Free Web Hosting with Website Builder

Jumat, 21 Maret 2008

Paradigma.. Paradigma

Aku stuck di Jakarta. Dikerjain cewek nakal yang menjebakku dan diporotin oleh cewek mall, huh!

Tapi aku mulai berpikir sesuatu, tentang kenapa selama ini aku sulit mendapatkan kekasih seorang dokter yang aku idam-idamkan. Permsalahannya bukan pada mereka, bukan pada lingkungan, tetapi pada diriku sendiri.

Aku pernah mendengar cerita tentang seseorang wanita yang selalu diperkosa setiap dia pindah kota. Di kota A dia diperkosa, karena itu lalu dia pindah ke kota B dan ternyata dia juga diperkosa di sana, akhirnya dia pindah ke kota C, ternyata diperkosa juga.. lalu apa kesimpulannya? Maka orang pasti bisa menduga bahwa seandainya dia pindah ke kota D atau ke kota E, dia pasti juga diperkosa, dan lagi dan lagi.

Nah, lalu siapa yang mesti disalahkan di sini... apakah si pemerkosa itu yang harus dihukum. memang benar.. si pemerkosa harus dihukum... tetapi tunggu dulu, coba pikirkan.. si wanita berulang-ulang kali diperkosa dan diperkosa. Diperkosa sangat tidak menyenangkan dan apabila kita tanyakan hal ini kepada si wanita itu dia pasti akan bersumpah demi langit dan bumi bahwa dia tidak pernah menginginkan diperkosa..

Memang betul..tetapi kenapa dia selalu begitu...?

Mengapa dia bisa selalu diperkosa walaupun tidak menginginkannya?

Kata siapa. Si wanita itu sudah mengalami pemerkosaan berulang kali, sepintas secara sadar ia pasti akan bersumpah tidak menginginkannya, tetapi secara alam bawah sadar, bisa jadi setelah beberapa kali si wanita justru 'menikmatinya'.. dan kenikmatan bawah sadar inilah yang membentuk paradigma secara bawah sadar juga bahwa , " Saya mesti diperkosa."


Karena terjadi berulang kali akhirnya ada 'kenikmatan' dan kecenderungan untuk mengulanginya. Pepatah bijak mengatakan: "Yang sudah terjadi sekali biasanya sulit untuk terjadi kedua kalinya. tetapi bila sudah terjadi kedua kali, kemungkinan besar akan terjadi yang ketiga kalinya.."

Demikian juga dengan stress atau marah.. kenapa orang selalu stress atau selalu marah-marah? Meskipun akibat yang ditimbulkan justru malah lebih parah, tetapi orang selalu marah dan selalu mengulang-ulang stressnya.

Mengapa? Satu-satunya jawaban hanyalah : Karena itu nikmat, stress itu nikmat, marah-marah juga nikmat. Kedengarannya aneh sekali, tapi coba kita pikirkan lebih jauh.. Betul tidak? Satu-satunya penyebab orang selalu stress, marah, atau sedih, adalah.. karena semua itu nikmat.

Jadi kalau selama ini kita selalu gagal, bisa jadi itu karena kita telah 'menikmati' kegagalan itu.

Nah sekarang balik ke aku, atau kita semua. Kita selama ini hampir tidak pernah menciptakan paradigma sendiri, yang sering kita lakukan adalah kita membiarkan diri kita dibentuk paradigmanya oleh lingkungan.. Mungkin aku (atau kita) tidak sadar, tapi lingkunganlah yang membentuk kita.

Kita selalu berpikir kenyataanlah yang membentuk pikiran kita, padahal menurut buku The Secret adalah sebaliknya, justru pikiran kita yang 'menciptakan' kenyataan.. Itulah sebabnya mengapa orang yang berpikiran negatif dan takut, nasibnya justru buruk. karena secara alam bawah sadar, rasa takut dan pikira buruk itu sendiri adalah perintah.

Dan sekarang pun aku mulai menyadari.. bahawa selama ini aku tidak mendapat kekasih seorang dokter, itu pasti karena aku berpikir 'takut tidak akan mendapatkannya' . Dan itulah kenyataan yang terjadi

Sekarang, aku berniat untuk mengubah paradigmaku perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Aku tahu ini takkan mudah, tapi aku harus mencobanya. Suatu masalah tidak akan bisa diselesaikan dengan menggunakan cara berpikir yang sama ketika masalah itu diciptakan...

Bagaimana jika aku mulai mensyukuri apa yang aku miliki saat ini? Mungkin hasilnya akan lain sekali dibandingkan dengan aku harus selalu bermuram durja meratapi nasib..

Aku percaya, bahwa mulai sekarang ... pikirankulah yang membentuk nasibku.

Tidak ada komentar: