-konsep kehidupan. Konsep yang kedengarannya seperti kalimat-kalimat sederhana tetapi sama sekali tidak mudah untuk diaplikasikan:
- " Hidup adalah hari ini, saat ini dan detik ini. BUKAN NANTI. Karena itu maksimalkan hari ini, saat ini, dan detik ini. ",
- " Tanpa beban. Berpikir untuk caranya, bukan hasilnya ."
- " Hiduplah untuk hari ini. Jangan sampai impian membatasi kita, kita bisa mendapat jauh lebih besar daripada apa yang kita impikan. Karena impian itu sebenarnya tak jauh-jauh dari referensi yang kita punya."
- " Turunkan EGO dan cobalah untuk bisa memaklumi orang lain "
- " Jangan manjakan diri Anda, jika Anda memanjakan diri Anda maka Anda akan keenakan, akibatnya lama-lama tanpa sadar Anda akan kolaps "
- " Semakin besar kekuatan yang Anda miliki , tanggung jawab Anda akan semakin besar. Karena itu semakin besar kekuatan yang Anda miliki, Anda justru harus lebih banyak bersabar!"
- " Hidup itu untuk Ibadah. 'Sesungguhnya tidak akan AKU ciptakan Jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku ' -Q.S Al Hujarat 56 "
- " Manusia itu memang sempurna. Justru karena manusia itu sempurna makanya bisa melakukan kesalahan. Semua sisi ada pada manusia: baik -jahat, benar-salah, bagus-jelek. Jadi justru kita seharusnya bilang: 'Maaf, karena kesempurnaan saya, maka saya berbuat salah!' "
- " Harta, istri, anak; semua itu adalah ujian, bukan karunia. Semakin banyak harta kita semakin berat pertanggung jawaban kita di akhirat."
- " Makanya TENAGA DALAM (TD) dilatih, itu adalah MODAL "
- Dan yang terutama sekali : "Kuncinya adalah latihan, latihan , dan latihan "

Dua kalimat terakhir sungguh menginspirasiku untuk menjalani kembali latihan HI, terutama Tenaga Dalam (TD). Memang saat itu aku jarang sekali latihan dan kalaupun latihan, paling sebulan sekali, itupun karena moodku lagi bagus saja. Padahal aku sendiri merasakan kegunaan TD (selain mematahkan dan menghancurkan batu kali dan kikir), misalnya ketika aku sakit demam berdarah, trombosit ku nge-drop sampai 9000 saat itu, tetapi anehnya... masih sadar, padahal orang biasa apabila trombosit turun 11000 saja sudah bisa mati.

Maka aku pun kumpulkan lagi semangat berlatihku, aku mulai disiplin latihan Tenaga Dalam setiap hari.. mulai dari 30 menit, berlanjut ke 35 menit, 40 menit, satu jam, lama-lama kini... aku latihan selama 2 jam 12 menit setiap hari, sehingga aku menyebut itu sebagai latihan TD 212 (kayak Wiro Sableng, eh bukan Agen Polisi.. he3x). Setiap hari kuprogram diriku untuk berlatih mulai jam 21.20 dan berakhir 2 jam dan 12 menit kemudian, kecuali hari Sabtu, hari di mana kelak aku sempatkan diriku untuk berlatih 8 jam, yang kumulai sehabis Sholat Subuh.

Mengapa mulai jam 21.20 ? Karena saat itulah waktu yang kunilai lapang buatku, bahkan ketika aku berkeluarga kelak. Kelak, aku latihan jam 21.20 sehabis menikmati waktuku bersama istri dan anak-anakku, yaitu pas sholat Maghrib sampai jam 21.20. Bagaimanapun keluarga harus aku utamakan karena mereka adalah ujian. Bukan karier! Aku bukan orang Barat yang mau mengorbankan keluarga demi karier. Keluarga akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, sedangkan karier belum tentu ditanya.


THE TURNING POINT 2 : ICHA RACHMANTI - CINTAPUCINO
Tapi aku tidak berhenti pada HI, aku seorang akademisi. Tentu tidak boleh mutlak mengandalkan informasi dan pegangan pada satu sumber, kecuali Al Quran dan Hadist tentunya karena aku orang Islam. Aku juga mencari pelajaran dari banyak orang, termasuk beberapa teman-temanku. Tentu aku tidak secara eksplisit mengatakan masalahku, tapi pada intinya, aku memang sedang butuh kekuatan untuk bisa menjalin hubungan dengan seseorang. Beberapa temanku yang sudah menikah memberi masukan dan ilham, termasuk Ei, Kang Gun, dan juga salah satu seniorku, seorang mantan mahasiswi arsitektur yang juga pengarang novel, Icha Rachmanti-Cintapucino.

Lalu aku pun mendapatkan ilham itu: Hidup terlalu berharga bia disia-siakan, aku harus menjadi seseorang yang berarti bagi diri aku sendiri, barulah aku berarti bagi orang lain. Dari situ aku mengerti bahwa hidup ini adalah sebuah cerita, tetapi bedanya cerita itu adalah cerita hidup kita sendiri. Jadi dengan kata lain, jika kau mau membuat hidupmu berharga, jadilah pemeran utama dalam ceritamu sendiri, jangan jadi figuran. Karena ini adalah ceritamu bukan cerita orang lain, kaulah yang menjalani ceritamu dan kau lah yang menulis ceritamu sendiri.

Praktisnya adalah:... Learning to Love yourself is the greatest Love of All , ingat lagu itu kan..?

Dan mulai sejak saat itu aku berprinsip bahwa aku tidak akan hidup untuk menulis cerita orang lain, aku hidup untuk menulis ceritaku sendiri.

THE TURNING POINT 3 : HITMAN SYSTEM
Guru-guru lain terus berdatangan, aku berkenalan dengan beberapa orang yang memang sudah 'mahir' dan sering menyelami seluk beluk dunia percintaan dan hubungan dengan lawan jenis: Hitman System( www.hitmansystem.com), sebuah perkumpulan yang luar biasa dengan workshop training mereka.Dari sana aku mendapat pelajaran berharga, tentang wanita, dan tentang bagaimana cara untuk benar-benar 'menaklukan' mereka.

THE BORN OF CASANOVA PROJECT
Semua ilmu, semua jalan, semua ajaran yang baik...dan pada akhirnya kurasakan.. semua mengarah kepada satu titik.

Pada akhirnya aku sampai di suatu tahap dimana aku mengerti apa yang benar-benar aku inginkan mengenai hidupku dan pasangan hidupku. Aku memang ingin memiliki istri seorang dokter. Aku memang berniat untuk itu. Maka sesuai dengan masukan dari Mbak Icha, pelajaran dari Kang Dicky, trik-trik dari Hitman System, maka aku pun akhirnya memulai suatu proyek ambisius untuk kehidupanku, sebuah proyek yang bertujuan untuk mendapatkan pasangan hidupku, memiliki istri seorang wanita yang cantik, baik, solehah, dan dia seorang dokter.

Sebuah project yang kunamakan : The Casanova Project.

Casanova Project benar-benar suatu pengorbanan yang luar biasa, terutama dalam hal pengorbanan mental dan emosi. Apabila aku menceritakan project ini ke orang-orang, aku yakin sebagian besar dari mereka akan menganggap aku aneh atau bahkan gila. Tapi coba pikirkanlah.. Adakah jalan yang lebih baik dari ini? Bagaimana caranya aku ingin mendapatkan istri seorang dokter, sedangkan lingkup pergaulanku dengan anak kedokteran terbatas sekali?

Bagaimana dengan situs pertemanan, friendster, facebook, myspace? .. Oh Please! bagiku itu adalah pilihan terakhir, itu adalah cara paling pecundang untuk berkenalan.. Cara yang tepat bagi seorang laki-laki untuk berkenalan dengan wanita adalah secara langsung di dunia nyata! Karena seorang laki-laki hidup dan menghadapi dunia nyata, bukan dunia maya!

Orang-orang bilang, "..gimana jodoh aja, Yan!" Fine, jodoh! Tetapi apakah kalian tahu siapa jodohku nanti? Tidak! Kalau begitu kenapa aku tidak boleh mencarinya? Kalau seandainya ada orang yang bertanya: bagaimana jika ternyata nanti istri kamu bukan dokter, maukah kamu menerimanya? Maka pertama aku akan menjawab: Innalillahi wa innalillahi rojiun, bukan berarti aku berduka, tapi pengertian harfiah dari kalimat itu adalah semua berasal dari Allah dan kelak akan kembali ke Allah, masalahnya, orang selalu mengartikan kalimat itu sebagai kaliamat duka, kalimat yang hanya diucapkan pada saat orang meninggal, padahal dalam setiap detik, setiap dimensi, setiap jagad makhluk, kalimat itu berlaku secara mutlak!

Dan aku akan balik bertanya: Bagaimana jika kamu mati besok, maukah kamu menerimanya?

Kenapa sih harus dipermasalahkan? Bagaimana seandainya begini, bagaimana seandainya begitu? Menurutku jodoh itu seperti takdir, seperti halnya rezeki dan kematian, kita tidak tahu akan bagaimana dan kapan,semua itu rahasia Allah... tetapi sebagai orang beriman kewajiban kita adalah berusaha, memaksimalkan apa yang kita punya, kita berusaha mendapatkan jodoh yang terbaik, kita berusaha mencari rizki yang banyak dan halal, kita berusaha HIDUP sampai besok!.. Soal hasil itu yang menentukan Allah.

Yang penting adalah kita jalani prosesnya. Sebab siapa tahu kita memang ditakdirkan untuk mengubah takdir kita sendiri.

FILOSOFI SANG CASANOVA
Maka Casanova Project pun aku jalankan. Cerita perjalanku mengenai project itu sudah kutulis di thread-thread sebelum ini. Pertama memang susah, karena aku berperang melawan EGO ku sendiri, tetapi lama-lama semua berjalan dan berjalan. Aku berlatih dan berlatih untuk menguasai semuanya. Lama kelamaan aku mulai bisa mengenali apa yang disebut makhluk Allah bernama perempuan. Aku mulai bisa mengerti mengapa mereka begini dan begitu. Aku mulai bisa membaca diri mereka, aku mulai mengerti apa yang mereka mau dan apa yang mereka butuhkan, aku mulai mengerti bagaimana cara membuat mereka jadi merasa nyaman, dan pada akhirnya aku mulai mengerti juga bagaimana cara mengendalikan mereka.

Pada akhirnya aku bisa menarik kesimpulan, ternyata semua bukan berasal dari mereka tapi dari diri kita sendiri. Apabila kita bisa mengendalikan diri kita sendiri, mengendalikan EGO kita sendiri, maka kita akan bisa membawa diri kita di hadapan mereka. Tetapi semua itu tidak mudah, butuh latihan dan latihan. Jadi kuncinya adalah latihan dan latihan. So keep practice.

Jadi intinya, jika kamu ingin betul-betul bisa mengendalikan wanita atau orang lain manapun, maka kamu terlebih dahulu harus bisa mengendalikan diri kamu sendiri. Mulailah dengan EGO kamu. Kendalikan EGO dan cobalah untuk bisa memaklumi orang lain.


PERUBAHAN PARADIGMA - HIDUP ADALAH HARI INI
Kita takkan pernah tahu, dan takkan pernah bisa menjamin apa yang akan terjadi masa depan, besok, tahun depan, bahkan sejam kemudian. Tapi anehnya, kita seringkali takut akan masa depan. Kita takut akan tidak punya pekerjaan, takut akan tidak punya penghasilan, takut menjadi tua, dan takut tidak memiliki jodoh yang baik. Padahal adalah sangat berbahaya sekali jika kita memiliki rasa takut yang berlebihan, kata orang bijak " What you resist persist!"

Singkatnya orang membuat rasa takut pada apa yang belum pasti. Masa depan. Padahal masa depan itu sebenarnya tidak ada, the future is not exist , hanya ada dipikiran kita. Yang ada adalah sekarang, dan kejadiannya Allah yang menentukan. Berangkat dari konsep ini, seperti yang juga diajarkan di HI, bahwa HIDUP ADALAH SAAT INI, HARI INI, DETIK INI. Karena memang hidup itu sekarang. Dari sinilah aku menyusun paradigma baru tentang hidup. Sebuah paradigma untuk selalu memaksimalkan apa yang ada sekarang, saat ini, hari ini, dan detik.Pointnya adalah: Hari ini adalah hari ini, bukan nanti. Jadi kita takkan pernah takut akan masa depan, sebab masa depan akan bagus dengan sendirinya jika saat ini bagus. Jadi kuncinya adalah saat ini. Jika kita selalu takut akan masa depan, maka apa yang kita pikirkan saat ini justru malah tidak maksimal.

Kita juga takut masa depan karena kita berharap dan berharap. Kita berharap sama manusia, kita berharap kantor itu mau memberi kita pekerjaan, kita berharap uang kita cukup untuk membeli mobil, kita berharap pemerintah memberi bantuan, kita berharap wanita itu mau bersama kita! Harapan dan harapan, pada akhirnya jika tidak terwujud akan membuat kita jatuh, dan kalaupun berhasil akan membuat kita sulit sekali bersyukur, karena kita telah menyandarkan harapan kita pada hal itu. Maka mulai saat itu aku pun menguubah kembali paradigma hidupku, aku berhenti berharap pada yang lain, kecuali Allah dan diri aku sendiri.

Hidup untuk sekarang dan hari ini. Berharap hanya pada Allah dan diri kita sendiri. Maksimalkan apa yang bisa kamu lakukan hari ini. Kesemua paradigma itulah yang kujadikan landasan untuk hidup yang baru. Dan aku berlatih untuk mengaplikasikannya secara betul-betul.

Maka sejak saat itu, ritme hidupku mulai normal kembali, hari demi hari aku mulai menjalani proses perubahan dari seorang cowok lasut ke seorang yang tough, dari seorang lossy menjadi glossy (istilah Hitman System, red), from zero to Hero, singkatnya... aku mulai menjalani transformasi menjadi seorang manusia yang jauh lebih baik, aku mulai teratur mengejakan thesis, trading forex, dan tentu saja: Latihan Tenaga Dalam 212. Aku pun mulai diundang interview kerja di beberapa perusahaan.

Tapi yang istimewa dalam hidupku kali ini adalah Proyek Casanova. Menjalankan proyek ini betul-betul membuatku merasa 'hidup', terkadang aku nervous jika mendekati cewek, terkadang grogi, terkadang bersemangat, dan seringkali mengasyikkan, tetapi itulah... project Casanova membuatku seperti lagu Alphaville Cover, Forever Young.

Persoalan Meli kucoba berjalan beriringian, seiring dengan usaha self-healing dan tranformasiku, seiring kencanku dengan wanita-wanita lain yang lewat dalam Project Casanova. Perlahan-lahan aku mulai melepaskan sifat ngarep-ku pada Meli. Tapi rasa sayangku masih ada padanya, sewaktu dia mau tes masuk spesialis jantung, aku sms dia, beri semangat dan doa. Memang, terkadang EGOku masih bermain, terutama jika kutahu Meli pergi bersama cowoknya, tetapi aku kembali ingat, saat ini.. detik ini, aku tidak bersama dia, jadi buat apa aku takut, bermain-main dengan pikiranku sendiri?

Akhirnya aku mulai bisa nyaman untuk mengobrol dengan dia di telepon. Karena beban sudah mulai lepas, maka aku justru bisa bicara lepas, aku mulai bisa bercanda dan melempar jerk joke sama Meli. Bicara lo-gue. Kini aku mengerti kenapa Kang Dicky bilang, " Tanpa beban, berpikir untuk caranya bukan targetnya !" Dan aku baru mengerti maksud omongan itu sekarang.

Ketika aku rasakan mentalku sudah kuat, maka aku pun merencanakan untuk bertemu lagi dengan Meli. Memang, setelah waktu yang lumayan lama prosesnya, baru hari Jumat kemarin aku mewujudkannya. Beberapa hari sebelum hari Jumat itu aku berada di Jakarta dan menelepon Meli, seperti biasa.. kami mengobrol. Dan akhirnya pada saat itu aku utarakan maksudku untuk bertemu dia lagi di hari Jumat, 8 Mei 2008. Di telepon aku berjanji untuk membawa serta Kiko, salah satu anjing Siberian Husky ku untuk kukenalkan ke Meli. Niatnya apa..? Iseng aja.

Tetapi rencana sudah kuutarakan, Meli mau tapi dia mau mengechek dulu jadwal kegiatannya, sebab siapa tahu dia harus tugas jaga di rumah sakit.
Sayangnya Meli agak eggan kalau aku membawa Kiko, Meli mengatakan bahwa dia sangat takut sama segala jenis anjing. It's OK..That's enough, pikirku. Yang penting Meli mau bertemu.. Jumat nanti saatnya aku menguji diriku, dan membuktikan pada Meli dan diriku sendiri, bahwa aku bukan Ryan yang ngarep pada wanita.

Tanpa beban, berpikir untuk saat ini, jadi atau nggaknya pertemuan itu, gimana nanti...

THE ENDING OF EPISODE 2
Hari Jumat, aku kembali ke Bandung. Seperti janjiku sebelumnya aku meng-sms Meli, dia menjawab.
INBOX-MELI : BOLEH AJA, TAPI HARI INI COWOK GW JUGA MAU DATENG.. GIMANA DONG ?!

Cowoknya datang.. Wah! Kalau seandainya saja aku masih menggunakan pola pemikiran yang sama dengan diriku beberapa bulan lalu, maka aku akan langsung down membaca pesan itu. Tapi aku tahu, ini adalah kesempatan baik untuk menguji diriku sendiri... seberapa berhasil selama ini transformasi
diri yang telah kulakukan.

Maka akupun memutuskan untuk berkunjung ke rumahnya sore nanti. Aku telepon Meli untuk mengatakan bahwa aku tetap akan ke rumahnya sore nanti.

Teman-temanku sempat menasihatiku, "Lo gila, Yan? Jangan ke sana! Lo mau ribut sama cowoknya? "

Tapi aku tak mempedulikan nasihat mereka. Ribut ? 'Fu*k your advice !' Seruku dalam hati. Kenapa mesti berpikir aku akan berantem sama cowoknya? Mereka memang tahu problematika aku yang selama 8 tahun ini ngarep sama dokter wanita ini. Tapi apa mereka tahu tentang perubahan yang telah terjadi dalam diriku sendiri? Aku telah belajar banyak hal karena masalah ini... Aku belajar untuk tidak berharap pada manusia, tidak berharap pada apapun selain Allah dan diriku sendiri. Aku sedang menjalani proses transformasi untuk mengubah diriku ke arah yang lebih baik, aku melatih diriku agar betul-betul hidup untuk hari ini dan saat ini, aku melatih untuk mengendalikan EGO ku, melatih diriku untuk tidak memanjakan diriku sendiri, dan melatih diriku agar menjadi seorang manusia yang betul-betul sempurna. Tapi tahu apa mereka tentang semua itu ?

Dan kejadian ini bisa jadi sebagai ujian seberapa berhasil aku menjalani proses itu semua.Tentu aku mengerti pada umumnya orang kebanyakan bila di posisi aku akan menganggap ini sebagai sebuah beban. Bagaimana orang nggak sakit melihat wanita yang dicintainya sedang bersama pacaranya? Pantas Ahmad Dhani mengarang lagu: " Ingin kubunuh pacarmu.."

Tetapi aku TIDAK, bagiku ini adalah sebuah latihan! Di sini aku akan dituntut untuk mengontrol EGO ku. Aku tahu itu akan sulit.. Tapi aku yakin, apabila aku bisa melewati pertemuan sore ini, maka aku akan 'lulus' dan naik peringkat ke arah yang lebih baik.

Maka pada sore harinya setelah selesai urusan thesis, latihan Tenaga Dalam 212 , aku pergi dan mengarahkan mobilku ke rumah Meli. Sesuai janji, aku membawa Kiko untuk kuperkenalkan dia pada Meli, apakah benar dia takut sama anjing. Heran! Banyak orang yang bilang Kiko itu anjing Siberian Husky yang lucu dan menggemaskan, tetapi kenapa Meli takut sama anjing ?

Sesampai di rumahnya, aku turun dan langsung mengajak Kiko turun dari CRV-ku, dengan dirantai tentunya. Aku mengebel rumahnya dan keluarlah Meli.

Aku bertemu lagi dengan dia.. benar juga dia ketakutan dibalik pagar melihat Kiko..
" Yan.. Yan.. Jangan dideketin, Yan.. Meli takut, Yan!"
Aku cuman tersenyum sambil menarik Kiko menjauhi pagar," Nggak pa-pa kok, Mel! Dia jinak banget! "
" Ya tapi Meli takut, Yan.. kan Meli udah bilang Meli takut sama anjing.."
Aku menggendong Kiko,
" Yah lucu, sih.." aku Meli, " Tapi tetep aja Meli takut!"
" Ya udah nggak pa-pa. Aku masukin aja ke mobil ", jawabku. Maka Kiko kun kumasukan lagi ke mobil. Biarkan dia menunggu sebentar saat aku masuk ke rumah Meli.

Dan tibalah saatnya, aku masuk ke rumah Meli. Aku siap dengan segala apapun yang akan terjadi, tetapi keyakinanku pada semua hal ini tak berubah, ini adalah latihan dan ujian.

Maka aku ke dalam rumah Meli, dan kulihat duduk seorang pria di ruang tamu. Rico, cowok Meli. OK, dialah cowok yang ada di hati Meli saat ini. Aku menyalami dia, lalu duduk di depan mereka. Berbasa-basi sedikit lalu kami mengobrol.

" Nggak pa-pa, anjingnya sudah kumasukkan mobil kok!" kataku
" Siberian Husky, ya ? " tanya Rico
" Betul, kok tahu ? "
" Temen gw pernah ada yang punya " jawabnya lagi.
" Oh gitu.."

Obrolan dilanjutkan kembali.. Dari sini aku tahu bahwa Rico satu angkatan di bawah Meli, dia masih sebagai dokter koas di sebuah rumah sakit di Cimahi, dan sebelumnya dia kuliah di sebuah universitas swasta di Cimahi.

Seorang dokter koas dan seorang dokter jaga. Usia cuman beda setahun. Seorang dokter mendapatkan dokter, what an ordinary life! pikirku.

Tetapi kemudian kurasakan sesuatu yang aneh. Heh! Ajaib.. aku.. aku sama sekali tidak merasakan rasa cemburu. Dan bahkan bukan hanya itu, aku merasa... aku merasa biasa-biasa saja! Kok bisa ?! Padahal aku saat ini berada di depan seorang wanita yang paling menjadi 'momok' buat ku selama ini.. wanita yang membuatku penasaran dengan EGO. Tetapi entah kenapa, hari ini, saat ini, detik ini... aku merasa baik-baik saja.

Ya Tuhan, apa yang terjadi pada diriku..? Aku memandangi mata Meli, sekali dua kali, tiga kali, tapi.. ah! Tidak! Aku merasa biasa saja.. Lalu bagaimana dengan diriku selama ini yang menginginkan dia?! Kemana diri aku yang kemarin ?! Kemana diriku DELAPAN TAHUN YANG LALU ?!

GOD, What's Wrong with me ?!

Kini aku mengerti apa yang dimaksud dengan efek khayalan... Aku selama ini hanya membayangkan Meli seperti yang ada di khayalanku, tetapi ketika aku menghadapinya betulan di dunia nyata, aku merasa semua khayalanku sirna.. dia tidak seperti khayalanku. Berarti benar kata Kang Dicky, ternyata ketika bertemu kita tahu dia manusia, bukan seorang Putri, beda khayalan dengan kenyataan.

Maka pertemuan singkat itu pun kuakhiri dengan baik.. sekitar setengah enam aku pamit dan kembali ke rumah untuk bersiap-siap kuliah malam. Pertemuan Jumat sore itu kuakhiri dengan baik-baik. Tidak ada rasa cemburu, tidak ada beban emosi, tidak ada yang terbunuh. Aku lepas.
Kalau aku mengikuti nasihat teman-temanku, apalagi EGO ku, bisa jadi aku tidak akan jadi seperti ini.

Aku telah lulus ujian hari ini.


Sekarang... dan pada akhirnya, Meli kini menjadi bagian dari Kisah Casanova Project ini. Karena itu seperti cewek-cewek lain yang pernah maka aku pun berkewajiban memberikan Meli alamat blog ini, inilah The Ending Scenario of Casanova Hit untuk Meli. Cuma sayang karena panjang ceritanya dibandingkan kisah-kisah yang lain, maka untuk menyelesaikan thread-thread ini aku membutuhkan waktu beberapa hari, bahkan tiga minggu, sebab disamping itu aku juga masih punya pekerjaan lain yang tidak kalah penting: menyelesaikan thesis.

Akhirnya, pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2008, 9433 hari aku hidup di dunia, thread blog ini selesai. Dan pada Minggu malam tanggal 1 Juni 2008, 9437 hari aku hidup, aku menelepon Meli dan memberikan alamat blog ini ke Meli melalui emailnya.

PENUTUP

Kini semua berjalan kembali mengalir seperti biasa. Aku masih tetap menghubungi Meli sekali-kali, mengobrol dengan dia tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda. Aku mulai bisa untuk menganggap Meli sebagai teman biasa. Meskipun aku masih memiliki rasa sayang ke dia, tapi perasaan itu sekarang menjadi tanpa beban. Alhamdulillah, perasaan itu kini bisa mulai kukendalikan. Bukan hilang, hanya kukendalikan.

Jika perasaan itu berhasil kukendalikan, maka aku akan mampu untuk membuat dia merasa nyaman. Aku tidak akan lagi memaksa dan menuntut ini itu seperti dulu. Aku tidak akan lagi takut kehilangan dia, aku tidak akan ngarep, tetapi aku akan bersyukur manakala setiap kali aku bisa mengobrol dan membuat dia nyaman.

Dulu aku begitu bernafsu untuk mendapatkan dia, tetapi sayangnya gagal, dulu aku belum mengerti mengenai rahasia itu.Sebuah rahasia yang membuat kita mengerti bagaimana cara untu menjalin hubungan dengan orang lain.Sebuah rahasia yang membuat hidup kita lebih berharga bagi diri sendiri dan orang lain.

Kini aku telah mendapat pelajaran dan mulai mengerti tentang rahasia itu. Kuncinya adalah EGO kita. Artinya bila kita mampu mengendalikan EGO kita, kita akan menjadi orang yang bersifat fleksibel dan dinamis. Kita bisa memaklumi orang lain kenapa dia berbuat begini dan begitu. Kita tidak bisa mengubah dunia seutuhnya, tetapi pada saat kita berhasil mengubah diri kita ke arah yang lebih baik, maka kita akan merasa bahwa dunia berubah untuk kita, padahal sebenarnya kitalah yang berubah.

Kini aku mulai berjalan melangkah lurus ke depan. Harapanku sama Meli tidak lagi mengganggu aktivitas harianku, karena memang, aku tidak mau memanjakan diriku untuk terus memikirkan Meli. Aku sadar masih banyak hal-hal lain yang bisa aku lakukan hal-hal lain yang membuat hidupku lebih berharga dan bermanfaat untuk diriku dan orang lain, aku harus menyelesaikan thesis, mendapatkan pekerjaan yang pantas, trading forex, latihan HI, berlatih bikin website, gaul sama teman-temanku dan masih banyak lagi.

Soal Meli aku biarkan saja berjalan apa adanya. Kalau memang suatu saat nanti kami bisa jalan bersama, itu karena memang ada episode yang lain setelah ini. Tapi aku
tidak memaksa, tidak berharap, dan tidak pula merencanakan... Aku lakukan saja yang terbaik hari ini, saat ini, dan detik ini. Karena yang pasti adalah saat ini bukan nanti.

Mungkinkah akan ada kelanjutan dari kisah ini? Mungkinkah akan ada petualangan lain di Jakarta? Mungkinkah pada akhirnya Meli akan bersamaku? Dan mungkinkah akan ada episode lain setelah ini?

Wallahuallam! Aku tidak tahu!

Yang jelas, aku tidak merencanakannya, dan juga TIDAK TAKUT dengan apa yang terjadi nanti... karena aku memang tidak hidup di masa nanti. Aku hidup di masa kini.

Aku hidup untuk hari ini, saat ini, detik ini. Karena itu segala yang kulakukan hanyalah MEMAKSIMALKAN apa yang aku punya dan apa yang bisa aku lakukan di hari ini. Dan mensyukuri apa yang aku punya saat ini, aku biarkan semuanya mengalir dan jalani semuanya dengan baik, saat ini.
Soal nanti itu biarlah nanti. Maksimalkan saja hari ini, saat ini, dan detik ini; Insya Alllah masa depan akan bagus dengan sendirinya.

Karena HIDUP bukan nanti. HIDUP adalah hari ini, saat ini, dan detik ini. HIDUP ADALAH SEKARANG.

Anggap semuanya sebagai ujian, sebagai latihan yang akan membuatmu lebih kuat, membuatmu 'naik peringkat'. Karena memang hidup adalah proses latihan. Berlatihlah untuk mengendalikan EGO kamu, berlatihlah untuk tidak memanjakan diri kamu, dan berlatihlah untuk komitmen.

Kendalikan EGO dan cobalah untuk bisa memaklumi orang lain.


TAMAT - EPISODE 2



Yang jelas, kalau memang suatu hari nanti Meli bisa bersamaku, dia juga harus mau belajar untuk menyukai anjing... A dogs must love, close to me.. close to you...





Why do birds suddenly appear, every time you are near?
Just like me, they long to be, Close to you.

Why do stars fall down from the sky, every time you walk by?
Just like me, they long to be, Close to you.

On the day that you were born The angels got together
And decided to create a dream come true
So they sprinkled moon dust in your hair of gold and starlight in your eyes of blue.

That is why all the girls in town follow you all around.
Just like me, they long to be, Close to you.

On the day that you were born The angels got together
And decided to create a dream come true
So they sprinkled moon dust in your hair of gold and starlight in your eyes of blue.

That is why all the girls in town follow you all around.
Just like me, they long to be, Close to you.
Just like me (Just like me), they long to be
Close to you.

Wahhhhhhhhhhh, close to you.
Wahhhhhhhhhhh, close to you.
Hahhhhhhhhhhh, close to you.
Lahhhhhhhhhhh, close to you.

(The Carpenters)