Free Web Hosting with Website Builder

Senin, 14 April 2008

HIT 2: Eno - Bandung First Hit, The Truth About Cats and Dogs

"Pegang kata-kata saya: Friendster, Facebook, Lovehappens, ataupun situs komunitas lainnya, itu adalah cara yang PALING PECUNDANG bagi seorang pria untuk berkenalan dengan wanita! Karena seorang laki-laki sejati hidup dalam dan menghadapi dunia nyata, bukan dunia maya. Cara yang tepat bagi seorang laki-laki untuk berkenalan dengan wanita adalah dengan menghampirinya langsung di dunia nyata dan mengajaknya berkenalan secara nyata. Get Real, Man!"


Judulnya agak aneh, memang karena HIT kedua malam ini--Sabtu 12 April 2008 memang seperti cerita film pop akhir 90-an yang dibintangi oleh Uma Thurman dan Ben Chaplin, The Truth About Cats and Dogs.

Baiklah, minggu ini terus terang adalah minggu yang berat untukku, di minggu ini aku berharap ditelepon oleh sebuah Bank asing untuk kelanjutan hasil interviewku, nyatanya sampai minggu ini berakhir dan aku kembali ke Bandung, aku tidak ditelepon juga. Aku kecewa dan penantianku sia-sia. Kekecewaan ini jelas mengganggu pikiranku.

Lalu aku berpikir malam ini, aku tidak bisa begini terus. Aku harus tetap melanjutkan hidupku. Seperti kata Kang Dicky, Tuhan kita Allah, bukan masa depan atau pekerjaan, dan Hidup adalah hari ini, saat ini, dan detik ini. Maka kemudian aku memutuskan untuk melepaskan saja harapanku mendapat pekerjaan di Bank Asing tersebut. Kalau memang rejekiku, aku pasti akan mendapatkannya Bagaimanapun keyakinan tetap kumiliki bahwa alamat surat boleh saja salah tetapi rezeki tidak, karena itu sudah dijamin oleh Allah.

Aku berharap dan berharap nyatanya malah kecewa. Maka mulai saat inilah aku menyadari bahwa aku tidak boleh terlalu berharap pada yang lain. Aku hanya boleh berharap pada Allah. Bukankah orang beriman itu tidak khawatir dan tidak bersedih hati?

OK.. baiklah kalau memang aku tidak diterima, bukanlah aku yang rugi karena tidak bekerja untuk mereka, tetapi merekalah yang rugi karena tidak memperkerjakan orang seperti aku, yang jelas-jelas telah memiliki semangat Uber Alles, seperti semboyan hidup-mati bangsa tempat asal Bank tersebut. Aku tahu Bank itu baru saja mengalami kerugian empat milyar dollar gara-gara imbas Subprime Mortgage atas transaksi Bond. Kalau aku ada di situ mungkin dengan izin Allah aku akan bisa melakukan banyak perbaikan, Yah.. terkadang takdir yang hebat didahului oleh sedikit kegagalan, bukan? Kalau seandainya saja dulu Hitler tidak gagal untuk ujian masuk universitas seni di Vienna, dia tidak akan pernah menguasai Eropa tetapi menjadi seorang seniman biasa.

Benar juga, sebagai laki-laki aku harus hidup di dunia nyata, dan itu adalah dunia yang kumiliki hari ini, saat ini, dan detik ini bukan dunia yang ada di harapan atau anganku. Aku menolak untuk hidup dengan menulis atau mengikuti sejarah orang lain, kecuali
Rasul. Aku hidup untuk menulis sejarahku sendiri.

OK, dan aku move on. Aku kembali menjalani hidup untuk hari ini. Dan berhasil, aku melakukan satu HIT lagi hari ini, HIT ke-2 ku dan HIT pertamaku di kota Bandung. Eno, seorang calon dokter koas di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

Inilah kisahnya.

Bandung, 12 April 2008

Sabtu sore hujan deras di kampus, aku seperti biasa melaksanakan komitmenku menyicil thesis selama dua jam per hari. Dan cukup rumit, tapi satu langkah lagi kubuat menuju penyelesaian. Keadaan di kampus sempat gempar, sebuah mobil Honda jazz dicuri di pelataran parkir, tepat di depan hidung para satpam. Goblok sekali! Malang bagi si pemilik, yah.. semoga si pencuri cepat tertangkap dan mobil kembali ke pemiliknya.

Tapi kejadian itu membuat aku was-was, begitu hujan reda sedikit aku langsung memindahkan mobil ke parkiran yang bisa kuawasi. Mood sebenarnya kurang mendukung untuk mengerjakan thesis, cuaca hujan membuat mood lebih enak tidur, insiden kemalingan membuat cemas,dan harapan menunggu panggilan interview di Bank asing (sebelum aku memutuskan untuk melepas harapan itu) mengganggu pikiranku. Tapi aku tetap mengerjakannya. Bagaimanapun komitmen adalah komitmen, dan memenuhi komitmen adalah ibadah.

Setengah tujuh malam semuanya selesai. Cicilan thesis sudah kukerjakan dan aku telah mengambil langkah penting untuk melepas harapanku pada Bank asing itu. Kini aku melanjutkan hidup, rencanaku selanjutnya adalah sebuah proyek penting untuk kehidupanku, Project Casanova, dan kali ini targetku adalah: mencoba melakukan HIT pertamaku di Bandung.

Pukul setengah delapan kuarahkan mobilku dari kampus ITB menuju Rumah Sakit Hasan Sadikin. Kususuri sebentar jalan Dago yang ramai, menyetir sendirian di antara gemerlap lampu-lampu, mobil-mobil yang padat merayap dan anak-anak mahasiswa yang kurang kreatif mengamen untuk mencari dana, yah... suatu atmosfir yang khas malam Mingguan. Malam ini malam Minggu, malam di mana seharusnya seorang pria seusiaku menghabiskannya bersama pasangan. Tapi aku tidak melakukannya. Jujur, karena aku belum punya...pasangan wanita seorang dokter yang memang telah sah kumiliki secara halal, tapi kalau memang ada Project ini pasti sudah kuakhiri.

Jam delapan kurang aku sampai di RSHS, suasana agak lenggang. Hawa dingin angin malam sedikit menusuk dan jalanan masih becek karena sisa hujan tadi sore. Tapi ada nuansa tersendiri saat ku menatap bangunan Rumah Sakit Negeri terbesar di Bandung ini. Menyejukan! Yah, kota ini memang menyejukan sehabis hujan. Aku memasuki lobby utama dengan sedikit keraguan, bisakah aku melakukan HIT malam ini? Karena kondisi mentalku yang belum sempurna betul. Tetapi aku ingat lagi pelajaran tentang konsep NIAT, bahwa segala sesuatu berawal dari NIAT dan itulah kekuatan yang sesungguhnya. Aku teringat kekuatan ini pernah terbukti ketika aku melakukan HIT pertamaku di Jakarta, lalu mengapa aku tidak mencobanya lagi? Hidup adalah saat ini, jadi maksimalkan saat ini!

Maka akupun mencetuskan NIAT-ku dan berkata dalam hati:
"Ya Allah, malam ini aku ber-NIAT untuk berkenalan dengan seorang dokter wanita, entah bagaimana caranya. Karena aku ber-NIAT untuk memiliki istri seorang dokter, dan aku melakukan itu untuk menyempurnakan ibadahku kepada-Mu."

Aku tanamkan NIAT itu, lalu kubiarkan semua mengalir.

Dan aku berjalan memasuki paviliun utama, masuk di dekat pintu UGD. Di dalam di ruang tunggu utama, aku disapa seseorang, Ardi, juniorku di Kanst, Badan Keamanan SMUN 3, dia membesuk neneknya yang sakit bersama keluarganya, sedikit berbasa-basi aku pun berbohong kalau aku ke sana untuk menunggu temanku.

Tak lama kami berpisah, aku kembali menyusuri lorong bangsal RSHS, sampai di samping paviliun Anggrek, aku berharap menemukan beberapa mahasiswi kedokteran koas yang mungkin bisa kusapa, nyatanya malah tidak ada. Lorong itu sepi hanya ada beberapa orang lalu lalang. Aku malah sedikit terganggu karena melihat mahluk-mahluk 'begituan' berseliweran di bangsal. Ah ya! ini rumah sakit, sama seperti RSCM yang tua, tentu 'mereka' banyak yang 'bermukim' di sini, resiko akulah yang memiliki kemampuan begitu.

Karena di lorong dalam aku tidak berhasil 'menemukan' , maka kuputuskan kembali ke dalam, ke kantin Seroeni. Kantin itu untungnya masih buka malam Minggu ini dan aku tahu ini adalah kantin tongkrongan mahasiswa koas. Kulihat arloji, jam setengah sembilan, dan aku belum meng-HIT siapa pun. OK, mungkin kali ini aku perlu bersabar, pikirku. Aku tahu aku memiliki NIAT yang kuat, tetapi aku tidak boleh lupa bahwa semua tetap memakai perhitungan. Jam sembilan aku tidak berkenalan dengan mahasiswi kedokteran aku pulang.

Di kantin itu aku bertemu lagi dengan Ardi duduk dekat meja bersama saudara-saudaranya. Aku kembali menyapa dia sebentar, lalu memesan kopi dan mengambil tempat duduk. Beberapa kali kulihat beberapa mahasiswi koas lalu lalang, tapi mereka hanya berlalu, sehingga tidak memberiku kesempatan sedikitpun. Ya sudah, aku tetap duduk diam, kukeluarkan buku teks dari tas lalu membaca-baca sambil menunggu jawaban takdir atas NIAT-ku.

Sampai aku melihat seorang cewek berwajah manis masuk dan duduk sendirian di seberang meja sana. Yup, kondisi A. Dan dia adalah mahasiswi koas.

Aku membereskan tasku dan bermaksud menghampirinya, tapi ups! Begitu aku berdiri dia langsung berdiri dan pergi keluar kantin . Damn! Sayang banget! It's OK, mungkin memang bukan saatnya. Aku kembali duduk dan berdiam diri sejenak. Tetapi ketika kumenengok kembali. God! She's comeback. Cewek itu kembali datang dan duduk ditempat yang sama. Sebuah pesanan paket teriyaki diantarkan pelayan ke mejanya. Dia akan makan malam.

Otakku bereaksi cepat. OK, inilah saatnya. Now or Never, pikirku.

Aku bangkit dan menghampiri dia

"Mbak, maaf.. Sorry boleh nanya?"
"Ya..?"
"Mbak mahasiswa koas?"
"Iya, kenapa?" (Dia tidak menunjukan ketidaknyamanan, OK, aku bisa terus.)
"Boleh tanya lagi di bagian apa sekarang?"
"Aku lagi di bagian saraf"
"Oh ya lagi jaga ya..? Maaf Mbak kenal Meli nggak?" (Yah, anak RSHS yang dekat denganku cuman nama itu)
"Maaf Meli.. Meli angkatan berapa..?"
"Dia katanya lagi di bagian saraf juga." (Aku berbohong, intonasiku berubah)
"Hmm, kayaknya nggak ada deh."
"Oh gitu, tadi saya udah janjian sih sama dia." (aku berbohong lagi).
"Memang dia angkatan berapa, Mas?"
"2002." (tambah salting lagi).

OK, aku tidak boleh begini terus. Berbohong tanpa persiapan adalah strategi yang paling buruk jika berbicara dengan seorang wanita. Karena itu aku segera mengalihkan pembicaraan.

"Maaf boleh nggak saya duduk di sini?" (Aku menunjuk kursi di depannya agak ke samping sedikit ).
"Boleh, silahkan."

"Maaf ya, sebenarnya saya nggak bermaksud mencari teman saya. Meli itu angkatan 2000, dia sebenarnya sudah menjadi dokter jaga
di Bale Endah."
"Tuh kan bener. Soalnya nggak mungkin di bagian saraf, itu kan udah senior banget." timpalnya.
"Iya, tapi aku kenal dengan ibunya, kamu tahu dr. Nani Kurnia, kepala bagian saraf?"
"Oh gitu, aku kadang-kadang ketemu sih dr. Nani. Meli itu cewek kamu?"
"Belum, kita hanya teman,"
Dia mulai menyantap hidangannya, "Eh sori, aku makan sendiri ya?"
"Silahkan,saya sudah makan tadi," jawabku. "Saya anak S2 ITB, sebenarnya saya saat ini sedang mengerjakan sebuah proyek yang
membutuhkan mahasiswi kedokteran."
"Proyek apa?"
"Casanova."
"Casanova?"
"Ya. Maaf sebentar ya.." Aku mengeluarkan laptop dari tas dan menyalakannya.

Dan dari sini semuanya mulai mengalir.. Aku mulai tune in. Pembicaraan kami mulai menyambung dan obrolan kami mulai santai. Dan untuk diketahui, saat inilah momen yang menentukan apakah kau bisa membuat seorang wanita yang baru kau kenal untuk merasa nyaman atau tidak. Di sinilah seorang casanova dituntut untuk 'membaca' mereka.

Kami berkenalan. Aku mulai bertanya alasannya kenapa dia ingin menjadi dokter, dan dia menjawab dengan lugas dan santai bahwa karena suruhan orang tua dan dia ingin membantu banyak orang.

"Tapi lingkungan dokter itu lingkungan yang muram. BUkan lingkungan yang ceria,"
"Kenapa kamu bilang begitu?"
"Karena dokter kan kerjanya di lingkungan orang sakit, mereka kebanyakan muram dan tidak ceria."

Aku tersenyum.

"Menurutku justru itulah tugas seorang dokter. kamu harus bisa membangkitkan semangat hidup dari orang sakit yang kamu tolong,
dan itulah yang aku kagumi dari profesi seorang dokter."
"Kalau begitu kenapa tidak kamu saja yang menjadi seorang dokter?"
"Dulu aku ingin, tetapi setelah kurenungi ternyata aku tidak punya hati untuk menjadi seorang dokter. Jadi sewaktu UMPTN
aku memutuskan memilih ITB jurusan FIsika, setelah lulus aku melanjutkan S2, dan di sinilah aku sekarang. Aku berpikir aku
tidak perlu menjadi seorang dokter, tetapi aku berniat memiliki istri seorang dokter. Karena itulah aku selalu berkenalan dengan
mahasiswi dokter koas."
"Kamu sudah berkenalan dengan siapa saja?"

Aku menyebutkan beberapa nama cewek, dan dia tahu nama-nama itu, salah satunya adalah 'bunga' di RSHS ini. Dia tertawa kecil,
entah menertawakan aku atau bukan. Tapi yang jelas, dia cukup merasa nyaman mengobrol denganku. Tanda-tanda itu bisa kubaca dari gerakan tubuhnya. OK,

"Kenapa kamu nggak nyoba kenalan lewat friendster?"
Friendster? menurutku itu bukan ide baik, Nona.

Aku berkata padanya:
"Eno Pegang kata-kata aku: Friendster, Facebook, Lovehappens, ataupun situs komunitas lainnya, itu adalah cara yang PALING PECUNDANG bagi seorang pria untuk berkenalan dengan wanita! Karena seorang laki-laki sejati hidup dalam dan menghadapi dunia nyata, bukan dunia maya. Cara yang tepat bagi seorang laki-laki untuk berkenalan dengan wanita adalah dengan menghampirinya langsung di dunia nyata dan mengajaknya berkenalan secara nyata."

Tapi kalimat berikut yang dia ucapkan sangat mengejutkanku.

"Kamu tahu.. " katanya, "Sebenarnya aku tahu lho tadi kamu di meja sana bermaksud menghampiri aku. Karena itu tadi aku pergi
keluar sebentar."

DEG!!

"Ka..kamu tahu ?" tanyaku seperti tertangkap basah.
"Iya.. makanya tadi aku pergi sebentar, soalnya aku tahu kamu mau menghampiri aku.
"...."

Damn! How could she knew that? Dia telah membaca bahasa tubuhku dengan cepat dan tepat sekali.

"Tapi kamu nggak keberatan kan, kenalan sama aku?"
"Nggak.. Sebenarnya tadi memang aku ada keperluan sih jadi keluar sebentar.."
"..."
"Kenapa sih kamu ingin nyari istri seorang dokter?"

DAMN!
Aku selalu berat dengan pertanyaan seperti ini. Aku telah mempelajari bagaimana caranya untuk membuat wanita senyaman dan seaman mungkin. Dan itu hanya mungkin bila kita 'membiarkan' dirinya untuk menguasai keadaan. Kita ikuti mereka, dengarkan setiap keluhan mereka, dan bertanyalah dengan pertanyaan yang memancing emosi mereka.

Tapi kali ini sama sekali lain! Dialah yang memancing emosiklu. Si wanita balik bertanya kepadaku, wanita yang ku HIT balik meng-HIT ku. Aku telah mempelajari segala macam cara untuk mempelajari wanita melalui omongan mereka, gesture, dan body language mereka. Dan itu sungguh sulit.

Tetapi Eno bisa 'membaca diriku' dengan cepat sekali.

Sungguh aku tidak siap kali ini.

Aku hanya punya sepersekian detik untuk memutuskan, berbohong lebih jauh atau berterus terang menguliti diriku, dan akhirnya, OK! Aku ceritakan semuanya sejujur-jujurnya. Aku buka diriku selebar-lebarnya. Kali ini tidak ada kata berbohong. Maka aku ceritakan kepada dia alasan dasar kenapa aku berniat memiliki istri seorang dokter. Aku ceritakan kisah masa kecilku mengenai Tante doter yang cantik dan baik hati itu.

Aku merasa seperti orang aneh. Freak me! Eno telah mengorek rahasia-rahasiaku, dan lebih parahnya aku sendirilah yang terpancing untuk membongkar diriku sendiri.

Kini yang bisa kulakukan hanyalah bersikap apa adanya, dan menunggu reaksinya. Dan untungnya... reaksi dia menyenangkanku, dia tidak merasa heran atau aneh mendengar ceritaku, setidaknya dia tidak menunjukkannya di depanku, dia malah tertawa kecil menanggapi cerita aku dengan si Tante dokter itu.

Aku sedikit lega.

Jam 9.45. Eno harus kembali ke pos jaganya di bagian saraf. Dia pun pamit ke aku dan mengatakan dia senang berkenalan denganku. Aku mengatakan hal yang sama. Aku mengajaknya tukeran nomor handphone, semula dia agak bimbang.

"Untuk apa? Kalau kamu aja yg ngasih nomor ke aku gimana?" katanya
"Aku pengen aja nomor kamu, nggak papa kan? lagipula aku berjanji satu hal sama kamu, aku nggak akan menghubungi kamu lebih
dulu, karena aku nggak bisa."
"OK deh.."

Akhirnya kami saling miscall. Aku save nomornya. Eno, My first HIT in Bandung. Setelah itu aku memberikan dia sebuah kertas dan kutiliskan di kertas itu alamat blog ini.

Yup, this is the ending scenario of Casanova!


Kami bersalaman dan berpisah. jam sepuluh malam kurang, aku melangkahkan kaki kembali menuju parkiran. Wpw! Malam ini betul- betul malam yang luar biasa. Malam Minggu aku meng-HIT pertamaku di kota Bandung, dengan pengalaman yang luar biasa, malam ini adalah malam di mana aku terkena sedikit 'tamparan' dengan meng-HIT wanita. Malam di mana aku di-HIT balik oleh wanita yang ku HIT.

Yah kini jelas bukan kenapa judul HIT kali ini adalah The Truth About Cats And Dogs? Karena memang seperti di film itu. Lakon si pria yang tadinya bermaksud mengorek identitas si wanita yang diincarnya selama ini, ternyata malah berbalik dialah yang kemudian 'ditelanjangi' si wanita. Si pria kemudian terpaksa bersusah payah mencari tahu tentang wanita tersebut.

Dan inilah yang terjadi padaku. How could this happend to me?

Entah apa yang bisa kukatakan, Aku betul-betul kagum pada Eno, dan pada semua wanita di dunia ini. Aku mempelajari banyak hal mengenai relationship, bahasa non verbal, dan keintiman Mars-Venus, tetapi baru kusadari malam ini bahwa itu semua belumlah cukup. Aku masih harus banyak belajar dan berlatih lagi, dari mereka kaum wanita.

Sambil berjalan hatiku masih menertawakan kebodohanku sendiri. Aku selama ini berpikir bahwa wanita bisa di-taklukan
kita sudah tahu caranya, dengan buat mereka nyaman, buat mereka penasaran, ternyata tidak. Apa yang aku pelajari tentang wanita: Kecantikan, inner beauty, sifat, Body language gesture, gerakan. Ternyata belumlah cukup. Mereka ternyata bisa mempelajari, membalas dan Menaklukan aku...dalam hitungan detik!

Ah Wanita, betapa luar biasanya intuisi kalian

Wanita, izinkanlah aku untuk mengakui dan menyatakan

bahwa kalian adalah mahluk yang betul-betul istimewa..


Jam sepuluh malam.. Aku kembali menyetir sendiri menuju rumah. Malam ini betul-betul luar biasa, satu kisah luar biasa lagi kutuliskan dalam sejarah hidupku. Aku mensyukuri apa yang aku alami hari ini, saat ini dan detik ini, karena itulah dunia nyata. Dunia di mana seorang laki-laki harus tinggal dan menghadapinya.

Banyak sekali laki-laki bermimpi untuk mendapatkan wanita seperti di iklan PONDS, BIORE, Laurier, atau Citra. Tapi ketahuilah. dunia nyata tidak seindah iklan PONDS, atau sinetron-sinetron picisan. Dunia nyata adalah dunia di mana seorang laki-laki harus tinggal dan menghadapinya. Tapi jika kita mau mensyukuri dan memaksimalkan apa yang ada pada diri kita pada hari ini, saat ini, detik ini, maka kita akan bisa menulis sebuah cerita yang jauh lebih menarik dan lebih romantis daripada iklan atau sinetron manapun di dunia ini. Dan itu adalah kisah kita sendiri.

Dan wanita yang terbaik akan kau dapatkan. Insya Allah.

Asalkan seperti kata Josh Groban, Don't Give Up!

" ...Everybody wants to be understood...
While I can't hear You...
Everybody wants to be loved...
DON'T GIVE UP....
......
BECAUSE
YOU
ARE
LOVED !! "

.....









Tidak ada komentar: