Free Web Hosting with Website Builder

Selasa, 03 Juni 2008

Ninis, My sister

Ini bukan sebuah HIT, hanya INTERMEZO.. Tapi ini adalah sebuah kisah menarik. Aku dekat dengan seorang gadis SMU yang cantik, tapi dia bukanlah HIT-ku, sekalipun aku menyayanginya. Dia kini kuanggap sebagai adik perempuanku sendiri.

Nama lengkapnya Renissa, aku mengenalnya dua bulan lalu pertama kali di rumah makan Piring Kenteng
, tempat Kang Dicky praktek di dekat Pasar Sederhana, Bandung. Ninis aslinya seorang gadis yang ceria, cantik dan pintar, dia baru duduk di kelas satu SMU. Tetapi sesuatu masalah dalam keluarganya telah mengubah dirinya menjadi seorang gadis yang pemberontak.
Ninis memberontak karena dia tak kan bisa terima dengan permasalahan keluarganya. Aku bisa memaklumi itu. Ninis sakit hati, tetapi permasalahan ini membuat hatinya keras, sehingga kadang-kadang aku tidak mampu lagi melihat jiwa kepolosan seorang anak SMU dalam dirinya.

Mungkin beruntung bagi Ninis mengenal aku sebelum pemberontakannya lebih parah. Ninis sempat ingin berhenti sekolah. Tidak ada semangat belajar.. Nilai ulangannya hancur. Tetapi ibunya memintaku untuk menjadi guru privatnya. Aku bersedia. Maka sejak saat itu setiap hari Sabtu siang dari jam 11 sampai jam 2, aku ke restoran Piring Kenteng, untuk diskusi dengan Kang Dicky sekaligus mengajari Ninis pelajaran.

Perlahan-lahan semangat belajar Ninis mulai terbentuk kembali. Dia mau belajar matematika, pelajaran yang semula dibencinya. Ninis mulai berani bercerita tentang cita-citanya yang selalu berubah-ubah mulai dari ingin jadi designer, penyiar radio, sampai akhirnya dokter kecantikan. Wajar, di usia dia yang segitu. Dia sedang berusaha menjadi dirinya sendiri.

Ninis hampir selalu datang bersama ibunya setiap hari Sabtu, dan itu sebabnya aku mulai dekat juga dengan ibunya. Lama-lama aku mulai akrab dengan kedua ibu-beranak ini. Aku mulai mengerti kenapa Ninis memberontak, mengerti apa masalah yang melanda keluarga mereka sehingga sampai harus minta bantuan Kang dicky.

Mungkin tidak etis jika aku ceritakan masalah keluarga mereka, tetapi kalau boleh aku singgung sedikit, masalah ini adalah masalah yang berawal dari ketidakmampuannya seorang pria dalam menahan godaan, ketidakmampuan seorang pria dalam menjaga komitment dan kesetiaan hidup berumah tangga, sehingga yang menjadi korban adalah Ninis, ibunya, dan saudara-saudaranya sendiri. Dan pria itu adalah ayah Ninis sendiri.

Kini aku mengetahui betapa mahalnya harga sebuah komitment. Adalah komitment dan kepercayaan, modal utama seorang manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Gara-gara elanggar kepercayaan, aku telah kehilangan seorang teman, Tiara gara-gara aku menceritakan HOAX pada dia. Dia kehilangan kepercayaan pada aku, bukan karena cerita yang kubuat, tetapi justru karena bualanku, yang telah melanggar aturan Don'ts ketiga.

Sedikit aku melanggar kepercayaan orang, dan fatal akibatnya... Karena itu jangan main-main dengan kepercayaan orang.

Tetapi kejadian Ninis memberiku sebuah pelajaran berarti. Bahwa ternyata memang ada manusia seperti itu, aku pikir cerita itu hanya ada di sinetron atau maksimal di Majalah Kartini, di rubrik Oh Mama Oh Papa. Tetapi kali ini cerita itu benar-benar nyata, dan dialami oleh orang terdekatku sendiri.

Memang tidak ada satupun manusia yang bisa dilahirkan di keluarga sempurna. Ninis dibesarkan oleh keluarga yang kepala keluarganya tidak bisa menjaga komitmen, aku dibesarkan oleh kedua orang tua yang emosional, sehingga aku 'terbawa' menjadi emosional juga dan sensitif. Adalah suatu perjuangan yang besar bagiku untuk mengubahnya, setengah mati aku mengontrol emosiku dengan latihan tenaga dalam dan mencoba memaklumi orang lain.

Tetapi itulah hidup, kita harus mau berubah. Kita harus mau menjalani proses untuk menjadi diri kita yang lebih baik. Aku kasihan pada Ninis dan ibunya, tetapi bagaimanapun aku menemukan suatu pelajaran berharga dari pengalaman mereka: bahwa betapa seorang laki-laki yang kuat dan dipercaya amat diperlukan oleh wanita untuk menyandarkan hidupnya. Bahwa jodoh yang terbaik untuk kita adalah jodoh yang membawa kita menuju keselamatan dunia dan akhirat, bukan hanya jodoh yang baik.

Ninis tidak memiliki keluarga yang sempurna, aku juga. Tetapi pointnya bukanlah itu, pointnya adalah aku bisa menjalani hidupku hari demi hari dengan maksimal. Memanfaatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik dengan maksimal tanpa takut terhadap masa depan.

Selama Ninis bersamaku, Alhamdulillah dia banyak mengalami perubahan. Dia mulai belajar kembali, semangat hidupnya kembali, dia kembali berani bermimpi untuk hari depannya. Itu bagus, pikirku. Ninis telah mendapatkan seseorang yang bisa dia anggap sebagai seorang yang betul-betul bisa melindunginya dan menjaganya. Seorang laki-laki yang bisa dia anggap sebagai kakaknya dan sekaligus ayahnya. Sekalipun sebenarnya dia bukanlah siapa-siapanya.

Dan laki-laki itu adalah aku.

Ninis telah memberikan harapannya padaku, dia percaya padaku.

Kini tinggallah giliranku untuk menjaga kepercayaannya. Melindungi dia sebaik yang aku bisa, dan membimbingnya agar dia bisa menjadi dirinya sendiri. Karena dia kini menganggap aku sebagi kakaknya. Dan aku pun kini menganggap dia sebagi adikku sendiri. Aslinya aku memang tidak punya adik perempuan, dan aku bersyukur karena kini telah memiliki adik perempuan.

Sekali lagi sebagai penutup... Post ini bukanlah kisah HIT, tetapi sebuah INTERMEZZO, aku kini telah memiliki seorang adik perempuan yang kusayang, Renissa.


Tidak ada komentar: