Free Web Hosting with Website Builder

Kamis, 10 April 2008

Tiara, The Lady Rain

Mungkin aku melewatkan cerita perkenalan aku dengan dia. Maklum, saat itu memang aku sedang dalam kondisi HIT dengan cewek lain, Yuli. Aku sedikit menyinggungnya di kisah Malam ini Untuk Yuli. Tiara seorang gadis manis dan dia mahasiswi kedokteran di sebuah Universitas swasta di daerah Cililitan, Jakarta.

Baiklah! Kini aku bercerita mengenai dia. Percaya atau tidak, Tiara lah cewek kedokteran yang pertama kali aku datangi untuk kedua kalinya (setelah perkenalan). Sore hari itu, Jumat 4 April 2008. Aku telah janjian untuk ketemu dengannya di kampusnya.

Sehari sebelumnya, Kamis 3 April 2008, Tiara meng-sms ku.. tepat sebelum aku mengikuti interview yang ketiga kali di sebuah Bank asing.

INBOX - Tiara : RIAN, JADI NGGAK KE KAMPUS ?
Aku - reply : AKU PGN, TP SEKARANG LG ADA INTERVIEW... EMANG KAMU LG ADA DI MANA SKR? BESOK BISA NGGAK? - SENT
INBOX - Tiara : AKU LG DI KAMPUS ABIS UJIAN, BESOK JAM BRP MAU KE KAMPUS?
Aku - reply : WAH, LEGA DONG ABIS UJIAN.. JAM 2 BISA NGAK? KAMU DAH SELESAI KULIAH BLM? - SENT
INBOX - Tiara : AKU SELESAI JAM SATUAN, BTW KAMU TAHUKAN KAMPUSKU DI MANA?
Aku - reply : TAU DONG. DEKET ARAH KE CILILITAN KAN? YANG BANYAK PREMANNYA? HE3X! OK DEH AKU BSK DATENG JAM 2 YA? - SENT
INBOX - Tiara : OK KALAU GT, SAMPE BESOK YA, PREMAN! HE3x!
Aku - reply : OK DH, C U TOMORROW - SENT

Jumat, 4 April 2008.

Siang itu sehabis shalat Jumat aku mengendarai CRV-ku menuju kampus Tiara. Kuarahkan mobilku dengan susah payah menembus kemacetan wilayah Cililitan sebelum akhirnya sampai di kampusnya yang tepat bersebelahan dengan sebuah rumah sakit yang memiliki nama sama dengan kampusnya. Cuaca basah karena habis hujan deras di wilayah itu, dan ketika sampai hujanpun masih turun rintik-rintik.

Aku sampai dan langsung menghubungi dia untuk bertemu (ingat, bukan aku yang menghubungi dia pertama kali, kan?). Kami janjian di dekat ruang ATM rumah sakit. Kulangkahkan kakiku melintasi genangan air becek ke dalam rumah sakit, padat sekali rumah sakit ini, suasananya terkesan sumpek, banyak orang mengantri di ruang tunggu yang pengap . Yah, ini jelas bukan rumah sakit kelas atas seperti Pondok Indah.

Kami pun bertemu, Tiara datang memakai setelan dokter dan rok pendek (tapi bukan mini, awas!) khas dokter. Rambutnya hitam lurus panjang. Dia manis sekali, pikirku. Wajahnya coklat keputihan dengan hidung bangir dan sedikit lesung pipit. Dia tersenyum ramah, persis ketika kami berkenalan di pernikahan Cibonk.

Tiara mengajakku berkeliling kampusnya, menemui beberapa temannya.Kami betul-betul menikmati siang itu, so excited banget rasanya, aku merasakan desiran aura Casanova-ku yang menguat. Dan aku pun yakin Tiara dan teman-temannya juga bisa merasakan. Karena ketika kami melintas di depan teman-temannya, mereka berseru:

"Tiara.. kenalin dong!"

Maksudnya aku, ya iyalah, siapa lagi yang ada di sampingnya? Kucing?

Tiara tersipu malu, aku juga. Mungkin Tiara merasa beruntung jalan denganku. Tapi percayalah, aku merasa lebih beruntung lagi.

Akhirnya kami menghabiskan waktu duduk di bangku taman. Hujan turun mulai mereda ke gerimis. Kami mengobrol banyak hal.. Dan dari situlah aku tahu bahwa nenek Tiara orang Belanda, My God! She's indo! Tiara mengaku kalau di Ambon tapi ada campurannya, dan ternyata memang benar.Dia gadis Indo dan pernah menghabiskan waktu hampir satu semester bersama neneknya di Amsterdam.

Pantas saja aku merasakan kecantikan yang tersembunyi dari wajahnya.

Nggak kerasa waktu sudah jam setengah lima, aku harus kembali ke Bandung. Kami akhiri pembicaraan ini, dan sebelumnya kuberikan padanya alamat blog ini, That's it: The Ending of Casanova! Misi selesai hari itu.

Lalu aku bertanya, "Kamu mau pulang sekarang?"
"Iya aku mau balik ke kosan," jawabnya.
"Kosan kamu jauh?"
"Nggak, cuman jalan kaki dari sini."
"Boleh nggak aku anterin kamu?"

Dia memperbolehkan. OK aku pun mengantar dia. Di mobilku obrolan berlanjut. Gerimis mulai reda tapi awan mendung masih menutupi langit Jakarta. Suasana lebih smooth sekarang. Kami mengobrol tentang musik kesukaan dia, she likes jazz. Wow! Kuputarkan CD salah satu album kesukaannya, Maliq and D'esential. Alunan lagu "Heaven" dan "Ketika" pun mengalir, mengiringi obrolanku dengan calon dokter manis itu.

She likes the songs.


"CD ini pemberian mantanku," jawabku. Terlintas sejenak bayangan Suzie, mantanku.

Tiara tersenyum.

"What about if I invite you sometimes to watch a jazz?" tawarku.
"BOleh aja "
"Di mana tempat yang bagus di Jakarta?"
"Di kuningan, ada Pasar Jazz festival, kamu suka ke sana?"
"O I see, belum pernah.. mau kuajak kapan-kapan?"
"Kalau ujiannya dah selesai, ya. Tapi jangan malem-malem. Soalnya kosanku gemboknya dikunci jam 11"
"I'm promise!"

Tak lama kami sampai di depan kosannya. Tiara turun dan kami mengucapkan kata-kata perpisahan. Kami berpisah.

Kesanku cukup baik dengan Tiara. Selera dia lumayan bagus untuk seorang calon dokter, she has good manner. Beautiful girl! Sekalipun Tiara adalah pre-HIT ku tapi aku merasakan dialah yang me-respon aku untuk pertama kalinya.Aku menyukai dia, sungguh! Kalau aku tidak bisa bersama dia, itu pasti karena alasan kami berbeda operator (baca: agama). Walaupun demikian, Tiara memiliki sifat baik dan menjalankan keyakinannya dengan baik. Aku hargai itu.

Sekalipun persoalan itu adalah harga mati buatku.

Well, that's all! Me and her: Tiara. Dan pertemuan kedua kami di kampusnya. Cuaca hujan di wilayah Cililitan hari Jumat itu benar-benar membawa berkah untukku. Siang itu kunikmati keindahan moment bersama Tiara, the lady rain.

Jam setengah enam. Aku arahkan mobilku menuju Tol Cikampek-Cipularang menuju Bandung, dengan seberkas kenangan pertemuanku dengan Tiara. Seiring perjalanan, mengalun lembut di benakku lagu dari Indecent Obsession:


"Lady rain... I hear you at my window "
"Lady rain... I need you softly falling on my face "
"Why did the sun shining come and take you away"
"I wait for you again my lady rain"



Tidak ada komentar: